Tujuh

96.3K 7K 99
                                    

"Cinta bukan hanya tentang seseorang yang bisa menerimamu apa adanya. Tapi cinta adalah tentang seseorang yang jika kau bersamanya, Allah dan RasulNya terasa lebih dekat"

****

3 tahun kemudian..

Matahari sudah mulai meninggi. Memberikan kehangatan pada segenap insan di muka bumi. Barangkali di tanah Arab sana anak-anak unta sudah beranjak mencari tempat bernaung. Gadis yang mengenakan baby doll berwarna biru dengan kombinasi pink bergambar teddy bear itu menggeliat di kasurnya. Merasa terusik dengan sinar matahari yang menghangatkan kulitnya.

Sesaat matanya mengerjap pelan. Diambilnya jam beker di meja kecil di samping tempat tidurnya. Dilihatnya jarum jam yang kini menunjuk ke angka 9. Kini matanya membulat sempurna. Disibaknya selimut yang melingkupinya. Ia segera beranjak menyambar handuk biru kesayangannya.

"Astaghfirullah aku telat aku telat," mulutnya tak berhenti merutuki dirinya.

Ia membuka pintu. Berlari ke arah kamar mandi yang terletak beberapa langkah dari kamarnya. Ia segera masuk kesana. Namun sesaat kemudian, ia keluar kembali. Tadi ia lupa membaca doa bangun tidur dan doa masuk kamar mandi. Hal sederhana yang sering dilupakan oleh muslim saat ini. Namun bagi gadis itu tidak membaca doa untuk memulai dan mengakhiri aktivitas adalah mimpi buruk baginya. Jika tidak membaca doa bangun tidur, artinya ia tidak bersyukur kepada Allah yang telah mengembalikan roh ke dalam tubuhnya. Andaikan Allah tahan rohnya, pasti ia sudah tak dapat merasakan hidup di dunia ini lagi.

Membayangkan ia harus mati sekarang padahal bekalnya masih sangat sedikit atau mungkin tidak ada rasanya sangat menakutkan.

Sedangkan jika ia tidak membaca doa masuk kamar mandi itu artinya ia membiarkan setan-setan dengan leluasa memandangi tubuhnya. Ia bergidik, membayangkannya saja ia sudah tak sanggup.

"Alhamdulillahiladzi ahyana ba'dama wa ilaihin nusur."

"Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khoba'its," ucap gadis itu sambil mengangkat kedua tangannya.

Setelah selesai ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hanya 10 menit. Sangat cepat jika dibandingkan dengan gadis-gadis yang biasanya betah berlama-lama di kamar mandi.

Gadis itu telah siap dengan atasan berwarna pink muda yang dipadukan dengan rok jeans berwarna biru gelap. Tak lupa jilbab berwarna maroon yang menjuntai hingga melewati dadanya. Sempurna membalut tubuhnya. Ia menyapukan bedak tabur ke wajahnya yang sebelumnya telah ia oleskan pelembab. Sentuhan terakhir ia menambahkan lip balm berwarna natural ke bibirnya. Cantik dan tak berlebihan.

Gadis itu adalah Nafisha Aina Zakkiyah yang kini telah menjadi mahasiswi jurusan Teknik Industri tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi negeri di kotanya. Hari ini ia berjanji akan menemani sahabatnya -Nessa- ke toko buku untuk mencari referensi untuk bahan skripsi sahabatnya. Aina sendiri telah menyelesaikan skripsinya beberapa minggu yang lalu. Ya dengan otak cemerlangnya ia dapat menyelesaikan skripsinya jauh lebih cepat dibandingkan teman-temannya. Dan kini ia sudah telat.

Ia yakin saat ini Nessa sedang memanyunkan bibirnya karena bosan menunggunya. Terbukti dengan puluhan pesan dan panggilan whatsapp yan tak sempat ia buka. Ia harus memikirkan cara untuk menghentikan rajukan sahabatnya itu nanti.

Sebenarnya Aina sudah diperingatkan ummi untuk tidak tidur lagi selepas sholat subuh tadi. Tapi karena ia baru tidur setelah sholat tahajud pukul 3 tadi, ia tidak dapat menahan diri untuk tidak merebahkan tubuhnya kembali ke tempat tidur kesayangannya. Tidur adalah surga dunia baginya. Padahal ia sudah memasang alarm di jam beker dan juga smartphone nya. Tapi ia tidak mendengarnya. Sedangkan Umminya telah berangkat ke pengajian bersama ibu-ibu komplek dan Abinya pasti telah berangkat ke sekolah yang dipimpinnya pagi tadi. Ya Abi Aina baru diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah Madrasah Tsanawiyah 2 tahun yang lalu.

