Enam Puluh

85.1K 6.3K 1.2K
                                    


Happy (?) reading💕 

--------

Ba'da subuh, Aina berdiam diri di kamarnya. Mungkin Abi dan Umminya mengira ia kembali melanjutkan tidurnya. Memang, kepalanya terasa sedikit pening akibat semalaman menangis. Segala macam rasa tercampur aduk dalam hatinya. Kesal, kecewa, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Laki-laki itu benar-benar pergi meninggalkannya. Sayup-sayup ia mendengar suara abi dan umminya yang nampak panik.

"Abi bagaimana kalau Aina sampai tahu? Ummi tidak tega Abi, astaghfirullah ujian apa lagi ini?!"

"Tenang ummi, jangan panik. Jangan membuka pintu untuk setan masuk ke dalam jiwa. Lebih baik ummi banyak berdzikir dan berdoa semoga Allah masih melindungi dan menyelamatkan menantu kita."

"Menyelamatkan menantu? Memang ada apa Abi?" tanyanya yang kini sudah berdiri di belakang kedua orang tuanya. Ia yang tadi berada di dalam kamar tidak bisa mencegah rasa penasarannya ketika mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.

Sontak abi dan ummi menoleh ke arahnya. Ia dapat melihat keterkejutan tercetak jelas di raut wajah keduanya.

"Dek, k—kamu gak tidur?"

Ia menggeleng pelan. "Ada apa Abi, Ummi?"

Keduanya menunduk dalam membuat perasaan Aina semakin tidak karuan. Ia mendekat ke arah abi dan umminya. Ketika pada akhirnya pandangannya tertuju pada televisi yang sedang menyala tanpa volume, ia sudah bisa menyimpulkan jawaban atas pertanyaannya pada headline dari berita yang sedang ditampilkan layar segi empat itu.

PESAWAT BOEING 343-100 TUJUAN LONDON, UK MELEDAK DI LANGIT

Dengan tangan gemetar, Aina mengambil remote televisi dan menambah volumenya. Ia berharap pesawat itu bukanlah pesawat yang suaminya tumpangi. Tapi ketika sang reporter menyebut nama maskapai dan jam keberangkatan pesawat itu, runtuh sudah harapannya. Pesawat itu adalah pesawat yang Arka tumpangi.

Tubuhnya lemas. Ia pasti akan terjatuh jika umminya tidak menopang tubuhnya dan mendudukkannya di sofa.

"U—Ummi..mereka..mereka bo—hong kan? Ini.. tidak nyata kan?"

Tidak ada jawaban dari umminya. Ia hanya merasakan usapan lembut di atas kepalanya.

"Yang sabar ya Nak, sekarang sebaiknya kita ke bandara untuk mencari jawabannnya."

Ucapan abinya membuat air matanya semakin deras. Ia tidak tahu apakah dirinya akan siap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan ia hadapi.

Kak Arka baik-baik saja kan?

****

Walau pandangannya terasa mengabur akibat terhalang air mata, Aina masih bisa melihat kondisi bandara yang terasa penuh oleh kehadiran orang-orang. Saat di rumah, abinya sudah melarangnya ikut kesini karena mengkhawatirkan kondisinya. Namun ia tetap keukeh memaksa agar ia bisa mengetahui secara langsung info tentang keadaan suaminya.

Bagian informasi bandara sudah dipenuhi oleh orang-orang yang merupakan keluarga dari penumpang pesawat nahas itu. Ia juga bertemu dengan mertuanya yang sudah terlebih dahulu berada di sana.

Ia bisa mendengar petugas bandara menjelaskan tentang kronologi dan penyebab terjadinya kecelakaan itu. Tapi tidak, ia tidak membutuhkan informasi itu. Yang ia butuhkan hanya informasi tentang keadaan suaminya, pria yang pergi dengan turut membawa bagian hatinya.

Setelah berjam-jam mereka berada di bandara, akhirnya petugas bisa memberi informasi yang dinanti-nantikan oleh seluruh keluarga penumpang. Ia mendengarkan informasi itu dengan perasaan yang kacau.

Jodoh Dari Masa Lalu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang