03

2.4K 126 2
                                    

***

“Jerry!”

Yang punya nama menoleh. Dia melihat seorang gadis berdiri tidak jauh darinya.

“Hey Ca!” Caca mendekat ke Jerry, lalu menarik pria itu ke tempat yang agak sepi.

“So how then?”

“Emmh, sepertinya so far run well, menurutku.” Caca mengernyit dengan jawaban Jerry.

“Khafif sudah mulai terjebak, ia mulai terpancing dan mulai panas.” Kali ini Caca tersenyum senang mendengar jawaban yang memuaskan dari Jerry.

“Then?”

“Tinggal Inez, dia sepertinya sudah nyaman denganku. Tinggal membuatnya aware tentang Khafif, dan kita akan berhasil.”

“Bagus, berarti tidak akan butuh waktu yang lama untuk menghancurkan mereka.” Jerry mengangguk.

“Jika mereka berdua bertengkar dan berpisah, tidak akan sulit untuk menghancurkan bisnis mereka berdua juga Sastro yang lain.” Keduanya tersenyum penuh kemenangan, seperti habis ikut olimpiade dan memenangkan semua cabang yang dipertandingkan.

***

Di ruang kerjanya, Khafif  tampak menikmati waktu senggangnya dengan menonton tayangan di tv. Ia tampak berdecak beberapa kali menyaksikan tontonan di salah satu channel. Ia tampak jengah.

“Apa-apaan sih ini? Kasus kematian bocah, udah hampir satu bulan belum juga tuntas.” Komentarnya pada berita yang ditontonnya.

‘Tok-tok-tok!’

Khafif menoleh dan mendapati karib sekaligus sekretarisnya, Ferry, memasuki ruangannya. Ia tampak tersenyum.

“Sedang apa? Terlihat serius sekali?” Tanya Ferry.

“Ini, lagi ngelihat kasus pembunuhan anak kecil di Bali itu loh.” Jawab Khafif.

“Masa’, hampir satu bulan belum juga jelas. Orang yang nonton ngerasa di php tau’,” Sungut Khafif.

Ferry terkekeh, lalu Khafif mengganti channel nya. Dan ia terlihat semakin jengah setelahnya,

“Ini apalagi, astaga!”

Khafif tampak semakin ndongkol, ia melihat berita dimana anggota DPR meminta dana aspirasi pada pemerintah.

“Lihat lah mereka! Betapa mereka tampak sangat ambisius terhadap dana aspirasi itu. Buat apa sih? Mereka membuang-buang waktu saja membahas hal itu,”
Ferry tertawa, lalu menanggapi Khafif.

“Tidak tahu, yang jelas mereka punya maksud dan tujuan kenapa mereka meminta dana itu. Jangan berburuk sangka dulu!” Khafif melengos.

“Malah ada yang terbaru,” Ungkap Ferry.

“Apa?”

“Pemerintah berniat memberikan dana pembinaan atau apalah itu istilahnya pada parpol, akan diniatkan 10 kali lipat dari sebelumnya. Itu wacananya,”

“Yaa, selama bisa dimanfaatkan dengan baik dan transparan, juga selama berdampak positif untuk rakyat, why not?” Khafif menanggapi. Ferry tersenyum.

“Apa yang kau yang bawa itu?” Tanya Khafif pada Ferry. Ferry lalu menyerahkan dokumen yang dibawanya pada Khafif yang duduk manis di belakang meja kerjanya.

“Itu proposal sponsorship yang diajukan The Socialist padamu.” Jawab Ferry, Khafif mengernyit.

“Sponsorship? Mau ada acara apa mereka, mendadak sekali?” Lalu Khafif membuka dan membaca proposal sponsorship itu sebentar lalu kemudian beralih pada Ferry.

DIVINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang