JAHAT

419 17 2
                                    

"Rin, aku duduk disebelah kamu ya?"

"Gak. Gakbisa. Tempat duduk disebelah aku cuma buat Ghea."

"Oh yaudah, Rin. Aku duduk dibelakang kamu aja bareng Rival."

"Terserah."

Fadil POV

Dingin sekali sifatnya. Biasanya perempuan kalo lihat gue itu langsung sayang, care, dan perhatian. Tapi, kenapa si Rindu dingin gitu, ga seperti cewe-cewe pada biasanya.

Rindu POV

Kenapa Fadil ingin duduk disebelahku? Ataukah dia memang? Ah apalah kamu ini, Rindu. Laki-laki menyebalkan seperti dia tidak pantas mendapatkan seorang Rindu. Tetapi jika memang dia benar-benar memiliki sebuah perasaan yang tak terdefinisikan, harus bagaimanakah aku? Aku masih menaruh dan menyimpan hatiku di lubuk milik Bintang. Ia tidak bisa bisa keluar dari lubuk milik Bintang. Bagaimana akan keluar? Sang pembawa kuncinya saja menghilang entah kemana. Semesta, tunjukkan kepada Rindu, dimana Bintang sekarang, aku merindukannya sekali.

"Rin, syukur deh kita satu kelas."

"Iya, Ghe."

"Kok kamu murung gini, ada apa?"

"Gapapa."

"Rin, sudah berapa kali aku katakan, kamu jangan berbohong, wajahmu tidak pantas untuk berbohong."

"Ghea, apakah aku terlihat berbohong?"

"Iya. Sudah cepat cerita!"

"Fadil, Ghe."

"Fadil kenapa?"

"Tadi, dia bilang kalau dia mau duduk di sebelahku, tapi aku menolaknya, aku gamau pisah bangku sama kamu."

"Lalu apa masalahnya?"

"Masalahnya, pertanda apakah ini? Apakah akan ada badai lagi setelah badai pertama?"

"Rindu, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Aku lihat, Fadil laki-laki baik. Mungkin saja, dia malaikat yang dikirimkan semesta untuk kamu."

"Maksud kamu malaikat? Malaikat pengganti Bintang?"

"Iya, Rin. Bintang sudah menghilang kan 2 hari ini, dan bahkan dia sama sekali tidak menghubungi kamu, padahal kalian sudah saling punya id line."

"Ghea, asal kamu tahu, serpihan hati ku sudah kurangkai dilubuk milik Bintang, dan Bintang sudah menguncinya selama ini. Bagaimana mungkin aku akan menghancurkan serpihan yang telah aku rangkai sendiri? Dan bahkan untuk keluar saja aku tidak memiliki kuncinya."

"Rin, sepertinya kamu memang memiliki perasaan yang besar terhadap Bintang. Tidak salah memang jika begitu, namun kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri, Rin. Jangan sampai kamu melukai diri kamu sendiri, dan jangan sampai Bintang merusak dirimu yang indah seperti pelangi ini."

"Makasih, Ghea."

Kata demi kata yang dikatakan Ghea kupikirkan dengan baik, kucerna apa maknanya. Benar memang apa kata Ghea. Aku tidak boleh melukai diriku sendiri. Cukup Rindu, ingat belum tentu Bintang memikirkan dirimu sedalam ini. Apa yang dilakukan Bintang padamu ini jahat, Rin. Jahat sekali. Semesta, aku mohon cukup, hentikan badai ini sampai disini saja. Aku tidak ingin berderai air mata lagi seperti kala itu.

"Rin."

"Eh, Fadil, ada apa?"

"Pulang bareng aku ya?"

RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang