Bagian 3

1.3K 29 0
                                    

"Nyatanya yang terlihat seperti jalan lurus, tidak selurus yang ku kira. Penipu! Siapa? Takdir" Raina

****

Jika ada yang bilang jalan pikiran seorang perempuan sulit dimengerti, itu salah! Kalian lah makhluk berjenis laki-laki yang aku dan kaum-ku yang susah mengerti kalian.

Nyatanya kalian yang bertingkah logis seringkali mengenyampingkan perasaan kalian. Jika sudah pergi... Kalian baru mencari, mengejar dan bahkan mengemis. Payah!

"Dian, Reni, Ika, Putri tolong sebar proposal di perusahaan ini, nanti dipandu sama ka Resti. Misal di acc, lumayan buat tambahan dana. Anggi, Risma dan Bela tugas kamu periksa lagi orang-orang yang ikut pentas. Kayaknya tadi ada sedikit masalah disana. Sisanya ... Ikut aku buat gladeresik dan meriksa peralatan." Tuturku.

Menganggukan kepala, mereka pamit dan berdiri dari ruang rapat tersebut. Kepala-ku rasanya ingin pecah. Setelah acara ini masih banyak tugas kedinasan yang harus ku kunjungi. Sial.

I need sleep..

Jam tidurku berubah drastis. Bahkan sempat tidur hanya beberapa jam. Memijit kening ku yang terasa penat, melihat berkas kembali adakah yang kurang atau bahkan salah.

Tok..tok

"Raina," panggil seseorang.

Aku mendongak. Ka Ita rupanya. Ketua organisasi yang terkenal ketus, judes, jutek dan pengaduan. Ia berjalan menghampiri ku, menarik kursi di sebrang mejaku. Masih ada beberapa orang yang berada diruang tersebut bersamaku. Setidaknya mengurangi kadar intimidasinya.

"Lo dipanggil Dirut," (direktur utama)

Alisku naik sebelah, "kenapa ka?"

"Ya lo samperin lah, gak punya kaki?"tanyanya sambil bersidekap.

Dasar perempuan aneh!

Mengendikan bahu dan merapihkan berkas file yang ku pegang. "Ah, ya sisanya tunggu gue di aula aja ya. Terimakasih." Tuturku.

"Lo gak sopan ya, gue kakak tingkat lo. Jadi hormatin,"

Langkahku terhenti,"maaf?" Tanyaku bingung.

Ka ita berdiri menghampiriku sambil bersidekap. Langkah angkuhnya membuatku mual!

"Gue heran sama Maba sekarang, gak ada sopan santunnya banget!"

Aku bingung, sebenarnya ini kampus atau sekolah yang seniornya merasa WOW banget? Ew.. Kekanakan sekali. Aku masih diam tak membalas perkataannya.

"Baru jadi ketua acara aja udah tengil, gimana jadi ketua organisasi hem?"

Matanya menilai ku dari atas sampai bawah. Ingin sekali ku colok matanya. Sabar Raina...

"Huh... " lanjutnya lagi.

"Maaf ka Ita, saya hanya menghormati orang yang juga menghargai saya. Di jaman modern seperti ini masih ada ternyata Penindasan seperti ini, aneh aja. Udah kuliah loh, bukan sekolah lagi. Kekanakan sekali." Ucapku.

Mulutnya terbuka mungkin mau membalas ucapan pedasku. Sebelum itu terjadi "dan satu lagi, karena ka Ita mengajak saya mengobrol dengan pembicaraan yang sangat amat tidak penting... Itu membuat saya harus membuang waktu untuk pergi ke ruang Direktur Utama. Terimakasih," lanjutku lagi dan pergi dari ruangan rapat.

RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang