Bagian 15

1.5K 32 16
                                    

6 Bulan Kemudian.

17 November 2017
19:30

"Happy birthday Raina!!!"pekik Eka, Ari, Indra dan Keynan.

Mereka masih sama. Hanya Dean yang berbeda. Ia lebih menyibukan dirinya pada teman kuliah dan futsal kesukaanya. Sejak saat itu kami resmi berjauhan. Sejak saat kami bertemu di pusat perbelanjaan bersama Keynan dan ia bersama Intan. Aku tersenyum kecut bila membayangkannya.

Memusnahkan perasaan itu sulit. Bayangnya masih sering datang sesekali. Tapi satu hal yang pasti, aku merelakannya pergi. Aku menyerah padamu Dean. Jika boleh aku ingin mengulang semuanya kembali agar tidak seperti ini. Aku ingin sahabatku kumpul utuh.

"terimakasih semua," balasku senang.

Senang, usiaku genap di angka 20 ini aku merasakan semuanya lengkap. Termasuk penyakit ku yang masih ku rahasiakan. Aku masih berdiri di luar pagar demgan seragam yang utuh. Sebenarnya sedikit tidak kaget, karena hari sebelum ini Eka membuatku curiga. Dasar Eka!

"Tiup dong, laper gue nih Na," serobot Indra yang membuat kami tergelak. Orang ini memang selalu ceplas-ceplos sesukanya.

"Iya-iya,"

"Ettt, make a wish dulu dong Rai," kali ini Keynan yang menyanggahku.

Aku baru sadar. Keynan memanggilku dengan sebutan Rai bukannya Na.

"Oke..."

Aku memajamkan mata, berharap semua orang yang aku sayangi dan menyayangiku di berikan kebahagian, kesehatan dan rezeki yang berlimpah. Satu lagi! Jika boleh aku berharap, aku ingin semua kembali seperti semula. Dean kembali bersahabat denganku.

Walaupun aku tau akan sulit melupakan Dean dan kenangannya.

Amin...

Mataku terbuka kembali dan meniup lilin angka 20 tersebut. Aku bahagia. Rasanya sangat senang dan hangat di dada.

"Ayo masuk,"titahku.

Indra, Ari dan Eka masuk terlebih dahulu, Kemudian di susul aku. Baru beberapa langkah, tanganku di tahan oleh Keynan. Mau tak mau alis ku berkerut menatapnya yang menjulang tinggi sambil tersenyum.

"Nanti ikut gue ya,"

"Ikut kemana?"

"Ada deh,"ucapnya penuh rahasia.

"Wah ada rombongan apa nih, rame banget." Titah ibuku didalam membuat aku dan Keynan ikut masuk.

Aku duduk di samping Ibu berseberangan dengan Eka, Indra dan Ari. Sedangkan Keynan memilih duduk di kursi yang memang muat untuk satu orang.

"Biasa bu, si pawang ujan nambah tua haha"celetuk Indra.

Aku melotot padanya dan melempari mainan keponakan ku yang masih berserakan di meja ruang tamu.

"Haha iya tan, saya setuju sama Indra," celetuk Ari lagi.

Dasar mereka itu.

Ibu hanya tertawa menimpali candaan mereka. Kemudian wajahnya berhenti pada Eka sahabatku sejak kecil. "Eka bantu ibu siapin minum yuk,"

Eka mengangguk antusias dan berdiri membututi ibuku. Ia sudah seperti keluarga di rumahku. Bebas keluar masuk dan sangat di percaya oleh ibu. Tidak heran, mengingat persahabatan kami dimulai dari kami masih ingusan.

"Minumaaan datang tadaa!!!"ucap Eka dengan semangat.

Aku sangat berutung mempunyai mereka. Tapi...
Mengingat penyakit ku, ada sisi hati kecilku seperti tercubit.

RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang