Pembuka

6.3K 92 12
                                    


Namaku Raina, mahasiswi semester 5 di suatu akademik keperawatan. Maaf jika kalian mencari tipikal perempuan cantik? Silahkan minggir dan minggat dari cerita ini, karena aku bukanlah tipikal perempuan dengan berat ideal maupun suka bersolek(berdandan). Dari mana aku harus memulai cerita ini, ah sepertinya ...

"Ina, kayaknya Bian ngeliatin lo" ucap temanku Dian membuyarkan lamunanku tentangnya.

Mataku berpencar mencari sumber yang dikatakan Dian. Pagi ini terasa malas untuk beraktivitas. Menunggu dosen adalah hoby seorang perawat sampai malam pun digilas habis. Ah! Tepat sekali, entah mengapa ia seringkali memperhatikan ku. Sedikit sebal dengan laki-laki macam Bian. Hal yang dipermasalahkan adalah ia sudah memiliki kekasih yang sangat cantik. Tapi jujur saja, aku menyukai ketika suasana berada di dekatnya. Kenapa? Sedikit cerita, Bian adalah satu-satunya laki-laki yang betah dengan jurusan keperawatan. Dan satu lagi, dia tipikal laki-laki yang sering membuat suasana kelas menjadi berwana. Sama seperti saat ini, bosan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Bian yang tahan dengan segala macam teori dan praktek yang sangat mencekik mahasiswanya.

Ku tatap balik dan tersenyum. Bian yang mendapat respon tersebut entah mengapa menolehkan kepalanya.

Ada yang aneh kah?

Menggelengkan kepala mengusir pikiran buruk tentangnya. Moodku sangat buruk kali ini. Ya bagaimana tidak buruk, tugas dan hapalan membeludak di berikan kepada kami. Doaku setiap hari adalah agar lulus cepat dengan IPK lumayan. Setidaknya tidak mengecewakan ke dua orang tuaku yang sangat cuek dengan apa yang ku lakukan. Percuma, mereka mungkin akan berkata ...

"Ohh yaudah" atau "baguslah.."

Fine, kuliah keperawatan memang sangat mahal. Tapi aku berusaha menuruti permintaan ke dua orang tuaku. Ini mau mereka jadi bisakah hargai perbuatan ku sedikit?

Skip

Sudahlah jangan membicarakan mereka, otakku semakin mendidih jika mengingat mereka. Aku hanya ingin berlibur bersama teman-temanku dan dia ..

Menyandarkan kepalaku pada meja yang beralaskan ke dua tanganku. Aku lelah. Sangat amat lelah. Bukan lelah fisik melainkan lelah hati dan pikiran. Menatap kosong tanpa di sangka Bian juga mengikutiku dan saling berhadapan. Hanya diam dan saling menatap. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang dia pikirkan?

Bian tersenyum kembali dan bangkit dari kursinya. Kali ini ia menghampiri ku dan duduk di depan mejaku. Masih dengan posisi yang sama, aku membiarkannya.

"Na, apa yang lo pikirin?"

Mendengar pertanyaanya, aku langsung menegakan kepalaku. Membulatkan mata tak terpacaya, bagaimana bisa ia membaca pikiranku?

"Apa yang lo pikirin?" Tanyanya lagi sambil menjentikan jarinya di jidatku pelan. Tidak sakit memang, tapi reflek tanganku menggosok jidat yang ia sentil.

"Lo...l-lo apa yang lo pikirin?" Tanyaku dengan tenang. Bian kembali tersenyum kepadaku. Senyumnya membuatku tak tahan untuk tersenyum juga kali ini. Hanya kali ini ...

"Enggak hehehe," ucapnya dengan cengiran khasnya.

Mengangkat alis, jelas-jelas ada yang ia pikirkan tentangku. "Dih dasar gak jelas," balasku dan menatapnya lama.

"Hahaha, Ina udah makan? Makan bareng Bian yuk," ajaknya di depan Dian temanku. Ah, rasanya menjadi canggung. Aku tidak ingin menjadi cap pencuri pacar orang.

"Udah Bi, lo sana makan." Balasku.

Bian kembali tersenyum dan bangkit dari kursi. Menghampiri kekasihnya, mungkin mengajaknya untuk makan. Mungkin.. Aku tidak tau pasti karena Bian orang yang sangat sulit ku tebak.

"Kayaknya Bian suka sama lo," bisik Dian temanku. Aku mendengus, mungkin saja. Tapi ada juga banyak kemungkinan yang mengarah pada kata tidak suka.

"Gak mungkin lah, dia udah punya pacar Dian," balasku. "Ya mungkin aja, dari awal masuk kuliah dia sering merhatiin lo deh kayaknya."

"Kayaknya kan? Belum pasti berarti."

Dian mencebikan lidah mendengar kekerasan kepalaku. Maaf Dian, aku hanya tidak ingin berharap dengan yang tidak pasti sama sepertia dia yang sama sekali tidak ku mengerti sifatnya.

*******************

Waktu seolah tak berpihak terhadaku. Detik demi detik saling mengejar satu sama lain. Ya, memang waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Tugasku masih berantakan dan belum tersusun.

"Na, lo serius tugas lo segini banyaknya?!"

"Ya begitulah, bantuin dong makanya."

Kali ini aku berada di ruang tengah rumahku bersama teman, ah ralat! Sepertinya sahabat seperjuangku sejak jaman puberti. Namanya Eka, Indra, Dean, Keynan dan Ari. Ada dia! Tolong rahasiakan ini, jujur saja kami memang dekat. Dekat dalam artian berbeda. Dean namanya, salah satu laki-laki yang entah mulai dari mana menjadi kegundahan seorang Raina di setiap malam.

"Eka! Bantuin plis, tolong tugasnya besok dikumpulin gue bisa stress mendadak!"ucapku histeris. Hal yang paling ku suka dengan mereka adalah aku bisa membebaskan semua ekspresiku. Semua yang tidak bisa ku lepas pada saat di kampus akan terbuka bila bersama mereka.

"Jangan! Lo cewek tulisan udah kayak ceker ayam gitu haha" ledek Indra. Ya memang, orang ini lebih mirip ibu tiri dibandingkan teman.

"Ya gue juga gak ngerti, bantuin si Ndra! Nanti gue traktir" ucapku sambil mengiba.

"Haha, si Indra mah getol kalo masalah ditraktir. Cus lah Ndra" kali ini Ari yang berbicara. Di antara mereka, dialah yang paling dewasa. Berbeda dengan Dean maupun Keynan. Keynan hanya menggulum senyum memperhatikan pertengkaran kecil kami sambil memegangi ponselnya. Keynan tipikal cowok tersabar diantara kami. Dan satu lagi, ia paling tinggi diantara kami semua.

"Kerjain Na, jangan manja." Ledek Dean cuek masih berkutat pada ponselnya. Entah apa yang ia lakukan aku tidak tau.

Memutar bola mata sebal, ya mereka sepertinya tidak berguna kecuali Eka dan Indra saat ini. "Baiklah.." Ucapku putus asa.

Klingg ...

Notif pensan di ponselku menjadi perhatian. Membukanya dengan muka sedikit di tekuk. Kira-kira siapa yang mengusik kesibukanku kali ini. Membukanya dan ...

> Dean Novanza
Semangat :)

Tanpa sengaja senyumku merekah oleh pesan singkat darinya. Melirik sekilas dan membalas pesan dengan emot. Hati ku saat itu ingin meledak rasanya.

> Dean Novanza
Semangat :)

>Me
Thanks 😂

Menaruh ponsel dan kembali mengerjakan tugas yang sangat membuatku mual.

-----

RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang