Malaikat berdarah dingin

41 4 2
                                    

"Tak ku sangka perdebatan malam ini menjadi awal persahabatan kita."

***

"Silahkan masuk." Laki-laki itu mempersilahkan mereka masuk.

Hara dan Hana melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen milik teman Hara.Baru selangkah Hana melewati pintu. Ia tak henti berdecak kagum. Hana memperhatikan setiap rinci ruangan luas di hadapannya. Sampai membuat mulutnya menganga.

"Hati-hati. Nanti air liurmu mengotori lantai." Teman Hara tersenyum mengejek melihat tingkah Hana.

"K-kau mengejekku?" Hana segera menutup mulutnya.

Wajar saja Hana sampai menganga. Ia sangat terkesima melihat apartemen yang begitu luasnya. Sampai dia berpikir bisa bermain sepak bola. Ya mungkin itu hanya pendapat Hana.

"Kalian bisa pakai kamar di sebelah sana. Kalau kalian butuh apa-apa. Aku ada dikamar sebelah sini." Jelas teman Hara sambil menujuk kamar di kanan ruangan lalu di kiri ruangan.

"Hi. Arigatou gozaimasu." Ucap Hara sebelum Laki-laki itu pergi.

Hara mencubit lengan Hana.
Hana yang masih asyik menyapu pandangannya ke seluruh ruangan pun berteriak.

"Awww!!. Hara-san apa yang kamu lakukan." Hana mengelus lengannya yang memerah akibat cubitan Hara.

Hara memberi isyarat dengan membungkukan badannya.

"Apa maksudmu?"
"Ooooooh. Ariga-aaaaaahh!" Belum sempat Hana mengucap terima kasih. Laki-laki itu membanting kasar pintu kamarnya. Karena terkejut Hana refleks berteriak.

"Ssstt. Kamu benar-benar berisik Hana-san." Ledek Hara yang ikut terkejut oleh teriakannya.

"Sudahlah kita ke kamar saja." Hana melangkahkan kakinya menuju kamar.

Sepanjang jalan kekamar Hana hanya bisa mengerutu tak jelas. Tapi seketika mulutnya membisu saat membuka pintu.

"Wooow..." Mulut Hana menganga lebar.

"Kenapa?" Tanya Hara yang sudah berada di sampingnya.

"Seperti kamar impianku." Hana tidak bergerak dari posisi sebelumnya.

Hana masih tersihir oleh pemandangan di hadapannya. Kamar minimalis yang tertata rapi. Tempat tidur yang menghadap langsung pada jendela kaca. Sebuah meja rias dan dua kursi santai melengkapi isi kamar. Dindingnya yang berwarna biru pastel dan merah muda. Membuat mata Hana berkaca-kaca. Tak cuma itu kata-kata motivasi dan lukisan indah juga melekat pada dinding kamar.
"Kamu juga menyukainya?" Tiba-tiba Hara membuyarkan lamunan Hana.

"Ma-maksudmu?" Hana nampak bingung dengan pertanyaan Hara.
"Kamar ini miliki kakak perempuan Hamada-san. Namanya Hamada Kaori. Tapi sekarang dia sudah pergi." Saat Hara mulai bercerita. Tanpa ia sadari air matanya mulai mengalir deras.

"dia sudah pergi?. Apa yang Hara maksud dia sudah meninggal?" batin Hana.

"Maksudmu?" Tanya Hana memastikan apa yang di katakan Hara.

"Tiga tahun yang lalu... " Hara kembali mengingat masa lalunya.

Hara POV

_Flashback_
3 tahun yang lalu.

"Hei kalian sudah dengar ada murid baru."
"Kelas berapa?"
"sepertinya kelas 2-2."
"maksudmu kelas kita?."
"tepat."
"Aku jadi penasaran."

Lie in SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang