Jadi pengertian lah sedikit.
Setelah hari kemarin yang sangat amat melelahkan, akhirnya aku bisa pulang ke rumah dengan tepat waktu. Tapi rasanya percuma karena tugas kuliahku harus disalin pada kertas polio yang berlembar-lembar. Sama saja. Dipulangkan cepat karna dapat tugas yang berjibun.
"Kiri pak,"
Memberikan selembar uang lima ribuan pada supir angkot. "Makasih neng. Cakep-cakep masa naik angkot neng," ucapnya yang ku tanggapi hanya tersenyum.
Aku tidak cantik. Sungguh tidak membual. Aku perempuan biasa yang hanya memakai sabun pencuci muka, bedak bayi dan lip balm saja. Memakai lipstik-pun hanya di saat tertentu saja. Mungkin matanya harus diperiksa.
Menyusuri gang, sesekali tersenyum bila bertemu dengan tetangga yang mengenalku. Tapi sepertinya seluruh warga di tempat aku tinggal, mengenal ku karna Ayahku orang yang aktif di bagian organisasi Rt dan Ibu ku juga. Siapa yang tidak mengenal Bapak Karim dan Ibu Tari? Hanya penghuni baru yang tidak mengenal mereka. Ayahku di kenal dengan sifat pendiam dan tegasnya. Sedangkan Ibuku dikenal dengan keramahannya terhadap warga.
Lamunanku buyar, langkahku pun terhenti. Melihat banyak sepasang sepatu yang berjejer dirumahku. Entah mengapa senyumku mengembang. Semoga ada Dean!
"Raina pulang," salamku sambil tersenyum.
Membuka sepatu secara asal dan langsung berlari masuk. "Ngapain si lari-lari," ejek Denisa dengan jutek.
Aku tak mengindahkan ejekannya dan tetap berlari ke lantai 2 rumahku. Yak! Tepat sekali mereka ada di sana. Satu orang yang menjadi perhatianku adalah Dean yang memegangi gitar. Wajahnya terlihat segar tidak seperti waktu itu ketika sakit.
"Raina!" Teriak Eka.
"Wih si pawang ujan dateng juga,"ledek Indra sambil memegangi ponsel. Semua mata beralih menatap ku termasuk Dean yang sedari tadi hanya sibuk memegangi gitarnya.
"Gue mandi dulu ya,"ucapku masuk ke dalam kamar.
Tak butuh waktu lama untukku mandi. Mengunpulkan tugas yang harus ku selesaikan untuk besok.
Brak...
"Kaget anjir!" Teriak Indra.
Aku menjatuhkan setumpuk buku paket dan lembar portofolio untuk menyalin tugas dengan sengaja. Mataku beralih pada satu orang yang baru ku sadari kehadirannya.
"Intan?"ucapku bingung.
Intan menunjukan deretan giginya yang rapih. Ternyata Keynan membawa Intan ke rumahku. Jadi penasaran apa hubungan mereka berdua...
"Hai Ina!" Pekiknya melambaikan tangan.
Aku tersenyum dan mendaratkan pantatku pada karpet berbulu. Kalau sudah begini, aku jadi merasa balik ke masa-masa putih biruku bersama mereka. Haiss...
"Na, ini tugas lu beneran?" Tanya Ari.
Aku menganggukan kepalaku lesu. Gara-gara tugas kampus ini, aku jadi tidak bisa memegang ponsel.
"Gue sibuk banget sumpah. Rasanya itu pengen lari aja! Dan lu tau gue dipanggil Direktur Utama hanyaa karna negor kakak tingkat yang nyebelinnya minta ampun!" Cerocosku."Widih Ina sekarang jadi anak nakal," ledek Indra.
"Si pea! Gak gitu, merekanya aja yang gak jelas. Harus serba meng-hormati kakak tingkat. Dan satu lagi mereka itu bukannya nge-bimbing adek tingkatnya malah nge-bully kita. Stress gue lama-lama disana!" Lanjut ku meluapkan kekesalan yang ku pendam.
Hanya mereka tempat ku mengadu.
"Perasaan Indra ngomongnya dikit di balesnya ratusaaaannnn... Hahahaha" ledek Ari dan ber-High Five bersama Indra.
Yah! Mereka kalau sudah usil seperti itulah.
"Kampus lo serem juga ya Na," timpal Intan.
"Itu baru separonya lu tau Ntan, selebihnya mungkin lo bisa masuk rumah sakit jiwa," timpalku.
"Nah, sana Ntan. Biar tambah gila deh lu," ledek Dean pada Intan.
"Sial! Lo aja sana, lo kan juga lebih gila hahaha," timpal Intan.
Hal yang pernah ku lupakan adalah dulu Dean dan Intan pernah dekat. Tentu saja! Intan cantik dan berhidung mancung. Oh, astaga siapa yang tidak ingin dekat dengannya? Dia tipikal cewek random yang bisa berbaur di lingkungan sekitarnya. Berbeda denganku yang hanya ramah dengan orang terdekat.
"Ye enak aja! Kok lo songong si Dean," balas Intan lagi melempari Dean dengan kacang.
Aku tersenyum miring dan mencolek bahu Eka. Setidaknya aku mengerjakan tugas ku untuk besok. "Bantuin ya plisss," rengek-ku mengiba.
Eka mendengus padaku,"Ndra liat deh, masa Ina ngerayu gue hahaha"
"Dih geli beg* Na! Jangan pasang tampang begitu hahaha," balas Indra menertawaiku.
Padahal aku sudah mengeluarkan jimat terjitu. Eh! Tapi ada satu jurus terampuh yang pasti bakal berhasil, "yaudah gue bisa sendiri kok,"ucapku sambil memasang tampang jutek.
"Nah kan! Gue udah yakin si Ina bakal mgeluarin jurus itu hahaha, sabar ya Eka-Indra kalian! Semangat!" Ledek Ari sambil tertawa.
Sudah ku bilang, itu jurusan yang paling bisa diandalkan haha.
"Kalian selalu seperti ini?"
Gerakan ku terhenti, mendongak melihat Intan yang bertanya. "Seperti ini apa?"balasku.
"Ya seperti itu, berkumpul gini?" Tanyannya.
"Kenapa? Lo mau sering-sering ke sini liat gue?"balas Dean.
Mataku gatal melihat ke arah Dean dan Intan bergantian. Hey! Adakah yang tidak ku ketahui dari mereka? Oh ya Keynan?! Ku alihkan tatapanku melihat Keynan. Wajahnya masih bisa tersenyum melihat ku yang ketahuan menatapnya.
"Kerjain dulu tugas lo Na," ucap Keynan sambil tersenyum.
Ada yang tidak ku mengerti saat ini. Dean-Intan-Keynan? Posisi yang sangat tidak mengenakan. Pengertian lah sedikit, aku juga ingin mengetahui hubungan kalian. Apa aku yang tidak peka terhadap kalian?
....••••••
Dopqrstu_
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina
Storie d'amoreRaina merupakan mahasiswa keperawatan yang jiwanya terikat oleh rasa kesepian. Tidak seperti yang lain, Raina merupakan anak yang kuat menahan segala bebannya yang ditanggung dari keluarganya. Di saat sepeti inilah ia sering menghabiskan waktu denga...