🗣️Chapter 5

1.4K 60 15
                                    

Malam ini terasa lebih mencekam di rasakan Shiena. Sedang Diandra santai-santai saja menikmati waktu yang tersisa sebelum sang predator datang.

Berdasarkan kabar dari Shiena siang tadi dan juga pesan masuk dari Abangnya yang bersabda bahwa beliau akan sidak ke kamar kosnya. Katanya ada hal urgent yang akan di bahas Abangnya.

Shiena sedari tadi tiada hentinya saling meremas jemarinya di atas paha. Butiran bening di dahi dan lehernya juga tidak berhenti keluar. Produksi keringatnya malam ini lebih meningkat padahal pendingin ruangan menyala seperti biasa.

"Itu kayaknya Bang Malik udah dateng!" seru Diandra ketika sayup-sayup mendengar deru mobil Abangnya memasuki area parkir kosnya.

Tanpa memedulikan reaksi sahabatnya yang semakin kaku, Diandra beranjak membukakan pintu untuk Abangnya.

"Abang! Di, kangen!" Diandra segera menghambur ke pelukan Malik tanpa terganggu dengan emosi yang tercipta di wajah Abangnya. Dia hanya merindukan Abangnya yang sok sibuk ini.

Malik membalas singkat pelukan adiknya sebelum mengurai dan memberi jarak. Tatapan mata Malik kemudian jatuh pada sosok Shiena. Perempuan itu hanya berdiam diri tanpa ada niatan menyambutnya seperti biasa.

"Duduk, Di. Abang mau ngomong sesuatu."

Mendengar intonasi suara Malik yang tegas dan dingin membuat nyali Diandra perlahan ciut. Rasa takutnya kini mulai muncul. Dia segera menempatkan diri di samping Shiena.

"Abang mau ngomongin apa? Bang Malik mau nikah, ya, jangan-jangan?" sebenarnya Diandra hanya ingin menceriakan suasa namun sepertinya gagal. Malah tatapan Abangnya semakin menghunus padanya. "Canda, Bang!"

"Kamu tau Shiena lagi hamil, kan, Di?" Malik bertanya langsung. Tidak ada kalimat pembuka dan basa-basi.

Kinerja jantung Diandra mendadak tidak berirama. Hembusan napas yang diam-diam dia keluarkan untuk mentralkan kegugupan tidak berhasil. Tidak ada pilihan lain lagi selain anggukan yang di berikan pada Abangnya.

"Terus kenapa kamu nggak kasih tau tentang kondisi Shiena pada Abang? Kamu tau sendiri kan kalau Abang juga dokter di sini?"

Jujur, Diandra sempat melupakan bahwa dia punya Abang yang bisa di mintai tolong. Selain tidak berani dengan resikonya, peringatan dari Shiena juga menjadi pokok utama. Diandra sendiri juga merasa tidak percaya bahwa saat ini Shiena tengah membawa bayi di perutnya. Sungguh!

"Lupa, Bang."

Jawaban itu mendapat dengusan kasar dari Abangnya. Wajah Malik saat ini menunjukkan sarkasme. Terkesan meremehkan.

"Kayaknya kamu bakal lupa terus seandainya Abang nggak sengaja ketemu Shiena di klinik tadi pagi."

Suasana hening. Tidak ada bantahan sama sekali dari dua gadis di depan Malik. Mereka kompak menunduk.

Tatapan Malik kembali menghunus pada Shiena yang kebetulan mengangkat pandangan sehinggan tatapan mereka saling bertabrakan. Pandangan keduanya saling terpaku satu sama lain. Shiena sendiri tidak tahu darimana datangnya keberanian itu sehingga membalas tatapan Malik.

"Saya yang akan bertanggung jawab. Saya akan menikahimu."

•••

Pagi ini Shiena bangun dengan kondisi tubuh lesuh. Kepalanya pening bukan main. Entah jam berapa semalam dirinya tidur. Yang diingat terakhir sebelum alam bawah sadarnya mengambil alih ialah Shiena tengah menghitung domba kecil. Berikutnya dia tidak ingat apa-apa lagi.

Tapi sayangnya Shiena masih mengingat jelas kalimat yang di ucapkan Malik padanya. Suara pria itu masih terngiang-ngiang di telinganya.

Saya akan bertanggung jawab!

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang