Warnet

588 109 5
                                        

"Permisi, saya mau—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Permisi, saya mau—"

"Langsung ambil tempat duduk aja. Nyalain komputernya, pilih mau main berapa jam. Setelah main, kesini terus bayar."

Mulutku otomatis kembali tertutup rapat begitu mendengar intruksi singkat namun padat dari si laki-laki penjaga warung internet. Aku hanya bisa mengangguk singkat walaupun dalam hati mengumpat ke laki-laki berkulit putih pucat itu.

Ayolah, memang memotong ucapan orang itu tindakan sopan? Bagaimanapun aku adalah pembeli dan pembeli adalah raja. Memangnya ia bisa seenaknya begitu hanya karena aku seorang perempuan dan masih berstatus anak SMA?

Aku menghembuskan napas kasar. Oke, tidak ada gunanya memikirkan si penjaga warnet sialan. Lebih baik aku cepat-cepat mencari komputer yang kosong karena segerombolan siswa laki-laki baru saja masuk ke dalam warnet dan aku tak mau tidak kedapatan komputer.

Langkah kakiku semakin cepat berjalan melewati bilik-bilik komputer yang bisa dibilang banyak karena memang warnet ini merupakan salah satu warnet yang terbagus dengan fasilitas yang baik di daerahku.

Aku menghempaskan badanku diatas bantalan empuk di kursi yang baru saja aku dapatkan setelah beberapa saat berkelana mencarinya. Aku meletakkan tas sekolahku dibawah meja komputer dan menyenderkan punggungku disandaran kursi agar bisa bermain internet dengan nyaman.

Oke, sekarang aku harus bagaimana?

Ini adalah kali pertama aku datang ke warnet karena memang dirumahku sendiri terdapat Wifi dan aku juga selalu berlangganan paket internet di ponselku.

Ugh, ini semua karena aku yang mendapat giliran mendownload seluruh episode drama korea yang akan kami tonton malam minggu nanti di rumah Saeron. Sialnya, Wifi dirumahku sudah beberapa hari error dan aku tak mungkin mendownloadnya tanpa Wifi karena pasti akan menyedot banyak kuota internet.

Jadi, disinilah aku sekarang. Sendirian pada pengalaman pertamaku di warnet tanpa teman yang menemani karena teman-temanku memiliki urusannya masing-masing yang katanya penting.

Teman oh teman.

Aku mengedarkan pandanganku mencari tombol power guna menyalakan komputer ini. Ah ini dia. Aku langsung menekan tombol itu dan kembali menyenderkan punggungku ke senderan kursi. Setelah beberapa menit berlalu, aku menyadari satu hal janggal.

Kenapa komputernya tidak kunjung menyala?

Aku menggaruk kepalaku dengan perasan bingung. Aku kembali menekan tombol power tadi namun hasilnya nihil, komputer itu masih tidak menyala.

Aku memutuskan untuk meminta bantuan orang lain. Aku menoleh ke kanan, namun ternyata yang ada hanya bangku kosong. Orang yang sebelumnya duduk disebelahku sudah menghilang entah kemana. Aku menoleh ke kiri, terdapat seorang cowok yang sepertinya juga anak SMA karena ia mengenakan seragam.

Lagi-lagi aku hanya bisa menggaruk kepalaku dengan perasaan bingung. Ayolah, aku tak akan sebingung dan semalu ini jika orang yang akan aku mintai tolong adalah seorang perempuan atau paling tidak ia adalah 'mas-mas' yang berumur jauh diatasku. Bukan seorang cowok yang seumuran denganku.

Full of Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang