"Takdir selalu mempertemukan kita di waktu yang salah"***
"Ikimashou.(Ayo pergi) Kita akan terlambat." Hara berdiri mengajakku pulang.
"Sou desu ka? (benarkah?)" Hana melihat kearah jam yang melingkar di tangan kirinya.
Mereka berlari keluar kedai. Dan langsung memberhentikan sebuah taksi.
"Asrama University of Tokyo." Hara langsung memberitahu tujuan mereka.
"Hi."
Mobil yang mereka tumpangi melaju kencang di jalanan Kota yang lumayan sepi. Rutinitas Kota tidak terlihat karena belum jam pulang kerja. Tapi untuk Hana dan Hara ini waktunya pulang.
Waktu mereka tinggal 13 menit lagi. Sebelum pintu asrama ditutup. Menurut Hana mereka bisa sampai tepat waktu.
Sepanjang jalan Hana hanya berdoa agar cepat sampai. Tak terkecuali dengan Hara yang nampak gelisah.
10 menit di perjalanan akhirnya mereka tiba di depan pintu gerbang asrama. Perjalanan yang singkat namun terasa lama.
"Arigato gozaimasu." Ucap Hara sembari memberikan ongkos.
"Hara-san. Cepat sebelum pintu ditutup." Teriak Hana mulai panik.
"Ee. Tu-tunggu sebentar." Hara berlari membuntuti Hana.
Lampu asrama hampir setengahnya sudah mati. Dan keadaan luar juga sangat sepi. Ini menambah kepanikan mereka berdua.
Benar saja pintu asrama sudah di tutup. Hana yang lebih dulu sampai di depan pintu langsung melihat kedalam melalui kaca. Tidak ada lagi aktivitas yang terlihat.
"Aarghh! Baakkkaaa!" Teriak Hara setelah sampai di depan pintu.Ia berlutut ketanah dan kembali mengatur nafas.
"Woi! Yang didalam buka pintu! Atau ku dobrak nih pintu! " Hana berteriak menggunakan bahasa Indonesia.
"Hana-san. Apa yang kamu lakukan?" Hara nampak bingung dengan ucapan Hana.
"Sialan!" Hana menendang pintu kaca. Bukan pintunya yang rusak malah kakinya sendiri yang sakit.
"Berhentilah Hana-san. Mereka tidak akan mendengar kita." Hara menenangkan Hana yang sedang meringis kesakitan.Hana segera berdiri dan mencari jalan keluarnya. Ia mulai mondar mandir tak jelas. Hara yang melihat hanya diam saja. Ia juga sedang memikirkan bagaimana cara mereka masuk.
"Bagaimana kalau kita pulang ke rumah kamu?" Saran Hana.
"Hana-san kalau aku pulang sekarang ibuku pasti akan marah." Jelas Hara.
"Benar juga. Bagaimana dengan teman-temanmu yang tinggal dekat sini?" Hana kembali memberi saran.
"Ide bagus. Tapi siapa yang harus aku hubungi?" Hara langsung mengecek nomor di handphone nya.
Di saat Hara sibuk menghubungi temannya. Hana kembali mondar mandir tak jelas. Ia memikirkan apa lagi yang bisa di lakukan.
Di tengah kebingungan mereka berdua. Hana melihat sosok yang mulai mendekatinya. Ia tidak sadar bahwa sosok itu sudah di hadapannya.
"RAMPOK!!! Hara-san cepat lari!" Teriak Hana yang masih diam mematung.
"Arg-gh-h Too-lon-ng Aaak-ku... " Belum sempat Hana berteriak, mulutnya disekap oleh tangan dingin seseorang di hadapannya.
Dengan sekuat tenaga Hana merontak untuk melepaskan diri. Disela itu seseorang di balik topi hitam ini berbisik.
"Ssttt diam. Kau pikir aku penjahat?" Orang misterius itu langsung melepaskan tangannya dari mulut Hana.
"Jadi Kamu siapa? Pembunuh? Atauu..." Hana mengacungkan telunjuknya ke wajah orang misterius itu.
"Hana-san. Hentikan dia temanku." Hara langsung memotong ucapan Hana.
"Sou desu ka? Ano gomen nasai. Gomen ne." Hana langsung membungkukkan badannya.
"Miaki-san apa yang kalian lakukan di sini.?" Laki-laki itu menghampiri Hara.
"Kami baru saja dari stasiun Shibuya. Seharusnya kami masih punya waktu tiga menit lagi sebelum pintu di tutup." Jelas Hara pada temannya.
"Setahuku asrama di tutup jam delapan." Ucap Laki-laki itu.
"APA?!." Teriak Hana memecah keheningan.
"Apa kau tidak bisa bicara pelan?. Dasar wanita berisik." Umpat Laki-laki itu pada Hana.
Hara hanya tersenyum melihat dua temannya sedang berselisih.
"Ayo ikut aku" Laki-laki itu menarik tangan Hara.
"Biarkan dia bicara sendiri." umpat laki-laki itu yang pergi membawa Hara.
"Hei. Tunggu aku. Hara-san tunggu." Hana berlari menyusul mereka yang sudah menjauh.
***
Hai Rue balik lagee...
Sorry yah story kali ini cukup singkat. Nanti bakalan di lanjutin sama up selanjutnya.
DaaahhhRue Milenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie in Summer
Short Story-Summer- Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata itu? Panas? Menyilaukan? Matahari? Daun kering? Warna orange? atau ice cream?. Semua pemikiran itu salah. Karena bagiku summer adalah kebohongan. Cast: "Aku disini menanti kepastian semu darimu...