Hari 6

44 7 0
                                    

"Salah satu hal paling melelahkan di dunia ini, saat kita ingin melepaskan sesuatu namun, ia tetap saja mengejar kita".

"Kata siapa?". Tanya Gladis.

"Kata Boy candra di bukunya". Reza tersenyum.

"Kita tidak pernah tahu akan isi hati seseorang".

"Lalu apa?". Jawab Reza.

"Lalu saling mengerti dan memahami adalah kuncinya".

"Hmm..." Reza menggumam.

"Kau pernah tidak, jatuh cinta?". Tanya Gladis.

"Tentu saja pernah, bahkan setiap hari aku jatuh cinta".

"Sama siapa?". Tanya Gladis penarasan.

"Sama Tuhanku, sama kedua orang tuaku, sama diriku sendiri!".

"Bukan, maksudku jatuh cinta sama seseorang mungkin?".

"Oh kalau itu sudah lama sekali".

"Menurutmu aku cantik". Tanya Gladis.

Reza kaget akan pertanyaan dari Gladis, wajah Gladis pun memerah.

"Umm palingkan wajah mu ke arahku, lalu mendekat kesini!".

Gladis menoleh kearah Reza mendekatkan badannya ke arah Reza.

"Jangan terlalu dekat".

"Katanya suruh mendekat bagaimana sih".

"Iya tapi jangan terlalu dekat".

Reza memperhatikan Gladis dari ujung kepala sampai kaki.

"Biasa saja sih" Reza tertawa.

Gladis mencubit bahu Reza, dia terlihat kesal.

"Kau cantik semua wanita cantik, tergantung dari bagaimana dia bersikap dan merawat diri, kalau hatinya baik sudah tentu cantik".

"Terus bagaimana denganku? sudah hampir seminggu kita berkenalan Menurutmu aku orangnya baik?". Tanya Gladis.

"Menurutku kau orangnya baik, bagaimana bisa kita baru kenal lalu kau mau saja bercerita denganku".

Gladis tersenyum mengepalkan tangan lalu mengulurkannya ke arah Reza.

"Apa ini?". Tanya Reza.

"Tos dulu dong!". Sambil tersenyum lebar.

Reza juga ikut mengepalkan tangan, mereka tertawa.

Hujan masih turun di tempat yang sama, seakan masih mau berlama - lama hujan menahan mereka berdua, hanya ada mereka berdua.

"Pak tua kemana? Tumben tidak datang".

"Mungkin Pak tua sedang ada urusan, entahlah". Jawab Reza.

"Mungkin saja". Kata Gladis.

"Lalu kau sendiri kenapa masih betah menunggu disini"?.

"Entahlah, bukankah cinta itu butuh perjuangan, Aku yakin dia akan datang kesini menemuiku seperti aku yang selalu menantinya disini"...

-----------------------------------

Malam itu dia datang menjemputku, sesuai janji dia datang pukul tujuh, Adrian mengajakku melihat pertunjukan teatrikal musik.

"Ayo maju lagi!". Seru petugas keamanan, antrian begitu sesak di penuhi ratusan orang yang hendak membeli tiket pertunjukan.

"Kalau kamu capek berdiri biar aku saja, nanti tunggu aku di pintu masuk". Kata Adrian kepadaku, aku mengangguk lalu keluar dari barisan antrian, lima menit berlalu Adrian datang menjemputku di pintu masuk kami berjalan beriringan.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang