Bagian 7

1K 19 0
                                    

Menit demi menit ku hitung. Ya disinilah aku bersama dengan Eka, Indra, Ari, Keynan, Dean dan .....


Intan.

Ya, bukannya aku tidak suka Intan berada di tengah-tengah kami. Bukan! Sunggguh! 

Aku hanya....

Tidak menyukai kedekatannya dengan Dean. Itu membuatku sedikit cemburu. Sedikit. Ingat! Hanya sedikit. Egoku  yang mengatakan mereka memang seperti itu sejak masa putih birunya.

Liburan satu hariku sepertinya tercatat sempurna yang berisi seorang Raina cemburu besar dengan teman masa putih birunya! Hais... Lucu sekali. Sial. Tapi begitulah kenyatannya dan begitulah aku yang hanya bisa memendam perasaan ini.

"Na, fotoin gue dong." Intrupsi Indra menyadarkanku.

"Males,"

"Dih songong banget tuh bocah yak,"

"Hei Raina sini! Foto rame-rame," teriak Intan.

Aku tersenyum menimpalinya berusaha terlihat biasa saja walaupun sangat susah. Aku menyeret kakiku dengan terpaksa menghampiri Intan, Keynan dan Dean yang berada dekat bibir danau. Pemandangannya lumayan indah disini. Dan juga sejuk. Untuk sesaat aku melupakan kecemburuanku terhadap Intan dan tertawa lepas bersama mereka.

Bahkan tak luput seringkali Indra, Ari dan Eka saling melempari candaan yang membuat kami tertawa. Aku menghargai menit demi menit yang ku lalui bersama mereka. Bersama Dean, karena tentunya aku tidak tau sampai kapan kami akan terus bersama seperti ini.

Jika boleh, mungkin aku menginginkan waktu berhenti saat ini juga. Saat kami mempunyai kenangan manis yang akan kami ceritakan kelak jika kami sudah memilih pasangan hidup masing-masing. Entahlah, bahkan aku belum kepikiran akan menikah di umur berapa.

Mataku melirik ke arah Intan yang selalu saja mepet pada Dean. Entahlah, sudut pandangku bilang Intan selalu ada cara untuk dekat dengan Dean. Kedekatannya sesekali membuatku berdecak dalam diam. Kenapa bukan aku saja? Kenapa aku cuma diam? Jujur saja saat ini, seluruh tubuhku rasanya seperti mendidih melihat kedekatan mereka tanpa memperdulikan aku. Hei aku disini loh Dean. Kau tak melihatku? Ya oke baiklah.

Membuang napas gusar, kembali memandang pemandangan dihadapanku.

"Huh.... Kerennya," erangku melepas penat menikmati semilir angin di tepi danau.

"Apa yang keren?"

Kepalaku lantas menoleh melihat sumber suara.

Kok?

"Semuanya. Semua yang ada disini keren,"

"Cih, dasar. Masih banyak tempat keren Na, nanti kapan-kapan gue ajak,"

"Jangan menjajikan sesuatu yang belum pasti Dean, lo gatau kan kalo orang yang dengerin kalimat lo itu, bisa nantinya berharap,"

Entah sejak kapan dia sudah berada dihadapanku. Tadi ia masih berbincang hangat dengan Intan. Dan sekarang? Hm... Mungkin ia keturunan manusia super yang bisa berpindah tempat. Bolehlah... Asal jangan pidah kelain hati. Bahaya! Aisss.. Apasih.

Dean merubah posisi berdirinya menjadi sedikit lebih dekat. Ku tatap iris matanya yang berwarna hitam pekat. Bahkan dari sedekat ini aku tidak bisa membaca tatapannya. Ia sangat dingin berbeda dengan Keynan maupun Bian.

"Gue jadi tambah suka hujan,"guraunya berlalu pergi meninggalkan teka-teki.

Apa itu! Suka hujan! Hujan apanya, hari ini cerah menerah! Dasar Dean!

"Woi Raina! Lu mau gue buang ke danau atau foto bareng sini?!"

Aku berdecak sebal, Indra selalu menghempaskan moodku.

"Iya-iya bawel deh!"

"Raina sini dong," teriak Intannya dengan semangat.

Dasar wanita itu! Dia tidak tau, aku ini sedang pura-pura tau!

Ya begitulah cerita hari liburku hari ini. Setidaknya aku melepas rindu yang terpendam. Sedikit melihatnya tersenyum membuat hatiku menghangat.

Aku berjalan melewati gang kecil menuju kerumahku. Pada saat melangkahkan kaki selanjutnya...

"Ett..." Sanggah seseorang menarik rambutku.

"Ah! Sakit Indra. Apa si lo,"

Indra melepaskan tarikan di rambutku. Sungguh orang dihadapanku ini ingin sekali ku garuk wajahnya yang menyebalkan menggunakan garpu. Ku lihat Indra yang melihat ke kanan dan ke kiri. Seperti memastikan sesuatu yang bersifat rahasia. Dasar manusia aneh!

"Lo naksir Dean ya?"bisiknya.

Mataku membulat sempurna. Hei! Apa terlihat jelas? Ku pikir sudah rapat menutupnya.

"Apa si lo, gak jelas! Gue mau balik bye,"

Lagi-lagi Indra menarik rambutku. Sial. Ketahuan!

"Aaa-aw"

"Udahlah ngaku aja, lo naksir Dean kan?" Ucapnya sambil melipat tangan di dada.

"Kenapa? Lo mau ngeledekin hah?!"

Dean menarik-turunkan alisnya. Seakan alarm peringatan menyala, disaat itu pula otak-ku dengan cepat meresponnya. Ya seorang Indra yang jahil!

Indra membenarkan posisi berdirinya. Ia sedikit berdehem menyesuaikan suasana yang tak bisa ku baca. Aku tak berani meresponnya. Salah sedikit bisa ketahuan.

"Gue cuman mau kasih tau ke lo. Dia lagi deket sama Intan, sebenernya gue agak gak setuju si...waktu Keynan bawa Intan ke rumah lo waktu itu. Karena kita semua tau, kalo mereka pernah punya cerita. So, tapi gue tetep dukung lo kok," ucapnya penuh semangat.

Dasar Indra! Ku pikir dia mau bicara apa!

"Udah? Gitu doang? Dasar! Lo narik rambut gue cuman mau bilang gitu doang? Gak mutu kan!"balasku kesal.

"Astaga anak ini! Lo gak mikirin Keynan? Bukan cuma lo kok yang bad mood tadi siang, Keynan juga. Gue sangat ahli membaca situasi Na,"

"Keynan?"

"Iya! Dah ah gue balik. Cie suka ama Dean hahaha!" Ledeknya dan pergi meninggalkan ku.

Aku melupakan Keynan. Ya bagaimana perasannya? Aku bahkan tak memikirkannya sebagai temanku. Sangat tidak berguna kamu Raina. Bagaimana perasaanya saat ini? Tapi tenang Keynan, yang merasakan sakit bukan hanya kamu. Aku pun begitu.

Manusia hebat yang menutupi semuanya dengan senyum hangat. Ya Keynan lah oranganya. Orang yang sejak dulu selalu menyembunyikan luka di balik sikap tenang dan senyumnya. Ku pikir aku adalah manusia paling menyedihkan menyembunyikan luka, ternyata ada yang lebih hebat dariku.

Lain hal lagi, penyebab aku juga menyembunyikan perasaan ku adalah Eka. Aku tau betul Eka pernah ada rasa dengan Dean. Menyebalkan bukan? Mempunyai perasaan terhadap seseorang dan harus sembunyi-sembunyi itu, tidak mengenakan. Aku sudah belajar mendalaminya selama 2 tahun silam. Tapi satu hal yang pasti. Satu hal yang sangat ingin ku ketahui ternyata memang benar adanya. Kebenaran tentang Dean dan Intan mempunyai kedekatan khusus. Tapi disisi lain aku tak percaya bahwa Dean memiliki rasa terhadap Intan. Entahlah. Siapa yang harus ku percaya. Mungkin hatiku sudah tertutup cinta sepihak, dan susah membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya sekedar ilusi.

••••



Bantu vote+coment ya 💕
Salam Raina!
Aku dukung Raina-Bian!!! Kalo kamu?

RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang