Boy Oh Boy || Kim Min Gyu

Love Sick #8

Vote nya dulu sebelum membaca~

Happy reading~

LINE

Kim Min Gyu

"Maaf, aku sedang sibuk hari ini."

Choi Hae Jeong

"Baiklah"

Kim Min Gyu

"Maaf Hae Jeong"

Hela nafas yang terasa berat ini terdengar nyaring hingga telingaku. Tersenyum miris menerima fakta seorang Kim Min Gyu menolak ajakanku untuk bertemu kesekian kalinya setelah kepulanganku dari Singapura. Jarak di tempatku berada dengan kediamannya sangat dekat tapi kenapa sesulit ini untuk bertemu dengannya.

Sejak tadi masih kulihat chat room-ku dengan Min Gyu, mataku terlalu fokus dengan kata 'Maaf, aku sedang sibuk hari ini'. Kata sederhana yang entah mengapa aku tak bisa menampik merasakan sakit di hatiku, karena bagiku itu bukan kata sederhana. Kata 'sibuk' terasa seperti hanyalah angin lalu dan alasan yang sangat-sangat klasik untuk menghindariku.

Aku merasakannya.

Aku merasakan seorang Kim Min Gyu yang menghindariku dengan satu kata 'sibuk'. Ingin rasanya menertawai ini semua dan menertawai diriku yang tetap saja menghubunginya meskipun aku selalu ia hindari dengan alasan 'sibuk'-nya itu.

Aku tak lupa dengan tekadku untuk melupakannya dan menyelesaikan segala perasaanku yang tersimpan di hatiku ini. Bertemu adalah alasan agar aku bisa memastikan jika kami benar-benar selesai karena aku harus bicara dengannya, dulu dia berjanji dan aku hanya ingin tahu apa janji itu dilanjutkan atau berakhir.

Bukan aku yang berjanji.

Tapi dirinya.

'Meskipun kita tak memiliki hubungan lebih, aku janji takkan pergi kemanapun'

'Aku akan serius memiliki hubungan denganmu setelah tiba saatnya aku bisa mempersiapkan masa depanku denganmu.'

'Siapa yang tak ingin denganmu? Aku? Pasti, sungguh aku sangat menginginkanmu menjadi milikku dan hidup bersamaku.'

"Hahahaha..."

Tertawa. Aku mentertawai setiap kata yang sangat kuingat jelas itu, janji manis yang berakhir dengan kebohongan.

Mungkin orang lain akan mengatakan aku terlalu mudah untuk dibodohi dengan janji. Karena realita yang ada pada umumnya janji hanyalah kalimat penenang dan sisanya hanyalah kebohongan. Mempercayai seseorang untuk saat ini adalah kelemahanku, kelemahanku ketika aku harus menghadapi bukan dengan orang yang baik.

Aku yang bodoh disini?

Atau memang mereka yang tak bisa menggenggam komitmen?