Hari 4(Bag1)

73 9 0
                                    

Beruntungnya satu hari di bulan Desember hujan tidak turun entah kenapa, langit tampak cerah, pepohonan nampak terlihat segar tersiram bekas air hujan malam tadi, terlihat burung-burung elok ber-terbangan di angkasa dan seakan tidak mau kalah kupu-kupu dan kumbang sibuk berlomba mencari bunga untuk di hisap sarinya, pagi ini cuaca sangat cerah, angin tampak bersahabat menyisahkan hembusan pelan di balik dedaunan.

Dari kejauhan Pak tua seperti biasa bersemangat membersihkan dedaunan yang berserakan di pinggir jalan, di sampingnya ada seorang pria yang menyapanya tentu saja dia adalah Reza, Pak tua menunjuk- kan raut wajah pangling seakan tidak mengenal sosok pria yang menghabiskan waktu bersamanya dua hari lalu di halte.

Setelah berbincang sebentar terlihat Pak tua tertawa lebar, menyadari bahwa pria itu adalah Reza, lalu kali ini Reza menawarkan sebatang rokok kepada Pak tua, Pak tua dengan senang hati mengambilnya,

"kau tidak kuliah?... Tanya Pak tua.

"aku sudah selesai untuk hari ini"... Jawab Reza... Aku hanya ingin menghabiskan waktu duduk membaca di halte, sambungnya.

Reza pamit menuju halte, lalu mengambil tempat untuk duduk.

Dari kejauhan seperti biasa ada Gladis yang selalu datang membawakan makanan untuk Pak tua, Gladis tersenyum manis ke arah Pak tua mereka berbincang sebentar, Pak tua menyuruh Gladis untuk menyimpan makanan yang di bawakan ke halte, Gladis menuju ke arah halte. Mereka bertemu kembali, Reza dan Gladis saling tatap sebentar Reza tersenyum dan Gladis tidak, gadis itu memasang raut terkejut.

"apa yang kau lakukan disini"?
Tanya Gladis.

"aku yakin kau tidak buta"... Kata Reza sambil memperlihatkan buku yang sedang dia baca... Kau sendiri apa yang kau lakukan disini.?... Kembali bertanya.

"aku sering kesini hampir tiap hari"

"sama aku juga mulai hari ini akan sering mampir ke tempat ini".

"maksudnya mulai hari ini"?

"iya mulai hari saat hujan ataupun tidak aku tetap akan datang ke halte ini, ini tempat umum bukan, siapa saja berhak datang ke sini"... Reza tersenyum menatap Gladis.

"ya sudah"

Gladis yang dari tadi berdiri akhirnya mengambil tempat untuk duduk, menyimpan rantang berisi makanan di sampingnya, gladis lalu membuka tas cokelat lalu mengeluarkan sapu tangan.

"ini aku kembalikan"... Kata Gladis

"simpan saja untukmu".

Gladis mengerutkan dahi..."untuk apa"?.

"Berjaga-jaga di saat kau menangis"... Reza tersenyum... "Dua hari lalu aku mencarimu di tempat ini tapi kau tidak datang hanya ada Pak tua seorang diri disini, kami lumayan banyak bercerita tentangmu, Pak tua bilang kau hampir tiap hari datang ke sini juga selalu membawakan makanan untuknya".

"aku memang selalu datang kesini membawakan makanan untuk Pak tua"

Wuss! Angin menerpa wajah mereka berdua rambut Reza yang berantakan tambah berantakan.

"apa lagi yang kalian bicarakan?."... Tanya Gladis penasaran.

"hanya itu, Pak tua juga bilang kau selalu datang kesini karena kau menunggu seorang lelaki".

Mendengar perkataan Reza wajah Gladis termenung.

"oh iya kata Pak tua kau juga sangat cantik"... Sambung Reza sambil tertawa kecil.

Raut wajah Gladis berubah dia tersipu malu mendengar perkataan Reza.

"benar kata Pak tua kau cantik apalagi saat tersenyum"... Goda Reza.

"jadi siapa lelaki yang kau tunggu"?.

Gladis kembali termenung.

"eh maaf aku tidak bermaksud lancang tidak mengapa jika kau tidak ingin menceritakan atau memberi tahu siapa lelaki itu, aku tidak punya hak untuk memaksamu, maaf sekali lagi aku tidak bermaksud.

"sudah tidak apa-apa"... Kata gladis lirih

"aku hanya ingin mencairkan suasana yang canggung ini, kau ingat pertemuan kita sebelumnya? Kau pergi begitu saja, aku fikir kau marah terhadapku".

Gladis menoleh ke arah Reza, mereka saling tatap... "Aku langsung pergi waktu itu karena aku tidak ingin ada orang lain yang melihat ku menangis, jadi kubiarkan diriku terkena air hujan agar tidak ada satu pun orang yang tahu, aku tidak pernah marah kepadamu"... Gladis tersenyum... "aku juga minta maaf karena mengambil lalu membuang rokok mu waktu itu, lalu lupa mengembalikan sapu tanganmu, aku juga tidak tahu kenapa kau bisa tahu kalau aku sedang patah hati, tapi tebakanmu memang benar".

Reza membalas senyum... "syukurlah kalau begitu, kalau soal patah hati semua orang pernah merasakan patah hati tapi kau tidak pandai menyembunyikan ekspresi sedihmu".

"kau tahu, hujan selalu memberi tanda saat ia hendak turun, tapi tidak dengannya dia seperti rindu yang datangnya bisa kapan saja".

Saat Gladis berkata demikian Reza hanya terdiam, matanya terpaku sedikitpun tidak memalingkan pandangan, lalu Gladis mulai bercerita.

"kumulai dari pertemuan singkatku dengannya, di sore itu"...

TBC

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang