Tiga

125K 8K 139
                                    

"Di setiap pagi, ada kewajiban atas setiap persendian dari salah seorang kalian. Setiap tasbiih adalah sedekah, setiap tahmiid adalah sedekah, setiap tahliil adalah sedekah, setiap takbiir adalah sedekah, amar makruf nahi mungkar adalah sedekah. Dan dapat memadai untuk semua itu, dua rakaat yang dilakukan pada waktu Dhuha"

(HR. Muslim)

Aina menutup buku yang baru saja dibacanya. Sholat dhuha? Ia memang pernah mengerjakannya. Namun tidak sering. Ia baru tau bahwa manfaat dari sholat sunnah yang satu ini begitu luar biasa. Selain karena sholat ini adalah sholat yang dikerjakan para awwabin (orang yang kembali pada Allah), empat rakaat sholat dhuha juga akan mendapat jaminan dari Allah sepanjang hari itu. MasyaaAllah, Aina kembali merasakan sensasi tetesan embun dalam hatinya.

"Nes sholat dhuha yuk!" ajak Aina pada sahabatnya yang saat ini sibuk menyalin tugasnya.

" Aku belum selesai nih Na," jawab Nessa sembari menunjuk pada buku tugas bersampul kertas sukun biru itu.

"Yah terus aku sama siapa dong? Kamu sih Nes,pekerjaan rumah malah dikerjakan di sekolah," ucap Aina sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

"Duh Aina, aku ini gak sejenius kamu. Dan lagi ini PR kimia. KI-MI-A Na, bisa pecah kepalaku kalau harus mikir sendiri," tukas Nessa dramatis.

Aina tidak bisa menyembunyikan tawanya melihat tingkah sahabatnya yang terlalu berlebihan ini. Entah mengapa Nessa sangat anti pada pelajaran kimia. Padahal untuk mata pelajaran yang lain, Ia mampu memahaminya dengan baik.

"Ya udah deh, aku ke masjid sendiri aja."

Aina beranjak dari tempat duduknya. Dia harus bergegas, waktu istirahat akan berakhir 15 menit lagi.

****

Aina menunaikan sholat dhuha 4 rakaat, setelah berdzikir dan berdoa ia segera merapikan mukenahnya kembali. Sesaat setelah itu, ia menuju pelataran masjid sekolahnya. Saat ia sedang memasang kaos kaki dan sepatunya, tak sengaja ia mendengar dua wanita sedang berbincang di sebelahnya.

"Ya Allah, dia itu sempurna banget. Calon imam idaman dah," ucap salah satu dari dua wanita itu. Aina yakin mereka siswi 1 tingkat di atasnya.

"Iya, andai aku bisa jadi pacarnya. Ganteng, pinter, sholeh, subhanallah paket komplit," sambung siswi yang lain menimpali.

Karena penasaran, Aina mengikuti arah pandang kakak kelasnya itu, dan dia segera menemukan sosok yang membuatnya bingung pagi tadi. Arka Hizbullah. Dia lagi. Dan jantungnya lagi-lagi berdetak cepat.

"Yah jantung kamu kenapa, harus ya aku periksain kamu ke dokter," batin Aina sambil mengusap bagian atas dada kirinya.

Kata-kata yang barusan ia dengar kembali mengusik pikirannya. Ah bahkan telah meresap ke dalam hatinya mungkin?

Sesempurna itukah seorang Arka Hizbullah? Dan apa tadi yang ia dengar? Ingin menjadi pacarnya? Aina tertawa dalam hati, jika Arka mereka sebut laki-laki sholeh,maka tidak ada harapan untuk menjadi pacarnya.

"Karena laki-laki sholeh tidak akan pernah pacaran."

Kalimat Abinya terngiang di benak Aina.

****

Sejak saat itu Aina semakin rajin sholat dhuha. Ia pun semakin rajin belajar ilmu agama. Ternyata semakin ia belajar semakin ia merasa dirinya bodoh sekali. Masih banyak hal yang ia tidak ketahui tentang agamanya. Ah, ia pun semakin jatuh cinta lagi dan lagi pada agama ini. Sangat sempurna.

Abi dan umminya bahagia sekali melihat perubahan dalam diri anak perempuannya yang tidak hanya menjalankan ibadah wajib, namun kini ibadah sunnah juga dijalankan seperti sholat dhuha,tahajud dan puasa senin kamis.

Aina masih ingat raut wajah terkejut abi dan umminya saat ia bergabung untuk makan sahur di senin dini hari itu.

"Aina kok sudah bangun? Laper? " tanya umminya heran.

"Aina mau sahur juga ummi," jawab Aina dengan senyum manisnya.

"Tapi nanti upacara kan? Emangnya kuat? " Abinya turut menimpali.

"Ah Abi, Aina kan sudah besar insyaaAllah pasti kuat dong."

Abi dan uminya tersenyum. Mereka mengelus rambut panjang Aina dengan sayang.

Setiap hari saat jam istirahat Aina selalu pergi ke masjid sekolah untuk menunaikan sholat dhuha kecuali saat tamu bulanannya hadir. Entah bersama Nessa, atau hanya dia sendiri. Dan di waktu dhuha itu juga Aina selalu bertemu dengan sosok laki-laki yang kini mulai mengusik hari-harinya. Hm hatinya lebih tepatnya.

Di waktu dhuha di setiap harinya,ia semakin terpesona pada laki-laki itu. Aina sengaja tidak memberi tahukan hal ini kepada siapapun termasuk Nessa dan ummi yang biasanya selalu menjadi tempatnya bercerita.

'Biarlah rasa itu hanya ia dan Tuhan-Nya yang tahu. Biarlah rasa itu hanya akan tenggelam dalam lautan doa di sujud sepertiga malamnya'.

****

Follow ig: delviiap_

Jodoh Dari Masa Lalu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang