BAB 12

131 13 1
                                    


Tangan Amel mengepal, peluh samar-samar memenuhi pelipisnya, telapak kakinya bergerak-gerak, ia tiba-tiba saja merasa gelisah ...eh atau gugup? Hatinya berdebar mengingat selama satu jam atau lebih akan bertatap wajah dengan cowok bernama Abyan itu. Semenjak hari di mana ia bertemu dengan Abyan malam itu, ada rasa-rasa aneh yang menghimpit di dadanya, bahkan di suasana paling nyaman yang menyelimuti kamar Nina ini. Penasaran, tentunya. Lagipula Amel tak punya alasan yang jelas mengapa dia merasakanㅡ aw!

Sebuah buku jatuh di hadapannya setelah mendarat persis di dahinya kemudian ia melihat Nina yang sedang duduk di atas meja lengkap dengan dahi yang berkerut dan tatapan tajam ke arahnya.

"Gue dari tadi manggilin lo njir!!" geram Nina.

Buru-buru Amel mengusap dahinya yang berkeringat, "Iya, apaan?"

"Lo kenapa tiba-tiba mau belajar bareng? Gue dari kemaren lupa nanya," ucap Nina.

"Besok kan ulangan matematika, kata lo dia kan jago tuh, mayan lah buat bantu-bantu dikit," jawab Amel sesantai mungkin, meski ia lihat dahi Nina masih berkerut, ada yang ganjil.

"Biasanya kalo ulangan matematika lo ga pernah seambis ini dah, tumben..."

Skakmat. Amel gagu, mulutnya terbuka-tertutup. Hendak menjawab namun takut salah, tapi kalau diam maka Nina akan semakin curiga. Namun kegugupan ini tak berlangsung lama kala suara ketukan pintu kamar Nina yang ternyata berasal dari Abyan.

Cowok tinggi itu masuk ke dalam setelah Nina membukakan pintu untuknya. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun kala melihatnya. Baju putih yang ia kenakan sedikit lusuh, oh ia bahkan tak sempat pulang dahulu untuk mandi. Tangannya menggenggam sweater berwarna biru dongker yang biasa ia gunakan, lengkap dengan tas warna hitam menggantung di bahu kirinya. Abyan, terlihat sangat-amat tampan.

"Woy kok lo melamun mulu sih dari tadi!!"

Lagi-lagi Amel gelagapan, melempar tatapan yang berarti: apaan lagi?

"Kenalan dulu sama Supri," Nina menatap jahil Abyan yang bahkan lebih memilih diam saat kalimat itu ditujukan untuk mengolok-oloknya. Nina tertawa sambil memukul bahu Abyan, "muka lo biasa aja dong, ngakak hamba liatnya. Eh iya ini Abyan, Mel. Iya gue tau lo udah tau, cuma meresmikan aja. Abyan ini Amel, katanya mau diajarin sama lo."

Reflek Abyan menatap Amel dari ujung kepala sampai ujung kaki, tak heran kalau Amel semakin gugup, bahkan lututnya melemas.

Sumpah gue harus santai, rileks, santai, rileks.

"Eh, iya, Kak Abyan, besok ada ulangan Matematika. Ngga apa-apa kan minta bantuan dikit?"

Hanya anggukan kecil yang keluar sebagai jawaban dari Abyan. Tersela sedikit kecanggungan, Abyan menggaruk kepalanya kemudian memilih menatap Nina dan bertanya, "kalo lo mau belajar apa?"

Nina menggeleng cepat, "Ngga-ngga, Bunda kan ngasih imbalan ke lo cuma buat ngajar satu orang, karna hari ini ada Amel jadinyaㅡ"

"Bacot."

"Kenapa lo hobi banget sih motong omongan orang?! Lo pikir lo keren kayak gitu?! Nggak sopan goblokkk!"

Abyan berlalu, duduk di samping meja belajar Nina. Tidak membalas perkataan Nina adalah pilihan tepat, ia mampu membuat cewek itu bertambah kesal tanpa melakukan apapun. Lihatlah bagaimana kedua pipinya memerah dan tangan yang mengepal kuat-kuat di sisi tubuhnya.

"Duduk sini," perintah Abyan kepada temannya Nina, Amel.

Ada teriakan yang hendak keluar dari tenggorokan Amel, ada senyum yang setengah mati ditahan oleh Amel, dan ada rasa yang belum mau diakui sendiri oleh Amel.

Ini terlalu kecepetan, gue harus tahan ... batin Amel. Kakinya dengan kaku duduk di sebelah Abyan. Tanpa perlu diperintahkan mengeluarkan buku Matematika, membuka lembar demi lembar, "bagian sini gue agak nggak ngerti."

"Agak atau nggak ngerti semuanya?"

Astaga tutur bicaranya ...

"Apa gue ajarin dari awal aja?"

"Iya iya iya," jawab Amel cepat, terlalu cepat, dan terlalu bersemangat. Salah satu yang tak bisa ia kendalikan adalah, rona di pipinya.

Ya Abyan nggak buta, ia juga bisa lihat itu. Matanya menatap lama pemandangan aneh itu, kedua pipi tembam tapi tak setembam milik Nina itu memerah tiba-tiba. Jadi Abyan menyadarkan diri dengan menoleh ke belakang hendak mencari Nina. Benar saja, cewek itu sudah tertidur dengan earphone yang terpasang di telinganya.

"Oke, kita mulai dari sini," mulai Abyan.

Iya, semuanya bermulai dari sini.




***

GILA DAH DUA BULAN GA UPDATE, ok deh mulai sekarang nggak bakal ngaret lagi ko:(

25 Januari 2018

KANAN - KIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang