New casts!
Harry Styles and Maggie Smith!
And thanks to @itsemilia for amazing trailer. I dedicate this chapter to her.
Picture of haven on multimedia.
Enjoy!
➶ ➷ ➶ ➷ ➶ ➷
Awalnya aku terus berpikir positif berusaha menekankan kalau ia baik-baik saja, namun seperseikan detik setelah itu, aku mulai cemas, ini terlalu lama hanya sekedar untuk mencari kayu kering. Aku sudah bersih tanpa ada noda tanah, maupun noda darah, air sungai telah membantuku. Aku memakai pakaian Dlar yang ditinggalkannya, karena aku tak banyak membuat pakain setelah ia menghilang. Getah Ash tidak begitu membantuku untuk merekatkan tali keranjangku yang telah putus, setidaknya tali itu menyambung kembali, walaupun aku tidak akan bisa mengangkatnya dengan tali itu, karena tali itu akan langsung putus.
Wajah Dlar tiba-tiba saja berada dalam kepalaku, tetapi itu tidak bertahan lama, wajah Dlar yang putih memerah langsung digantikan dengan wajah Oliver yang pingsan dan berkeringat, itu terasa nyata dibenakku, kurasa itu tidak mungkin, karena dia pasti baik-baik saja, dia hanya mengumpulkan kayu, lalu kembali, ya dia sebentar lagi kembali kesini, tanpa ada cacat. Walaupun dia tidak kembali malam ini, aku akan tetap berpikir bahwa dia kelelahan, lalu tertidur dibawah pohon. Ketakutanku hanyalah penguntit, mereka mengganggu siapa saja, mereka tak peduli kalau korbannya terluka atau mati sekalipun.
Kepalaku berdenyut sakit, memikirkan kemungkinan buruk yang mungkin saja menimpanya, seharusnya aku tak membiarkannya pergi sendirian tanpaku, bahkan seharusnya aku yang mengambil kayunya dan dia duduk ditempat berlindung yang aman, setidaknya jauh lebih aman daripada diluar sana, dipepohonan yang rapat, dimana banyak penguntit bersembunyi disana.
Aku mengatupkan jari-jariku tanpa telapak tangan yang menyatu, lalu menempelkannya kepohon Ash yang berada dekat denganku, "Aku memohon kepada Roh dunia untuk melindungi Oliver dimanapun ia berada." Aku melepaskan jari-jariku, dan menjauhkan tanganku dari pohon Ash.
Aku merasa kesepian setelah temanku dan neneknya-yang sudah aku anggap nenekku sendiri- dari klan Angsa pergi sekitar 2 musim dingin sebelum Dlar menghilang, lalu bertambah kesepian setelah Dlar menghilang. Aku tidak memiliki teman, dan keluarga. Beberapa musim dingin setelah itu, Oliver datang, menemukannya tertidur ditempat berlindungku dengan luka dibahunya. Pada saat aku berbicara kepadanya --itu pertama kalinya aku berbicara setelah Dlar menghilang, bahkan aku hampir lupa bagaimana cara berbicara-- aku merasa memliki teman, tidak lagi merasakan kesepian, aku merasa memiliki keluarga, walaupun belum sampai tiga hari aku mengenalnya, tapi aku tahu dia gadis yang baik. Aku tidak ingin dia hilang, aku tidak ingin kesepian lagi, dan tidak memiliki seseorang yang mengertiku untuk kedua kalinya.
* * *
"Lihat, kesini, nek! Dia bangun." Seorang laki-laki berteriak dari ujung tempat tidur dimana seorang perempuan terbaring. Neneknya sedang menuangkan air rebusan daun teh kedalam gelas usang yang terbuat dari kulit biri-biri dengan penampang terbuat dari kulit kayu.
"Oh, syukurlah kalau begitu." Ren berjalan lambat kearah Harry yang berada diujung tempat tidur--yang terlihat usang-- dengan segelas teh hangat ditangannya. Ren menaruhnya--dengan sedikit gemetar- dimeja yang berada tepat disamping tempat tidur yang terbuat dari batang kayu patah yang dipotong tipis-- setiap orang dilarang memotong pohon, karena pohon itu bagian dari roh dunia--yang ditutupi kulit harimau berbulu. Tempat tidur yang terasa kurang nyaman bagi Oliver, tetapi itu sudah cukup daripada harus tidur dilantai tanah yang kotor.
"Bagaimana perasaanmu?" Ren berbicara dengan suara yang bergetar mengingat umurnya yang sudah lebih dari 80 tahun itu. Rambutnya putih berkilau, keriput tak begitu terlihat ditangannya, dan tinggi yang tak lebih dari Oliver sendiri.