❄5. Abnormal

386 27 1
                                    

"Memilih memperjuangkan mu, berarti aku juga siap untuk terluka karenamu."

_Febriani Alana Putri_

******

Bagi seorang Febriani Alana Putri, cowok ganteng adalah hal biasa. Mungkin jika ditanya jenis dan sifat cowok Feby akan menjawab dengan lancar dan tepat. Cowok manis? Romantis? Cool? Feby, sudah pernah melihat tipe cowok seperti itu.

Hanya saja, jika sampai pada seoarang Febian Anggara, Feby tak tahu harus berkata dan melakukan apa. Ia dibuat bingun oleh tipe cowok itu. Dingin, cuek, cool dan bahkan bisa bersikap tidak punya hati. Feby tak tahu, mantra sihir apa yang digunakan Angga hingga bahkan dengan segala sikap yang menurutnya sangat tidak layak untuk dijadikan pasangan, Angga dapat menarik begitu banyak perhatian kaum hawa. Tentu termasuk dirinya.

Ada sesuatu yang tak dapat dimengerti oleh logika yang menariknya untuk mencari tahu segala hal tentang seoarang Febian Anggara. Feby tak mengerti, dan mungkin tak berniat untuk mengerti karena satu hal telah diputuskannya. Ia akan membuat gunung Es itu mencair!.

Karena itu, disinilah ia berada, di depan kelas XI IPA 1 bahkan sebelum bell berbunyi. Menunggu Bu Wati yang masih terdengar antusias menjelaskan perihal bagian-bagian alat pencernaan yang tidak dapat dimengerti oleh kepala cantik Feby.

Duduk di samping Feby, Kayla hanya bisa pasrah melihat kelakuan abnormal sahabatnya yang sejak tadi hanya diam memandang pintu kelas yang tertutup rapat disampingnya. Baru kali ini Kayla menyesali ketidakhadiran Bu Betty, guru ekonomi mereka yang katanya sedang sakit types.

Sudah tiga puluh menit mereka hanya duduk diam seperti orang gila tanpa melakukan apapun. Mendesah, Kayla bangkit berdiri bertolak pinggang di samping Feby yang masih terlihat sibuk dengan dunianya sendiri "Ayolah Feb, masih ada lima puluh lima menit sebelum bell." Kata Kayla setelah melirik jam dipergelangan tangannya "Mending kita balik ke kelas dulu, atau gak kita tunggu di kantin aja. Angga, pasti bakalan ke kantin jugakan? Gue udah bosen nunggu kayak orang bego disini." Ucap Kayla sedikit geram.

Mengalihkan tatapannya, Feby menatap Kayla dengan dahi berkerut samar. Mempertimbangkan ucapan Kayla, cewek itu melirik jam tangannya kemudian kembali menatap Kayla dan mendesah pasrah melihat raut nelangsa  Kayla "Okelah, kita ke kantin aja...." Jawab masih dengan sedikit rasa enggan.

Feby tahu, bahwa kali ini sikapnya sedikit agak terlalu berlebihan dan diluar dari kebiasaannya. Hanya saja, ia bisa apa jika hati dan otaknya memerintahkannya ke kelas Angga sesaat setelah kabar bahwa Bu Betty tidak masuk.

"Dari tadi kek! Ayo, ke kantin!" Riana tersenyum ceria sembari merangkul Feby menuju ke arah kantin.

"Eh, Btw lo udah ngasih tau Tuh dua kecebong?" Riana bertanya setelah mereka berada di kantin yang masih terlihat lenggang.

Mengerutkan dahinya samar, Feby mengambil sebotol air mineral yang tersedia diatas meja dan membuka "Tentang?" Tanyanya tak mengerti sebelum meneguk airnya.

"Yahh.... tentang rencana lo buat ngeluluhin manusia es itu." Kayla mengangkat kedua tangannya membentuk tanda kutip.

"Angga maksud lo?" Kayla menganggukkan kepalanya. "Belum sih, entar aja. Gue juga males kalau ngebahasnya di grup." Jawab Feby acuh sembari mengedarkan matanya ke arah stand-stand penjual disekitar kantin. "Lo mau makan apa?"

"Hmmm.....Bakso aja kali yah?"

"Bakso? Enggak deh, Mama udah ngelarang." Feby menolak tanpa ragu. "Gue nasi goreng aja."

R E A S O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang