BAB 13

113 18 2
                                    


Jarum jam terus berputar, langit yang bertambah gelap tengah menumpahkan rintik-rintik air, sedikit demi sedikit ruang ini terasa semakin dingin. Abyan tak lelah menjelaskan setiap rinci materi kepada Amel, sedangkan cewek itu justru sedang kewalahan membagi fokus terhadap materi dan si penjelas materi.

Sudah lama Amel tak merasakan hangatnya malam macam ini. Setelah kandas hubungannya dengan pasangannya beberapa bulan lalu, baru kali ini ia kembali merasa nyaman berbincang dengan laki-laki. Sudut bibirnya menaik, sadar bahwa ia harus segera mengakui akan hatinya yang telah jatuh.

Ting!

Satu pesan datang dari ponsel Amel, cewek itu menatap Abyan sebentar dan Abyan pun langsung berhenti berbicara untuk mempersilahkan Amel memeriksa ponselnya.

Ringisan pelan keluar dari Amel saat ia membaca pesan yang datang ternyata berasal dari ibunya. Perintah untuk segera pulang itu membuat Amel menggigit bibir kuat-kuat, padahal lagi enak ...

"Eh, Kak, gue disuruh balik nih sama nyokap," kata Amel dengan berat hati.

"Iya, udah malem juga, kita kebablasan."

Amel mengulum senyum, memilih untuk menunduk sambil merapikan semua bukunya dan segera menggendong tasnya. "Ya udah, gue balik ya, makasih banget udah ngajarin gue malem ini he he he."

"Iya, sama-sama."

Kaki Amel berjalan pelan menuju pintu, ia memaksa diri untuk tidak berbalik, namun pada kenyataannya, ia tetap berbalik sambil berkata, "Lain kali boleh diajarin lagi, kan?"

"Boleh."

Sebelum benar-benar keluar, Amel tersenyum menatap Nina yang masih tertidur pulas, dalam hati ia berterima kasih dengan temannya itu. Teman yang biasanya hanya membuat onar itu paling tidak sekarang sudah mewujudkan keinginannya untuk berdua dengan Abyan.

Sedangkan cowok itu, bersandar di kursi sembari menatap malas hujan yang tak kunjung mereda. Abyan tahu hujan adalah anugerah Tuhan, tapi sebagian dirinya tak bisa berbohong kalau dia benar-benar tidak menyukai hujan. Karena itu, sekarang ia terpaksa berada di ruangan itu bersama Nina yang masih tertidur.

Kepalanya reflek menggeleng menatap Nina dengan seragam yang masih lengkap, rambut yang menutupi wajah, dan posisi tidur yang sama sekali tidak anggun. Maksudnya begini, Nina seharusnya tahu ada Abyan di ruangan itu, tapi ia sama sekali tidak menjaga posisi ketika tidur.

Bego banget ni bocah.

Jadi, dibanding menjadikan hujan dan Nina sebagai objek untuk diperhatikan, Abyan lebih memilih menyumpal headset ke telinganya lalu membenamkan wajah di antara tangan yang terlipat di atas meja.

Matanya kemudian terpejam ketika lagu Mike Stud yang bertajuk These Day berdentum tepat di gendang telinganya.

Ia semakin terlelap, harap-harap cowok itu tidak ketiduran sampai besok pagi.


***

8 Februari 2018

KANAN - KIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang