Stasiun Shibuya

36 5 0
                                    

Sendiri bukan berarti kesepian dan sepi bukan berarti sendirian. Di tempat ramaipun sepi bisa menghampiri siapapun tak terkecuali diriku. Karena...
Kadang aku bertanya pada diriku. Untuk apa aku di sini? Untuk siapa aku disini? Dan apa yang aku lakukan di sini? Apa yang akan terjadi jika aku tak di sini?.
Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Tak satupun ku temukan jawabannya.

***

"Tadaima.(Aku pulang) " Ucap Hana setelah menutup pintu kamar.

"Yokatta. (syukurlah) " Sorak Hara langsung menghampiri Hana.

"Kamu pergi tanpa memberitahuku. Mencemaskan saja." Hara menjitak kepala Hana.
"Iie. Aku sudah pamit tapi kamu terlalu asyik membaca." Bela Hana pada dirinya.

"Sou desu ka?(benarkah?) "

Hana hanya menggidikkan bahunya ketika Hara bertanya.

Setelah mendengar penjelasan Hana akhirnya Hara mengakui kesalahannya. Karena Ia telah mengabaikan sahabatnya. Dan membiarkan Hana pergi sendiri tanpa teman. Hara sangat cemas karena Hana sama sekali belum tahu bagaimana keadaan kota tokyo.

Setelah kejadian ini. Hara berjanji kalau dia tidak akan mengabaikan Hana lagi.

"Hara-san. Kamu memesan semua makanan ini?" Hana melihat kearah meja kecil tempat biasa mereka makan.

"Hi."

"Itadakimasu!" Seru Hana langsung menyantap makanan di hadapannya.

"Sepertinya kamu benar-benar kelaparan." Ledek Hara pada Hana yang sangat lahap menyantap makakan.

Pukul 07.10 p.m

Setelah menghabiskan semua makanan. Malam ini Hara ingin mengajak Hana pergi keluar. Ini untuk menebus kesalahan Hara karena sempat mengabaikan sahabatnya.

Hara berniat mengajak Hana pergi ke shibuya. Karena Hana sempat mengatakan bahwa dia sangat ingin mencoba naik kereta shibuya. Dan Hara siap kemana pun Hana mau.

"Apa pakaianku tidak berlebihan?" Meskipun Hana bukan seorang yang pandai dalam style pakaian ia mencoba untuk tidak terlihat norak.

"Iie..." 
"...Tapi ada satu yang kurang, kamu harus pakai ini" Hara memberikan syal rajut berwarna merah kepadaku.

"Arigato Hara-san" Ucap Hana.

Meskipun malam ini turun salju. Tapi tidak mengurungkan niat mereka untuk keluar. Karena bukan salju yang menghalangi mereka melainkan Pembimbing.

Benar yang mereka pikirkan. Pembimbing sedang berjaga di depan meja informasi. Sepertinya ia sedang mengawasi mahasiswa yang ingin keluar.

"Sumimasen. Han-sensei." Hara memberi salam kepada pembimbing.

"Hi. Apa Kamu juga ingin keluar asrama?". Tanya pembimbing yang bernama Han.

Betapa terkejutnya Hara hingga matanya melotot. Tubuhnya seketika membeku. Bahkan ia merasa bahwa roh dan tubuhnya terpisah.

Lie in SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang