22

11.8K 1K 227
                                    

Sory telat dan lammma...aku pikir kalian nggak teralu suka cerita kampus kayak gini, jd fokusku pada lapak sebelahnya hehehe....

Selamat membaca!!!

Fatan memang bukan laki-laki romantis tapi dengan perhatian kecil yang diberikan Fatan kepada Inka membuat inka terharu. Sudah dua minggu Inka tinggal dirumah yang telah disiapkan Fatan. Fany juga merasa sangat bahagia dan tidak menyangka jika Fatan menyiapkan rumah ini untuk Inka dan memintanya untuk tinggal bersama Inka.

Fany memperhatikan raut wajah Inka yang terlihat sangat bahagia. Walaupun sudah seminggu ini Fatan pergi ke luar kota tapi Fatan selalu meminta restauran atau cafe mengantarkan makanan untuk Inka dan Fany di Kantor.

Inka tersenyum melihat kotak makanan dari restoran terkenal yang ada di meja kerjanya. Fany selalu makan siang bersama Inka di meja kerja Inka. "gila ya, gue nggak ngerti kenapa si bos besar suka sama lo" ucap Fany sambil menyuapkan makanannya.

"Gue ini baik ceria, cerewet dan kami itu cocok. Dia pendiam dan kami itu pasangan yang saling melengkapi" ucap Inka.

"cih...saling melengkapi. Sekarang gue tanya hari ini dia telepon lo nggak?" tanya Fany.

Inka menggelengkan kepalanya "Nggak, kami hanya bertukar kabar dengan chat" jujur Inka.

"Pelit amat, Kak Abdi aja telepon gue terus walaupun dia bukan Ceo atau direktur kaya raya. Kak Abdiku itu hanya pegawai negeri biasa tapi dia banyak pulsa" ejek Fany.

Inka menghela napasnya "Jangan kompor ya Fan!" kesal Inka.

"Hehehe...coba lo telepon dia jangan-jangan dia lagi sama cewek ehmmehmman" goda Fany.

"Maksud lo? Dia genit sama cewek? No...gue percaya seratus persen kalau dia nggak bakal macem-macem" jelas Inka dengan napas yang memburu.

Tidak dapat ia pungkirin saat ini ia sedang dalam keadaan rindu. Namun ia bisa apa? Marah? Tapi ia harus mengerti kesibukan Fatan sebagai pemimpin dari beberapa perusahaan.
"Gue percaya sama dia" ucap Inka pelan.

Tiba-tiba Adit yang baru pulang makan siang membawa sebuah majalah ke atas meja Inka. "Berhenti berharap sama Fatan, Inka. Dia akan segera bertunangan dengan kekasihnya" ucap Abdi.

Inka menatap nanar saat sampul majalah itu menampilkan foto Fatan yang sedang dipeluk wanita. "Gue tahu lo masih mengharapkan Fatan. Lupakan Fatan!".

Inka menghela napasnya "Maaf Kak Abdi aku...".

Bunyi ponselnya membuat Inka segera mengangkatnya. Tertera nama Yuan berada ponselnya.

"Iya...mbak...kenapa? nggak mungkin" tubuh Inka meluruh dilantai membuat Abdi dan Fany panik.

"Ka...ada apa?" tanya Fany.

"Pulang...gue mau pulang hiks...hiks..." lirih Inka.

"Ada apa Ka?" tanya Abdi bingung.

"Ayah...hiks...ayah gue" ucap Inka pelan.

"kenapa dengan Ayah Ka?" tanya Fany panik.

"Hiks...hiks...Ayah dirumah sakit. Ayah mendadak pingsan dan sekarang belum sadarkan diri" ucap Inka.

"Ayo gue antar lo pulang ka!" ucap Adit. Inka menganggukan kepalanya dan bersama Fany mereka meninggalkan kantor menuju rumah orang tua Inka yang berjarak dua jam dari kantor.

Suasana hening di mobil membuat Adit dan Fany merasa ikut bersedih. Inka tidak berpikir jernih lagi ia ingat apa kata Mbaknya saat ditelepon memintanya untuk ikhlas.

Dua jam kemudian mereka sampai di rumah sakit dan Inka segera bergegas ke dalam ruangan dimana sang Ayah dirawat. Inka melihat ibu dan kedua saudaranya yang duduk dengan mata yang membengkak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gagal FokusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang