Mata yang membulat sempurna, bibir yang membeku tak bisa berucap satu kata pun yang ingin dilontarkannya. Tangannya yang gemetar dan perasaan takut menjalar keseluruh tubuhnya. Keringat dingin yang mulai mengucur membasahi lehernya yang jenjang dan putih.
Saat ini dihadapannya sudah ada seorang laki-laki paruh baya yang berperawakan gagah, bahkan tinggi sang gadis hanya se-dada laki-laki itu, retina matanya menatap lurus kearahnya, tajam nan menusuk.
"Mau kemana? " cukup dua kata yang dilontarkan mampu membuat gadis itu ciut seketika. Suara lantang dan tegas, menusuk dan dingin. Kata kata yang tak terbantahkan, jika sudah Hannan-Ayahnya angkat bicara.
"Tania mau kerja kelompok pah" pelan, namun dapat didengar oleh Hannan.
"Malam?" tanya Hannan matanya masih fokus menatap penampilan anak gadisnya yang cantik sepert istrinya saat usia remaja.
"Baiklah" ucap Hannan saat melihat jawaban Tania hanya menganggukan kepalanya.
Lega, satu kata yang membuat Tania bernapas. Dia kira saat ini Ayahnya menyuruhnya untuk kembali masuk ke kamar dan menyuruhnya belajar seperti hari-hari sebelumnya.
Karena Hannan jarang dirumah sehingga ia tak sempat mengurus anak-anaknya. Dia hanya menyuruh anaknya untuk belajar dan belajar, ia tak pernah mengerti anaknya yang saat ini sedang dalam masa pubertas yang ingin merasakan indahnya jatuh cinta dan bermain ke mal bersama teman-temannya pada masa putih abu-abu ini.
"Minta kakakmu untuk menemani!" Senyum yang tadinya terukir indah diwajahnya luntur sudah.
Ia kira saat ini dia bisa pergi bersama teman-temannya dan mencicipi macam-macam minuman yang berada di Club. Yap, tujuan Tania adalah pergi ke Club malam bersama teman-temannya, ia tak pernah sedikit pun merasakan dunia luar, ia tak tahu dunia malam seperti apa. sungguh perbuatan yang berbanding terbalik dengan Willy sang kakak.
===============
Hannan memanggil Willy yang saat ini sedang bersantai dihalaman belakang rumahnya, ia disuruh untuk mengantarkan adiknya ke rumah temannya karena kerja kelompok-tapi itu hanya alasan Tania agar ia dapat keluar. Akhirnya Willy bersedia untuk mengantar Tania, walau sempat ada adu mulut sebelum berangkat karena Tania tak ingin diantar dengan alasan takut mengganggu waktu Willy belajar dan sudah berbagai alasan, namun Hannan tetap dengan pendiriannya. Dan Willy pun tak menolak untuk mengantar adiknya ini, dia tahu bahwa adiknya merencanakan sesuatu saat ini.
Sunyi, hanya terdengar deru mesin mobil yang saat ini dikendarai oleh Willy. Kedua tangan Tania yang bersidekap didada sambil melirik kakaknya-Willy yang saat ini sedang fokus menatap lurus ke jalan. Bibir ranum nan mungil berwarna merah muda yang tak memakai lipbalm ini mengerucut yang menambah kelucuan pada diri Tania saat ini.
"Belok kiri kak"
"Lho? Bukannya ke kanan ya? " bingung Willy, namun ia tetap mengikuti perintah adiknya.
"Temen gue kan banyak, malam ini gue mau ngerjain tugas di rumah Lena" jelasnya pada sang kakak. Willy yang mendengar penuturan adiknya hanya beroh ria dan menganggukan kepalanya.
"Gue kira Lo gak punya temen di kelas"
"Sialan lo"
"Ya abisnya Lo aja galak gitu, mana ada yang mau sama lo" kata Willy sambil diiringi tawa yang membuat matanya yang sipit menjadi garis lurus tak terlihat.
"Enak aja, gue punya banyak temen, emang kayak Lo yang sama cewe aja cuek, gimana punya temen tuh" gantian saat ini Tania yang puas menertawakan sang kakak. Willy hanya mendengus sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLSHIT
RomanceSelama dua tahun Tania menderita karena harus menunggu sang kekasih kembali, namun nyatanya Tania harus mengubur dalam-dalam kepercayaannya itu. Cinta lama yang datang kembali membuat Ristania merasakan sakit yang sama saat dirinya ditinggal pergi...