"IBU Gimana! Udah janji sama Denisa kan!"
PRANK
"Denisa lo apa-apaan si!"
"Udah sayang, nanti ibu belikan ya,"
"IBU GAK SAYANG DENISA!!!!"
PRANK
Mataku sangat berat untuk terbuka. Menormalkan pandangan, aku menatap kosong pada langit-langit kamar. Apa yang sudah terjadi?
"A-aw"erangku mencoba mengingat kejadian terakhir.
Kriet..
Ana membulatkan matanya dan langsung berlari menghampiriku.
"Lo udah sadar?"
"Sadar apa?"
Ana memutar bola matanya dan mendengus. Di detik berikutnya ia naik ke atas tempat tidurku berbaring miring melihatku.
"Lo kemarin gue temuin pingsan. Badan lo panas dingin,"tuturnya.
Aku mengernyit melihat Ana kakak kandung ke duaku. Walaupun kami jarang berbicara, tapi ia sedikit peduli denganku. Di detik berikutnya Ana merentangkan tangannya yang melihatku mencoba untuk bangkit dari tidurku.
"Ett.. Lo mau ngapain?"
Memegang tenggorokanku yang terasa kering. Aku baru mengingat kejadian kemarin malam. Setelah membaca pesan dari Keynan, entah mengapa kepalaku sangat sakit dan dalam hitungan detik aku sudah tak sadarkan diri.
"Haus, mau minum."
"Yaudah. Tunggu di sini gue ambil minum,"ucapnya dan bangkit dari kasur.
Tidak butuh waktu lama, Ana kembali membawa segelas air putih hangat memberikannya padaku.
"Raina! Lo gapapa?"pekik Mia kakak pertamaku. Wajahnya khawatir melihatku. Memang separah itukah penyakitku?
"Gapapa."
"DENISA!! Kamu mau kemana heh?"
Mataku saling melempar tatapan oleh ke dua kakak ku. Apalagi yang di lakukan oleh adik-ku yang satu itu sebenarnya.
"Sana bantuin Ibu Na,"
Ana mendecak sebal dan menuruti perintah Mia kakak ku yang pertama. Sepertinya aku menyukai moment di saat aku sakit. Dimana keluargaku memperhatikan ku walaupun singkat.
"Lo beneran gapapa?"tanya Mia memecah keheninga diantara kami.
Aku menaruh gelas di atas nakas kemudian tersenyum singkat, "Emang keliatan gue kayak orang sakit heh?"
"Gaya! Yaudah nanti mala lo istirahat aja, kita sekeluarga ada acara undangan makan malam,"
"Makan malam? Dimana? Lama?"
"Hahaha dasar. Di rumah Bude Anggi Bekasi, kayaknya si gitu. Lo sakit si,"
Aku membuang napas lesu, disaat makan enak malah aku dilanda kenikmatan beristirahat.
"Oh-ya!Kampus gimana?"
"Kampus? Lo gila ya, lagi sakit masih mikir kuliah."
"Ya, kayaknya."
Mia tersenyum hangat padaku,"Udah sama Bapak di urus, lo istirahat aja. Lo pingsan lama juga ya, dari malem sampe jam 12 siang. Perawat bisa sakit juga ternyata."guraunya.
"Perawat juga manusia," ketusku.
"Ya baiklah. Istirahat lo, gue mau ngecek Denisa dulu,"
Aku tersenyum menanggapinya. Bosan juga seharian di rumah dan akan di tinggal ke acara keluarga. Mataku menelusuri kamarku, kemudian menyipit melihat ponsel yang tergeletak pada meja belajarku. Dengan perlahan aku melangkah kan kaki mengambil ponsel. Duduk di kursi dan membuka ponsel ku yang terdapat notif dari Keynan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina
RomanceRaina merupakan mahasiswa keperawatan yang jiwanya terikat oleh rasa kesepian. Tidak seperti yang lain, Raina merupakan anak yang kuat menahan segala bebannya yang ditanggung dari keluarganya. Di saat sepeti inilah ia sering menghabiskan waktu denga...