Di penghujung senja hari minggu Hana hanya santai di kamar. Ia merasa bosan di dalam kamar seharian. Seharusnya Hana memanfaatkan hari libur untuk jalan-jalan keluar.
Hana berdiri dari tempat tidur. Mengganti pakaian dan mengoleskan sedikit make up pada wajahnya. Tidak lupa Hana memakai mantel tebal yang di gantung di balik pintu.
"Itte kimasu.(aku pergi)" Ucap Hana meninggalkan Hara yang sedang asyik membaca buku.
"Itte rasshai.(selamat jalan), ki o tsuketene. ( hati-hati di jalan)" balas Hara. Ia masih asyik dengan buku bacaannya.
Tepat saat lift berhenti dihadapannya. Hana langsung masuk lift. Lift kosong. Hanya dia yang ada di dalam. Namun tiba-tiba lift terbuka saat ada di lantai 2. Seorang laki-laki masuk ke dalam lift.
Hana melirik orang yang berada di hadapannya.
"Sumimasen. Anata wa daigakusei desu ka? (Apa kamu seorang mahasiswa?)" Sapa Hana dengan sopan.
"Kankei nai darou.(bukan urusanmu.)" jawabnya dengan nada datar.
"dingin sekali sikap laki-laki ini." umpat Hana.
Sepanjang jalannya lift. Hana diam seolah hanya dia sendirian yang ada di lift saat ini.
"Bukannya Hara bilang kalau tidak boleh bicara dengan orang asing. Kenapa sekarang aku yang mengajak orang asing bicara." Hana bicara sendiri.
-ting-
Pintu lift terbuka. Hana sudah ada di lantai satu.Laki-laki yang di depan Hana keluar lebih dulu. Hana menatap punggung laki-laki itu yang mulai menjauh. Lalu hilang di balik pintu sebuah ruangan.
Dengan langkah cepat Hana menuju pintu keluar.
"Waktu yang tepat. Salju belum turun." Hana bicara sendiri.
Hana memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel. Ia berlalu meninggalkan gedung asrama.
Jalanan Tokyo sangat ramai di hari libur. Kota tokyo di padati para pejalan kaki. Hana berusaha melewati lautan manusia.
Sedari tadi Hana berjalan tanpa tujuan. Ia sama sekali belum mengenal satupun tempat di kota Tokyo.
Hanya bermodalkan gps di smartphone nya. Hana berjalan mengikuti kata hati. Ia sempat melihat daftar tempat wisata di kota Tokyo. Tujuannya saat ini adalah patung anjing Hachiko.
±2 km dia berjalan dari gedung asrama. Hana sudah sampai di depan patung anjing Hachiko. Monumen untuk memperingati Hachiko si anjing setia.
Hana mulai memotret dari setiap sudut patung menggunakan ponselnya. Ia juga sempat mengambil gambar dirinya bersama patung Hachiko.
Hana yang sedang asyik berfoto ria. Tiba-tiba dikejutkan oleh pemberitahuan baterai ponselnya lemah. Dan benar saja seketika ponselnya mati.
"Aisshh! Ponselnya mati lagi."decak Hana.
Hana benar-benar bingung. Satu-satunya alat petunjuk jalan pulang tidak bisa digunakan saat ini. Sekarang ia tidak tahu lagi arah jalan pulang.
Hana mulai menyusuri jalan yang sempat ia ingat. Hampir sepuluh menit ia berjalan. Hana menemukan sebuah toko yang sempat ia masuki sebelumnya.
"Sepertinya aku akan menemukan jalan pulang." Ucap Hana memberi semangat pada dirinya.
-brrukk-
Hana menabrak seseorang. Tubuhnya terjatuh di atas trotoar. Hana meringis kesakitan. Hari yang sial bagi Hana."Awww. Apa Kau tidak melihat aku?" Gumam Hana pada orang yang dihadapannya.
"Bukannya kau yang menabrakku. Dasar wanita bodoh. " Orang yang Hana omeli balik menyerang.
" Hei! Jaga ucapanmu." Protes Hana dengan nada tinggi. Hana mendongkak untuk melihat orang yang di hadapinya saat ini.
Hana membeku saat mata mereka bertemu. "Tunggu dulu, bukannya dia cowok keren yang waktu itu. Ya, ini benar dia." Hana tak sadar kalau sekarang dia sedang menatap laki-laki itu.
"Kau benar-benar gila." ucapan laki-laki itu menyadarkan Hana dari kekagumannya.
Setelah ia mengucapkan kalimat terakhir yang membuat Hana marah. Ia pergi meninggalkan Hana yang masih diam terpaku.
Tanpa pikir panjang Hana mengikuti laki-laki itu. Hana sama sekali tidak tahu ia akan dibawa kemana.
"Berhenti mengikutiku." Laki-laki itu sadar bahwa ada yang mengikutinya.
"Aku hanya ingin menanyakan jalan pulang." jelas Hana.
"Kau pikir aku sebuah peta?" tanya laki-laki itu dengan ketus.
"Bukannya kamu mahasiswa di university of Tokyo." jawab Hana.
"Apa urusanmu?" ia kembali bertanya pada Hana.
"Aku hanya ingin menanyakan di mana arah asrama university of Tokyo. Ponsel ku mati dan aku lupa jalan pulang." jelas Hana menunjukan ponselnya yang mati.
"ikuti aku" Akhirnya laki-laki itu mau mengantarkan Hana pulang.
"cho-chotto matte kudasai. (tunggu sebantar)" Hana mengikuti laki-laki itu dari belakang.
Hana berlari kecil untuk menyamakan dengan langkah cepat dari laki-laki itu. Hana tidak habis pikir kalau dia akan bertemu dengan laki-laki dingin ini.
Hanya sepuluh menit dari tempat tadi. Akhirnya Hana sudah berada lagi di depan gedung asrama.
"Arigato gozaimasu" Hana membungkukkan tubuhnya.
"ee.(ya) " singkat laki-laki itu.Laki-laki itu berlalu meninggalkan Hana. Hana hanya bisa menatap punggung laki-laki itu yang mulai menjauh.
"Ya tuhan. Aku lupa menanyakan namanya." Hana memukul jidatnya.
"Ah sudahlah lain kali saja" sambung Hana.***
Yiiiihiiyyy
Rue balik lage nihhh..
Karena hari ini hari yang spesial bagi Rue, jadi aku kasih hadiah uptade buat reders sekalian.
Apa kabar readers sekalian? Semoga kalian tak bosan-bosannya membaca cerita ini. Kali ini ceritanya tentang Hana yang sok-sok_an keliling Tokyo. Padahal dia sama sekali tidak tahu satupun jalan. Si Hara juga terlalu asyik sama bukunya. Jadi lupa kalau temannya pergi sendirian. Untungnya ada si cowok dingin yang ngasih tahu jalan pulang sama Hana. Uhuyyyy siapa ya nama cowok itu? Kalian bakalan tau di eps selanjutnya *eaeaeaaa.
Cukup sampe sini aja aku ngomongnya. Sampai ketemu di lain waktu. Baby bye bye bye bye.XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie in Summer
Short Story-Summer- Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata itu? Panas? Menyilaukan? Matahari? Daun kering? Warna orange? atau ice cream?. Semua pemikiran itu salah. Karena bagiku summer adalah kebohongan. Cast: "Aku disini menanti kepastian semu darimu...