5 Puluh 9

336 65 5
                                    

"Hai"

Qiandra mengalihkan pandangannya ke arah suara. Setelah melihat siapa pemilik suara itu, dia tersenyum.

"Gimana ujiannya? Bisa?"

"Alhamdulillah, bisa."

"Balik bareng siapa, Ndra?"

"Kalo ga sama Kenan, ya sendiri."

"Balik sama gua, mau?"

"Mau aja."

"Yaudah ayo"
"Udah makan?"

Qiandra menggeleng.

"Yaudah nanti mampir ke tempat makan dulu"

"Engga usah"

"Sekalian beliin makanan buat bunda sama Razka. Ga ada penolakan"

Qiandra pasrah.

Sesampainya ditempat makan, Qiandra sama sekali belum menyentuh CheeseBurger yang dipesannya tadi. Dia hanya melamun.

"Qiandra?"

Qiandra tidak bergeming.

"Hei!" Azzam yang sedari tadi bersamanya itu menepuk pundak Qiandra.
Qiandra keliatan terkejut. "Iya?" Jawabnya melihat Azzam.

Azzam menghela nafas, "kenapa ga di makan?"

"Oh,"

Azzam menyernyit, Azzam emang ngeliat Qiandra kaya baru inget kalo makanannya itu belum dia makan, tapi bukannya langsung dimakan, malah keliatan bingung harus ngapain.

"Kenapa, Ndra?"

Qiandra keliatan kaya orang ling lung.

"Hei, kenapa?" Azzam memegang tangan Qiandra yang ada diatas meja, lalu mengusap pelan.

Qiandra keliatan lebih tenang saat Azzam memegang tangannya itu.

"Keinget Alm.?" Tanya Azzam menatap Qiandra.

Qiandra balik menatap, tapi engga lama, dia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Pundaknya keliatan bergetar, Azzam ngerasa kasihan sama Qiandra, dia tau betul apa yang dirasain Qiandra sekarang ini.

"Gua tau banget apa yang lo rasain sekarang, Ndra. Karna emang gua pernah ngerasain."

Qiandra mulai sesenggukan.
Azzam langsung narik kursi dia ke sebelah Qiandra, meluk Qiandra, dan nepuk punggung Qiandra pelan.

"Udah cukup, Ndra. Semenjak Alm. pergi lo jadi kurus, mata sembab, kurang sehat, sakit terus. Lu pikir alm. bokap lo suka ngeliat lo yang kaya gini?"

Qiandra mencengkram seragam Azzam.

"Stop nangisnya. Buat apa lo tangisin lagi? Ga guna. Emang dengan lo nangis kaya gini? Dengan lo murung terus kaya gini? Alm. bokap lo bakal balik lagi? Engga"
"Udah Qiandra, jangan terlalu berlebihan nangisin ayah lo. Biarin dia tenang dengan ngeliat anaknya bisa senyum lagi kaya dulu"

++++

"Bun, mulai buka toko kue jadinya kapan?" Tanya Qiandra.

"Kemungkinan besok teh. Kenapa?"
Jawab bunda

"Ya gapapa. Cuma pengen bantu aja sblm aku pergi ke Paris"

Yap. Jadi Qiandra ini pergi kuliah ke Paris, dan kuliah design disana.

"Ganyangka loh. Ternyata teteh pengen jadi designer selama ini tuh." Razka ikut nimbrung.

"Bunda aja sampe gatau kalo kamu itu pengen jadi designer"

Qiandra cuma senyum aja.

"Ya ga aneh juga sih. Secara gitu ya, bun. Baju yg sering teteh pake itu gapernah norak. Fashionable lah hehe"

"Apaansi jangan berlebihan ah."
"Udah ah. Aku ke kamar dulu, mau belajar"

"Iya gih sana"
"Eh iya, bunda sampe lupa"

"Kenapa bun?" Tanya Razka.

"Minggu depan keluarga yg di Bali mau kesini"

"Yang bener bun?!" Qiandra kaget.

"Ya bener, masa bohongan."

"Raka ikut?" Qiandra nanya lagi dengan muka yang masih kaget.

"Ikut kali. Gatau deh"

"Yesss!!!" Ucap Qiandra sambil lari ke kamarnya.

Bunda sama Razka cuma saling lempar tatapan.

"Teteh gapapa kan ya bun? Ga bipolar kan ya?"

"Hus! Kamu itu ngomongnya!"

"Ya abis aneh. Dari semenjak ayah meninggal teteh sama sekali ga nunjukin senyumnya loh. Lah ini?"

"Hm iya emang. Tapi kamu sadar ga de? Teteh mulai dari tadi pulang sekolah udah banyak ngomong lagi, ga kaya kemaren kemaren yang diem mulu."

Razka ngangkat bahu.
"Tau ah pusing, mending telfonan"

"Telfonan? Sama siapa hayoooo?"
"Sama Febri ya?" Ejek bunda.

Muka Razka merah, "a.. apaan bunda. E-engga ko"

----

"Halo Razka?"

"Hai, by" jawab Razka dari seberang telfon sana.

"Hahha apa banget sih. Rumah seberangan sampe telfonan gini"

"Ya gapapa si, emg mau ketemu langsung? Biasanya ngeliat gua aja langsung ciut kan lu?"

"Apaansi. Gausah dibahas ah. Malu maluin"

"By?"

"Iya?"

"CIEEEE TELFONAN SAMA SIAPA TUUUUUUUUU"

Mata Razka langsung ngebulet. Pas nengok ke belakang, didepan pintu kamarnya udah ada kakaknya yg lagi ngakakin dia.

"Anj TETEH! Pergi ga lo?!" Marah Razka.

"Bundaaaaaa. Razka pacaran sama Febriii HAHAHAHA"

"Astaghfirullah" Razka ngeringis malu.
"By, gua tutup dulu ya. Nanti telfon lg. Night" buru buru Razka matiin telfonnya.

"Teteh! Jangan bikin malu gua anjenk"

"Ih ngomong kasar!"

"Ya abisnya lo juga!"

"Ko gua?!"
"Heh sejak kapan lo mulai telfonan sama Febri?"

"Kapan aja boleh! Udah udah sono pergi lu!" Razka dorong kakaknya itu biar keluar dari kamarnya.

"Gila sih gila. Teteh gua beneran bipolar kayanya"

Cerita MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang