❄2. Febian Anggara

513 32 0
                                    

"Kamu adalah orang pertama yang berhasil membuatku bertindak sekonyol ini."
-R E A S O N-
❄☔☔❄

Rumah sakit Kasih Raya bukanlah hal asing lagi bagi seorang Febriani Alana Putri, Ibunya yang merupakan salah satu dokter bedah dirumah sakit itu membuat Feby sangat sering menginjakkan kaki disana. Beberapa suster dan pasien bahkan telah akrab dengan Feby.

Sama seperti saat ini, dengan menenteng tas dipunggung, Feby dengan langkah ringan menelusuri koridor rumah sakit sembari sesekali menyapa wajah-wajah orang yang dikenalinya.

"Sore Suster An, baru selesai ngecek pasien?." Feby berhenti di hadapan seorang perempuan dengan seragam perawat rumah sakit yang baru saja keluar dari salah satu ruangan pasien.

Sejenak, Feby mendongakkan kepalanya mengintip dari sela-sela pintu yang belum tertutup. Namun, sama sekali tidak melihat apapun selain sebuah sofa panjang berwarna coklat.

"Eh, Feby. Iya nih, Mbak baru ngecek pasien." Suster Ana tersenyum menatap remaja dihadapannya ini. "Pulang sekolah langsung kesini lagi? Gak kapok dimarahin Mama kamu lagi?."

Feby mengalihkan perhatiannya dari pintu, menatap sejenak ke arah suster Ana kemudian melirik seragam yang masih melekat ditubuhnya. Ia tersenyum, terkekeh karena sudah meramalkan bagaimana reaksi Mamanya lagi. "Tenang, Feby udah buat persiapan." Jawabnya sembari menepuk tas punggungnya.

Suster Ana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak tahu harus berkata apalagi untuk menasehati Feby yang lebih memilih berada dirumah sakit dari pada dirumahnya sendiri.

"Mama dimana Sus?."

"Sepertinya Dokter Dea sedang ada operasi, kamu tunggu saja di ruangannya." Jawab Suster Ana setelah terdiam sejenak mengingat jadwal salah satu dokter bedah itu.

"Sus, Gimana keadaan Angel?."

Mendengar suara orang lain di dekatnya, Feby tanpa sadar menoleh menatap langsung ke mata segelap malam yang sedikit memberinya sensasi aneh. Ditambah lagi wajah tanpa celah itu seketika berhasil mengalihkan perhatian Feby. Entah sudah berapa banyak kaum hawa yang terjerat pada pesonanya.

"Gila, ganteng banget." Gumamnya tanpa sadar.

Cowok itu, mengernyitkan dahinya. Menatap Feby seolah cewek itu adalah mahkluk aneh yang baru pertama kali dilihatnya.

"Aneh."

Feby mengerjapkan matanya, satu kata penuh ejekan itu berhasil mengembalikan Feby ke dunia nyata. Raut wajah datar tanpa senyuman itu mengingatkannya pada salah satu tokoh di novel yang pernah dibacanya. Dingin, datar tapi ganteng. Fikirnya.

Suster Ana berdehem, menyadari suasana aneh disekitar mereka. "Tadi kamu nanya apa yah dek?."

Cowok itu, kembali mengalihkan tatapannya ke arah Suster Ana."Bagaimana keadaan pasien diruangan ini?."

"Kondisinya cukup stabil, pasien sedang tertidur saat ini." Suster Ana tersenyum sopan.

Cowok itu terdiam sejenak, entah apa yang difikirkannya. Ia hanya berdiri, menatap kosong ke arah pintu. "Apakah Angel bisa disembuhkan?." Tanyanya pelan.

Suster Ana tersenyum menenangkan "Serahkan saja semuanya kepada pihak rumah sakit, kami tentu akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan pasien."

Jawaban penuh ketidakpastian itu membuatnya tersenyum miris, ia berbalik pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Feby mengerjapkan matanya, menatap kepergian cowok itu dengan dahi mengerut. Entah kenapa, sejenak Feby dapat melihat penyesalan dan kesepian dalam tatapan cowok itu. Kemudian tatapan Feby jatuh pada baju yang dikenakan cowok itu, matanya melotot terkejut melihat seragam yang sama persis dengan yang ia gunakan. Seragam anak SMA Angkasa.

R E A S O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang