❄10. Dasar Cabe!

326 21 0
                                    

"Alasan mengapa aku masih mengejarmu di saat kamu hanya diam tak peduli masih sebuah Misteri."

☔❄❄❄☔

Feby, menatap pemandangan di depannya dengan tangan terkepal, menahan gejolak kemarahan yang entah kenapa hadir dihatinya saat melihat Meta yang sedang menggoda Angga disudut perpustakaan.

Feby tak mengerti apa yang sedang dirasakannya ini, yang dia tahu rasanya tiba-tiba ada dorongan dari dalam dirinya untuk segera menghampiri Meta dan memberikan tamparan bolak-balik pada cewek itu karena dengan lancang telah bergelayut dengan manja pada Angga.

Kayla yang telah sadar akan situasi yang terjadi, hanya bisa berdoa berharap Meta dapat hidup hingga besok. Karena dilihat dari raut wajah Feby, sepertinya dia siap untuk memakan hidup-hidup cewek itu.

Memberanikan diri, Kayla bedehem kemudian menyenggol bahu Feby ragu. "Jangan emosi, kita ada diperpustakaan....." bisik Kayla pelan.

Mendengar itu, Feby berusaha menenangkan hatinya yang terasa panas dengan cara menarik nafas berkali-kali. Setelahnya ia menoleh menatap Kayla dan memberikan buku ditangannya pada cewek itu "Titip. Kalau udah selesai, lo balik ke kelas aja." Bagaimanapun juga, Feby tak akan membiarkan cewek cabe itu mendekati calon masa depannya.

Disisi lain, Angga juga sedang berusaha menahan gejolak emosinya saat cewek tak tahu malu yang tiba-tiba saja datang dan bergelayut dilengannya.

Angga berusaha menepis tangan cewek yang entah siapa namanya itu dari lengannya. Benar-benar jijik dengan kelakuan murahan cewek itu. Jika saja ia tidak sedang berada diperpustakaan, mungkin dia sudah menendang cewek itu jauh-jauh darinya.

"Lepas." Desis Angga kesal.

Meta mendengus, menghiraukan ucapan Angga dan malah semakin memperererat pegangannya dilengan Angga. Tak ingin melewatkan kesempatan langkah itu.

Angga menutup matanya, dia baru saja akan membentak Meta saat suara seseorang memanggil namanya.

Menoleh, entah kenapa Angga tiba-tiba saja menghembuskan nafas lega saat melihat sosok perempuan yang selama ini juga telah mengusik kehidupannya. Angga hanya merasa, bahwa kehadiran Feby dapat membantunya menjauh dari cewek murahan disampingnya.

Tepat seperti dugaannya, Feby berhenti dihadapannya dengan senyum manis dibibirnya dan berkata dengan antusias "Ayo pergi, katanya lo mau ke kantin bsreng gue."

"Ngapain sih lo?! Lo gak liat gue lagi berduaan sama Angga?!" Meta menatap tidak suka kehadiran Feby yang tiba-tiba datang menggangunya. Semakin tidak suka saat  tahu bahwa selama ini Feby juga berusaha untuk mendekati Angga.

"Oh? Ada cabe? Sorry, gue gak nyadar lo ada disini." Feby berkata mengejek.

"Lo nyari ribut yah?!" Meta melepaskan tangannya dari lengan Angga dan berdiri menatap marah pada Feby. Entah mengapa, emosinya selalu saja terpancing saat melihat raut ketidakpedulian cewek itu. Seolah-olah Feby tak pernah menganggap keberadaan Meta penting.

Feby memutar bola matanya malas dan mencibir "Ini perpustakaan mbak. Tolong, suaranya dikondisikan."

"Lo-"

"Ayo." Angga mengintrupsi ucapan Meta dan berjalan keluar dari perpustakaan. Tak ingin terlibat lebih jauh dengan pertengkaran mereka.

Melihat itu, Feby tidak lagi menghiraukan kehadiran Meta, lantas berjalan mengikuti Angga keluar dari perpustakaan.

*****

Satu berjalan di depan dan satunya berjalan dibelakang. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor yang agak lenggang dengan keheningan. Angga yang memang pendiam dan Feby yang sejak tadi sibuk dengan fikirannya sendiri tentang bagaimana ia harus membalas Meta atas keberaniannya menggoda calon masa depannya.

R E A S O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang