❄7. Terbiasa

361 20 3
                                    

"Sedikit demi sedikit aku akan membuatmu terbiasa dengan kehadiranku."

_Febriani Alana Putri_

******

Sepertinya hari ini tidaklah seburuk yang difikirkannya, setidaknya Feby bisa bertemu dengan Angga dan bahkan diantar pulang oleh cowok kaku itu. Sebuah pencapaian yang cukup bagus.

Tatapan Feby tak pernah berpindah sejak dia memasuki mobil, Feby menatap wajah tampan Angga yang terlihat serius menatap jalan di depannya. Sebuah senyum tak pernah lepas dari bibirnya yang  sudah tidak sepucat tadi.

Mungkin karena mulai merasa tak nyaman dengan tatapan Feby, Angga mulai membuka suaranya "Dimana?" Tanyanya agak ketus, masih kesal dengan kelancangan Febby yang meminta diantar pulang tanpa bertanya padanya.

"Hah?" Feby mengerjap-ngerjapkan matanya, tak menyangka Angga akan mengambil inisiatif untuk berbicara padanya.

"Bego."

Tak mengindahkan ejekan itu, Feby dengan antusias menyebutkan alamatnya selengkap-lengkapnya, bahkan warna cat dan bentuk rumahnyapun ia jelaskan pada Angga. Yah, walaupun hanya dibalas dengan anggukan singkat oleh cowok itu. Tetap saja, Angga si cowok kaku berbicara lebih dulu padanya adalah sebuah pencapain. Walaupun itu hanya satu kata sederhana.

Hari ini satu kata, mungkin saja besok-besok Angga udah mulai nyaman ngomong sama gue, bisa aja kan? Fikirnya senang.

"Angga, lo udah punya pacar?" Feby memperbaiki posisi duduknya, sedikit miring menghadap cowok itu.

Tak ada tanggapan, Angga tetap diam fokus menatap jalan di depannya. Mungkin karena Feby sudah terbiasa diabaikan, Feby tak lagi mempermasalahkan kediaman cowok itu. "Gue yakin lo gak punya sih..." Feby menatap dari atas ke bawah, menilai. "Cowok kaku dan gak berperasaan kayak lo, mana mungkin mau pacaran. Ya, kan?" Ocehnya, menepuk bahu Angga pelan.

Melirik tajam, Angga menjauhkan lengannya dari jangkauan tangan Feby, kemudian kembali fokus pada jalan di depannya. Benar-benar tidak mengindahkan kehadiran Feby, yang ada difikiran Angga saat ini adalah secepatnya ia mengantar cewek berisik itu pulang, agar dia bisa mendapat ketenangannya kembali.

Feby mencibir sembari menjauhkan tangannya yang masih menggantung "Kayak anak perawan aja lo." Feby melipat kedua tangannya di depan dada, masih tak menyerah untuk membuat Angga berbicara "Nih, gue kasih saran. Jangan ketus-ketuslah jadi cowok. Gak ada cewek yang mau ngedeketin lo, kalau lo-nya ngirit ngomong kayak gini. Lo mau jadi perjaka tua seumur hidup? Oh, atau lo udah gak perjaka? Astaga! Gue gak nyangka loh..." Cerocos Feby dengan raut wajah pura-pura terkejut.

Angga mendelik, kesabarannya benar-benar diuji oleh cewek cerewet itu. Angga tak tahu, kesialan apa yang telah menimpanya hingga harus berurusan dengan tipe cewek yang paling dibencinya. Berisik. Angga menghentikan mobilnya "Turun."

"Hah?"

Mendengus, Angga menatap lurus wajah Feby, membuat perempuan itu agak salah tingkah. "Eh?! Mau apa lo? Gue belum siap coy!" Paniknya, saat Angga mendekat ke arahnya. Begitu dekat membuat Feby, reflek menutup kedua matanya. Dari jarak sedekat ini, Feby dapat mencium harum parfum Angga.

"Turun."

Feby, mengernyitkan dahinya samar. Dia membuka matanya secara perlahan, menatap Angga yang sudah kembali duduk diposisinya semula, menatap lurus ke depan. "Lo nggak jadi ngegrepe-grepe gue?" Feby meneguk ludahnya susah payah saat Angga menatapnya tajam. Feby terkekeh canggung, agak takut melihat tatapan cowok itu yang seakan ingin membelahnya menjadi potongan-potongan kecil. Sadis.

R E A S O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang