❄8. Mengusik Mu

353 22 0
                                    

"Kalau gak suka bilang, jangan memberi harapan yang berujung menyakitkan."

❄☔☔❄

Kayla memutar bola matanya malas, melihat kelakuan sahabatnya. "Oh, Ayolah Feb, Lo udah keliatan cantik." Katanya malas.

Feby, tak mengindahkan ucapan Kayla. Ia lebih memilih fokus melihat pantulan dirinya di cermin kecil milik salah satu teman sekelasnya, Milie.

Mengangguk puas, Feby mengembalikan cermin ditangannya pada seorang cewek yang terlihat sibuk dengan laptopnya "Mil, thanks yah?" Katanya, meletakkan cermin itu diatas tas Milie bersama dengan bedak baby yang baru saja dipakainya.

Milie mendongak, tersenyum kecil sembari mengangguk. "Sama-sama." Lalu perempuan itu kembali lagi fokus pada laptopnya.

"Lo jadi gak nih ke kelasnya doi? Bentar lagi mau bell." Ucap Kayla mengingatkan.

Feby, buru-buru mengambil kotak makan diatas meja, jangan sampai kerja kerasnya menjadi sia-sia. "Doain gue ya say?" Feby menepuk pelan pipi Kayla, kemudian melenggang pergi ke kelas Angga.

"Semangat kawan!" Teriak Kayla yang masih dapat didengar oleh Feby.

Perempuan itu melenggang santai disekitar koridor, sesekali ia melemparkan senyumnya saat ada Siswa lain yang menyapa.

Sampai di depan kelas Angga, Feby sedikit mengintip kedalam. Ia tersenyum, saat mendapati seorang cowok yang terlihat sedang sibuk menulis sesuatu. Hanya ada Angga di dalam kelas.

Feby berjalan memasuki kelas dengan senyum yang mengembang dibibirnya. Sampai di depan Angga, Feby meletakkan kotak bekal yang dibawanya di atas meja dan mendudukkan dirinya dibangku depan.

"Hai...." Sapanya riang saat Angga mendongak menatapnya. "Nih, bekal buat lo. Belum makankan?" Feby menepuk-nepuk kotak bekalnya masih dengan senyum lebar dibibirnya.

Angga menatap datar perempuan dihadapannya, kemudian melirik kotak bekal berwarna kuning itu dengan dahi berkerut samar. Ia kembali mendongak dan berkata tanpa riak "Ambil." Angga menggeser kotak bekal itu kehadapan Feby.

Senyuman Feby masih bertahan, ia sudah menduga jika Angga pasti akan menolak pemberiannya. "Ini dari Mama, katanya sebagai ucapan terima kasih karena lo udah ngenter gue semalem." Bohongnya, memang benar jika Dealova menitipkan ucapan terima kasih pada Angga, tetapi bukan dia yang membuat bekal. Ini hanya alasan yang Feby buat agar cowok itu mau menerima pemberiannya.

Mata Angga memicing, tak percaya dengan ucapan Feby. "Ambil, gue gak butuh."

"Yakin lo nolak? Gue serius, ini emang Mama yang nitip ke gue." Ucap Feby meyakinkan "Atau lo mau ngomong sama Mama? Supaya lo percaya kalau makanannya memang Mama yang buat?" Lanjutnya dengan raut wajah dibuat seserius mungkin, tangannya merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Ia menyentuh layar ponsel seoalah berniat menghubungi seseorang.

"Gak perlu, makanannya gue ambil."

Menatap senyum, Feby berusaha untuk tetap mempertahankan raut wajahnya senormal mungkin. "Gitu dong! Yaudah, makan gih."

"Nanti. Sekarang pergi!" Ucap Angga cepat, menghentikan pergerakan Feby yang baru saja akan membuka kotak bekal.

"Kenapa?" Tanyanya tak mengerti, dengan tangan yang masih bertahan diatas kotak bekal.

"Kata Mama, gue harus ngeliat lo makan. Nanti, nasi gorengnya keburu basi." Lanjutnya, saat Angga hanya diam tak menjawab.

"Makan gih." Feby menutup buku Angga dan menjauhkannya, meletakkan kotak bekal yang berisi nasi goreng sederhana dan telur mata sapi tepat di depan cowok itu.

R E A S O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang