Kembalinya Jiwa yang hilang

31 2 0
                                    


"Aku pikir hanya diriku yang merasa kesepian di dunia ini. Nyatanya diluar sana banyak orang sepertiku. Bahkan rasa sepi yang ia rasakan lebih berat dari yang ku bayangkan. Setelah kehilangan sosok pelindung di hidupku. Aku merasa sudah tidak pantas hidup di dunia. Tidak terbayang betapa sulitnya aku hidup sendiri. Tapi, tidak ku sangka sampai saat ini aku masih bisa bertahan. Sepertinya kehidupanku akan segera berubah. Apalagi setelah kehadirannya."  Nadilla Hana.

***

"Hooaammm!" Hana menguap lebar.
"Cepat bangun beruang tidur!" Teriak Hara tepat di kuping Hana.
"Arrrgghhh! Baakkkaa!" Hana terlonjak kaget sampai tubuhnya terhempas ke lantai.

"Apa kamu tidak bisa membangunkanku lebih tenang. Telingaku bisa tuli." Celoteh Hana yang baru saja keluar dari kamar.
"Apa kamu tidak bisa bangun lebih cepat?menyusahkan saja. " Sambung Kouzei.

"Gomen nasai." Ucap Hana sembari membungkukkan badan.
Kouzei berdiri tepat di hadapan Hana. Memandang Hana dengan tatapan tajam. Sembari menyilangkan kedua tangannya.

Hana lupa bahwa sekarang dia ada di rumah Kouzei Senpai. Semalam dia tertidur setelah mendengar cerita dari Hara. Hana terlalu lelah sampai ia kesiangan.

"Asrama akan segera dibuka, cepat kalian kembali sebelum pembimbing memeriksa." Ucap Kouzei dengan nada tegas.

"Arigatou. Kouzei senpai." Hana segera mengikuti Hara yang lebih dulu keluar.

"Kouzei senpai? Apa kita bisa makan siang bersama?" Tanya Hara dari arah pintu.

"Aku usahakan." Singkat Kouzei.

"Kenapa kamu mengajaknya?" Hana segera menarik lengan Hara dan pergi dari apartermen Kouzei.

"Bukankan akan lebih menyenangkan jika ada Kouzei Senpai." Jelas Hara.

Hana mengabaikan ucapan Hara. Ia berlalu pergi meninggalkan pintu apartment Kouzei.

Hana dan Hara sudah berada di luar gedung apartment Kouzei Senpai. Jarak mereka sekarang dengan asrama cukup dekat. Jadi mereka bisa sampai tepat waktu walaupun berjalan kaki.

"Hana-san. Kamu tahu jam berapa asrama dibuka?" Tanya Hara disela perjalanan.
"Menurut jadwal kira-kira sepuluh menit lagi." Aku melihat jam di Handphone.

Mereka mulai mempercepat langkah. Tepatnya sedikit berlari kecil. Hana mulai terlihat gelisah. Ia benar-benar takut kalau ketahuan dengan pembimbing. Bisa-bisa beasiswanya dicabut begitu saja.

Ditengah langkah cepat mereka. Seseorang memanggil nama Hara. Sontak mereka berdua menoleh ke sumber suara.

"Hara-chan!"
"Hi."
"Ohayo. Hara-chan. Kamu mengingatku?" Laki-laki dihadapan mereka menyapa Hara.
"Gomen nasai. Aku tidak mengingatmu." Ucap Hara.
"Bagaimana bisa kau melupakan aku begitu saja." Protes laki-laki itu.

"Gomen ne. Aku benar-benar tidak mengingatmu." Hara berusaha mengingat laki-laki dihadapannya.
"Nakamura Houzo. Sekarang kau mengingatku?" Laki-laki itu kembali bertanya pada Hara.
"Na-ka-mura Ho-u-zo. Aku seperti pernah mendengar nama itu." Hara mulai mengingat nama Laki-laki itu.

"Bagaimana bisa kau melupakannya. Aku teman masa kecilmu. Apa kau belum juga mengingatku?" Tanya laki-laki yang bernama Nakamura Houzo.

"Sekarang aku mengingatnya. Kau temanku di Yokohama dulu. Kau masih bisa mengenaliku?" Hara mengingat orang yang sekarang di hadapannya.

"Aku tidak mungkin melupakan lily kecil di tepi sungai." jawab Laki-laki itu.
"kau masih mengingatnya?" Hara tiba-tiba menunduk menahan tawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lie in SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang