***
Ferry menjenguk ruangan Khafif dari pintu, dilihatnya Khafif yang sedang menekuri laptopnya, sedang mengerjakan sesuatu.
"Fif!" Panggil Ferry.
"What?" Respon Khafif tanpa menoleh pada Ferry, dia terlihat sangat serius.
"Ayo! Rapat akan segera dimulai!" Ucap Ferry.
"Iya sebentar," Kemudian Khafif mematikan laptopnya lalu mengambil beberapa berkas dan membawanya ke ruang rapat.
Di tengah jalan menuju ruang rapat, Ferry berkata."Jangan lupa! Nanti setelah rapat kau ada jadwal untuk pemotretan." Kata Ferry.
"Loh? Masa'? Aku lupa!" Khafif berujar dengan langkah terhenti.
"Iya. Kau sudah punya janji dengan Gezet, fotografer muda lulusan Miami itu loh."
"Oh iya, yang hasilnya mau dia bawa ke Amerika itu?" Khafif memastikan, dan Ferry mengangguk. Mereka pun melanjutkan berjalan ke ruang rapat.
Sebagai CEO dari bisnis property dan resorts, kehidupan sehari-hari Khafif memang sangat sibuk. Rapat ini itu, dengan client yang hampir tiap hari selalu berubah. Belum lagi dengan para karyawan, juga agendanya sendiri sebagai seorang model androgini. Tapi ia happy-happy saja menjalaninya. Yahh, walaupun untuk karir di dunia modeling nya ia masih harus kucing-kucingan dengan ayahnya. Kadang-kadang ia juga jengkel dengan ayahnya itu, sudah senja masih saja ikut urusan anak muda. Untuk urusan anak-anaknya, ayahnya itu memang tidak punya batas usia untuk pensiun. Maunya ikut campur saja.
Tak lama, Khafif dan Ferry tiba di ruang rapat. Hari ini, Khafif rapat dengan dewan direksi. Saat masuk ruangan, seluruh peserta rapat berdiri. Khafif sampai di kursinya, yang terletak di sentral depan. Ia melihat sebentar pada seluruh jajaran direksi dari perusahaannya, kemudian duduk.
"Silahkan duduk!" Dan semua orang pun duduk.
"Silahkan dimulai!" Ferry maju ke podium untuk memulai rapat.
"Baik. Diucapkan terima kasih kepada seluruh dewan direksi beserta jajarannya dari seluruh divisi atas kehadirannya pada rapat kita siang hari ini. Rapat kali ini, kita akan membahas tentang pembangunan resort baru yang rencananya akan dilakukan di Raja Ampat! Baik, untuk pembahasan lebih lanjutnya, dipersilahkan untuk divisi planning untuk memulai presentasinya."
Dan presentasi dari divisi planning pun memulai agenda rapat mereka pada hari itu. Dua jam kemudian rapat itu pun berakhir. Semua peserta rapat keluar ruangan, kecuali Khafif dan Ferry yang masih duduk di kursi mereka masing-masing, sedang mendiskusikan sesuatu.
'Tok-Tok-Tok-!'
Ada yang mengetuk pintu, lalu muncul seorang pria, yang tentu saja seorang pegawai, mendekat pada Ferry dan Khafif.
"Ada apa?"
"Ada undangan untuk Pak Khafif!" Kata karyawan itu menyerahkan sebuah undangan pada Ferry.
"Kau boleh pergi!" Ucap Ferry setelah menerima undangan dari bawahannya itu. Ferry membuka undangan itu lalu menyerahkannya pada Khafif. Khafif membacanya dengan teliti. Khafif mempunyai kebiasaan, yakni sering sekali membaca berbagai berkas seperti surat, proposal, laporan atau yang dalam hal ini undangan dengan sangat serius. Ketika ditanya kenapa ia terlalu serius ketika membaca sesuatu, ia menjawab bahwasannya ia tidak mau melewatkan hal sekecil apapun dalam apapun yang ia baca.
"Dari mana?" Tanya Ferry.
"Dari sebuah Sekolah Tinggi Seni Budaya, tempat yang biasa Sastro kasih donasi."
"Ada apa memangnya?" Tanya Ferry lagi.
"Hanya undangan biasa, meminta aku hadir di acara itu." Ucap Khafif.