Saat ini Aina sedang memasang kaos kaki yang berwarna senada dengan atasannya. Dan terakhir manset yang dipasang di pergelangan tangan hingga setengah sikunya. Ia mengambil tas selempangnya dan menyampirkan di bahu kirinya. Setelah itu ia mengambil helm serta kunci motornya.

Ia keluar rumah sambil membaca doa dengan menenteng flat shoes yang akan segera dipakainya. Setelah selesai ia menstater motornya. Mendiamkan sebentar sambil membaca doa berkendara.

Sesaat kemudian ia telah melajukan motornya lebih cepat dari biasanya. Ia sudah telat 1 jam. Ia tidak ingin membuat sahabat cantiknya lebih lama menunggu dan berakhir dengan omelan panjang khas emak-emak yang akan membuat panas telinganya.

Namun di tengah perjalanan ia melihat seekor kucing yang berada di tengah jalan. Matanya membelakak. Bagaimana tidak, tepat beberapa meter di depan kucing itu sebuah mobil silver sedang melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Ia segera menepikan motornya. Setelah memastikan motornya terkuci, ia segera berlari menyebrang jalan dan berdiri tepat di depan mobil itu. Ia mendengar ban mobil berdecit. Sepertinya sang pengendara berusaha keras untuk mengerem.

"Mbaknya mau bunuh diri?" suara baritone yang pasti milik pengendara mobil tadi terdengar di telinga Aina.

Aina menggeleng. Sebenarnya ia masih shock. Sedikit saja mobil itu terlambat mengerem,ia akan terpental beberapa meter mungkin. Ia tidak bisa berpikir banyak tadi, yang ia pikirkan hanya bagaimana kucing itu bisa selamat. Ia berjongkok dan menggendong kucing itu.

"Masnya hampir menabrak kucing ini tadi," ucap Aina sambil mendongak dan menatap lurus ke wajah di depannya yang ternyata seorang laki-laki muda. Aina dapat melihat laki-laki itu tertegun.

"Oh maaf," ucap laki-laki itu menyesal.

"Jangan minta maaf sama saya. Minta maaf sama kucing ini," jawab Aina.

Laki-laki itu terkejut,terlihat dari wajahnya. Bagaimana bisa ia meminta maaf pada seekor kucing. Namun akhirnya ia menyunggingkan senyumnya.

"Oke kucing manis, maafin saya ya," ucapnya sambil mengelus kepala kucing yang masih berada di gendongan Aina.

Aina tersenyum dan melangkah ke tepi jalan. Ia menurunkan kucing tadi ke bawah pohon besar dan berjalan ke sebuah toko di dekat sana. Membeli beberapa potong sosis. Lelaki tadi masih memperhatikan gerak-gerik Aina.

"Kucing manis, kamu makan dulu ya," ucap Aina sambil meletakkan sosis yang telah ia buka bungkusnya ke depan kucing tadi. Dan kucing itu memakannya dengan lahap.

Aina kembali teringat pada Nessa. Dia harus segera pergi. Kenapa jalan ini ramai sekali sih. Ia jadi tidak bisa melangkah ke seberang sana tempat motornya berada. Ia berdecak kesal.

"Kenapa? " tanya lelaki tadi.

"Susah nyebrang," jawabnya tanpa menoleh ke sumber suara di sampingnya.

"Tapi tadi kok bisa cepet nyebrangnya?"

Aina hanya mengendikkan bahu. Ia juga tidak tahu mendapat keberanian dari mana untuk menembus ramainya kendaraan seperti tadi. Lagi-lagi lelaki itu tersenyum. Dan kini ia menengadahkan tangannya untuk memberhentikan kendaraan.

"Makasih," ujar Aina yang kemudian telah melesak lari ke motornya.

"Sama-sama," jawab lelaki itu.

"Nama kamu siapa?" lanjutnya dengan suara yang sedikit tinggi.

Tapi Aina telah melajukan motornya hingga tidak dapat mendengarnya.

"Gadis yang menarik," ucap laki-laki itu sambil tersenyum lebar menampilkan lesung pipinya. Sepertinya ia pernah melihat gadis itu. Tapi dimana? Ia menggelengkan kepalanya. Mungkin itu hanya perasaannya saja.

****

Follow ig: delviiap_

Jodoh Dari Masa Lalu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang