🗣️Chapter 4

17.2K 371 49
                                    

Kian hari tubuh Shiena mulai mengalami perubahan. Perut yang dulunya masih rata kini sudah terlihat menggembung. Usia kehamilan Shiena sudah memasuki akhir trimester pertama. Di usia tiga bulan kandungan Shiena membuat nafus makan perempuan muda itu semakin meningkat.

Banyak teman kelasnya bahkan menyadari perubahan itu. Tak jarang ada yang mencandainya bahwa Shiena seperti orang ngidam. Tentu Shiena tidak akan menjawab jujur jika kenyataannya memang dia lagi ngidam.

Cara berpakaian Shiena pun turut berubah, selalu memakai kemeja kebesaran untuk menutupi kondisi perutnya.

"Shi! Hari ini jadi cek kandungan?" Diandra bertanya yang segera di jawab Shiena dengan deheman singkat. "Jam berapa?"

"Jam sepuluh. Kenapa? Mau temenin?"

"Maunya, sih, gitu, tapi aku ada kelas di jam sebelas," Diandra ingin sekali ikut menemani sahabatnya, tapi mata kuliah hari ini pun tidak boleh dia tinggal begitu saja. "Kalo cek kandungan gitu lama nggak, sih, Shi?"

"Nggak juga. Yang lama itu pas ngantri doang."

"Yah, aku nggak bisa dong temenin?!" nada kecewa Diandra tidak dapat di sembunyikan lagi sehingga mau tak mau Shiena segara beralih pada sahabatnya.

"Ngga masalah. Tanpa kamu, aku bisa pergi periksa sendiri."

"Bisa di undur nggak, Shi? Undur jam satu aja gitu?" penawaran Diandra terdengar menggiurkan tapi, Shiena tetap kekeuh menolak. Apalagi sebelumnya dia sudah buat janji dengan dokternya langsung.

"Nggak bisalah. Aku udah janji sama dokternya. Yakali, aku batalin cuma gara-gara kamu!"

"Padahal aku penasaran banget pengen liat muka ponakan aku, Shi!"

Shiena memutar bola matanya keatas. "Ya ampun, Di, nanti aku liatin hasil USG aku buat kamu. Lagian umur segini belum terlalu keliatan jelas bentuknya, kok."

Tetap saja Diandra memberengut tidak puas. Pundaknya langsung luruh membuat Shiena tertawa terbahak-bahak.

"Pokoknya kamu harus sisain satu foto USG kamu buat aku simpen di dompet."

•••

Sekitar pukul setengah sepuluh tadi Shiena sudah berangkat ke klinik dan sekarang lagi menunggu giliran buat periksa kandungan.

"Periksa kandungan juga, Mba?"

Shiena mengangkat pandangan dari layar ponsel ketika seorang ibu-ibu mengajaknya berbicara.

"Iya, bu. Mau periksa kandungan juga," jawab Shiena sembari mengelus perutnya dari balik hoodie yang di kenakannya.

"Apa Mba nikah muda, ya? Muka Mba keliatan muda gitu?!"

Untuk pertanyaan sebetulnya Shiena belum tau mau jawab apa, kendati demikian kepalanya tetap mengangguk. Seolah membenarkan persepsi ibu-ibu sampingnya. Sudahlah daripada Shiena jawab jujur, pasti bakal beda cerita lagi si ibu ini.

"Hamil berapa bulan, Mba? Suaminya kok nggak temenin periksa?"

"Tiga bulan. Suami saya lagi ada kerjaan di luar kota, bu, jadi nggak sempet temenin saya kontrok hari ini."

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang