Back To Work

37.1K 1.6K 2
                                    

Autor Pov

Seminggu kemudian akhirnya Ariana kembali bekerja, jabatannya masih sama yaitu sebagai Sekretaris sekaligus Tunangan CEO Mcconnell Company. Kabar tentang hubungan mereka sudah merajalela di kantor, tidak hanya di kantor New York, Canada, Inggris dan beberapa Negara yang mengenal Mcconnell alias Edward-nya pun di buat gempar! pasalnya dunia hanya tahu bahwa Edward anak sulung Mendiang Joshua Mcconnell itu tidak pernah dikabarkan dekat dengan wanita manapun selama ini, Edward di kenal sebagai Pengusahan Muda Workahoic berbakat yang dingin dan berbahaya sehingga sangat tidak memungkinkan jika pria berdarah Amerika(New York) - Eropa(Italia) itu menjalanin sebuah hubungan. Belum lagi kabar yang beredar bahwa pria berkadar ketampanan diatas rata-rata itu seorang pria yang menyukai One Night Stand, ia akan datang ke Club jika dalam suasana hati yang buruk tapi kedatanganya ke Club sangat jarang tersorot saking Workaholic nya Pria Tampan ini.

Tapi nyatanya pandangan dunia terhadap kelajanganya telah berakhir, seminggu yang lalu ia telah bertunangan dengan gadis cantik asal Canada. Kabar itu telah mematahkan banyak hati wanita karena, kenapa bukan mereka? kenapa Ariana? yang notabene hanya gadis biasa?. Yang hanya bisa menjawab adalah Edward.

Ariana menatap cincin yang melingkar indah dijari manisnya. Ia tersenyum samar. Setelah itu ia mengedarkan pandangannya pada ruangan kerjanya terkhusus pada meja yang masih kosong diseberangnya. Meja CEO. Pria gila itu belum datang mentang-mentang ia Boss Besar disini tapi apa yang harus Ariana perbuat? ia tidak bisa mengatur Boss mereka itu.

Ariana akan memulai pekerjaanya mengurus beberapa dokumen penting yang harus Edward tanda tangani hari ini dan akan dikirim ke Dubai hari ini juga, seketika terlonjak kaget ketika pintu ruangan CEO terbuka lebar dan masuklah Edward sambil berteriak memanggil namanya.

"Ariana! kau! sudah ku bilang berangkat bekerja bersamaku! kenapa kau membantah huh?!." Geram Edward. Ariana mematung. Pagi-pagi begini marah-marah hanya karena mereka tidak berangkat bersama?? what the hell.

Ariana bangkit berdiri, menunduk dengan hormat. Ya ia harus lakukan ini karena disini ia seorang bawahan.

"Maafkan saya, Mr. Edward. Saya harus segera mengerjakan beberapa dokumen laporan untuk dikirim ke Dubai hari ini juga." Ungkap Ariana sopan.

Edward mendengus lalu mendekati Ariana.

"Aku tidak suka kau bicara formal padaku,,apa kau melupakan ini?."

Dengan lembut Edward menjalin jari-jari mereka yang sama-sama mengenakan cincin pertunangan. Ariana tersenyum kecil dalam posisi masih menunduk dan melihat jalinan jari-jari mereka.

"Tidak saya tidak lupa, saya hanya bersikap sebagaimana mestinya saat dikantor."

Lagi-lagi Edward mendengus.

"Dengar, mau dikantor, dirumah, dimana pun...Aku tidak mau kau bicara formal padaku. Aku ingin kau tetap menjadi diri mu bukan orang lain." Cetus Edward.

Ariana menengadah menatap CEO sekaligus Tunanganya itu.

"Itu tidak profesional Mr. Edward ak-"

"Membantah lagi akan ku cium kau!." Tukas Edward gemas.

Mulut Ariana terkatup.

"Mengerti?." Tanya Edward.

Ariana hanya bisa mengangguk. Edward mendengus puas lalu ia melepaskan jalinan jemari mereka beralih menangkup wajah cantik Ariana lalu mengecup kening Ariana mesra. Ariana terpaku.

"Maaf, telah membentakmu tadi. Aku emosi karena kau masih saja suka membantahku." Gumam Edward lembut.

"Per...Per...Permisi." Kata Ariana melepaskan tangkupan tangan besar Edward pada wajahnya Lalu kembali duduk dikursi. Ahhh kecupan dikening tadi telah membuat Ariana melayang sekaligus malu dan gugup diwaktu yang bersamaan. Ia tidak pernah membayangkan bahwa Edward akan seberani itu meski sedang dikantor, tapi Edward bahkan pernah lebih kurang ajar dari itu waktu pertama kali ia Ariana bekerja disini tapi apakah kecupan di kening itu bisa di asumsikan sebagai tindakan kurang ajar?? tidakkan.

Sementara Edward ia berusaha untuk tidak tertawa saat melihat reaksi Ariana. Ia pun melenggang menuju kursi kebesarannya, duduk disana bagaikan seorang Raja Tampan yang sedang mengawasi Ratu nya. Ia mengamati Ariana yang tengah memeriksa beberapa dokumen penting. Sementara Ariana tahu ia sedang diamati tapi ia berusaha keras agar tidak terpengaruh.

Beberapa menit kemudian Ariana dapat bernafas lega, untung saja ia hanya perlu memeriksa bagian penting untuk Edward tanda tangani pada beberapa dokumen ini sehingga tidak perlu waktu lama untuknya berkutat dengan dokumen-dokumen ini.

Ariana beralih melirik Edward yang sekarang tengah mengotak-ngatik Laptopnya dengan serius, pria itu tidak lagi mengamati Ariana. Ariana menyusun dokumen lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju meja Edward. Menyadari ada yang mendekat, Edward memberhentikan kerjaanya beralih menatap Intens pada Ariana.

"Mr. Ed...---ekhmmm." Ariana menjeda saat melihat raut wajah tidak suka saat ia menyebut nama.

"Maksudku, Edward. Ini tanda tangani." Ucap Ariana gugup. Edward menyeringai.

"Berikan." Pinta Edward.

Ariana menyerahkan dokumen itu dengan gugup pasalnya Edward memintanya sambil terus menyunggingkan senyum nakal pada Ariana.

Edward menandatangani dokumen-dokumen tersebut. Saat di tanda tangan yang terakhir terlintas pikiran nakal untuk mengerjai Tunanganya itu. Edward menyusun dokumen itu lalu menyerahkanya pada Ariana, Ariana hendak mengambilnya tapi Edward menariknya kembali. Edward menyeringai.

"Edward." Peringat Ariana.

"Apa? ini, silakan ambil." Cetus Edward.

Ariana mendengus lalu tanganya bergerak mencoba mengambil dokumen tersebut.

"Edward! berikan!." Sentak Ariana saat Edward memain-mainkan dokumen itu ke atas.

"Ambilah." Cengir Edward. Ariana mendengus lalu memajukan tubuhnya menjadi menempel pada pinggiran meja depan dan dengan berani menarik dasi Edward membuat Edward tertarik kedepan. Gerakan itu membuat wajah mereka hanya berjarak satu kepal tangan orang dewasa.

"Wow! pelan-pelan, Sayang" Gumam Edward takjub.

"Kau memancing amarahku, Edward." Gerutu Ariana. Edward menyeringai.

"Okey, aku minta maaf."

Ariana melepaskan tarikanya pada dasi Edward lalu mengambil dokumen itu dari tangan Edward. Saat Ariana melenggang kembali menuju tempatnya Edward bersiul menggoda aksi Ariana barusan.

"Tadi adalah scene yang sangat berani. Aku tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh wanita, kau melakukanya sungguh terlihat seksi. Can i have a kiss or hug or--"

"You fuck somebody off, Mr. Edward!." Ungkap Ariana kesal.

Edward tertawa renyah.

"Fuck me, Honey. Right now." Desis Edward.

Ariana menggeram. Oh Tuhan jika saja dia tidak ingat Edward itu adalah Boss sekaligus Tunanganya, akan Ariana pastikan mulut mesumnya itu tidak akan bisa bicara lagi!.

"Fucker!." Sembur Ariana, segera bangkit lalu berlari menuju pintu sambil membawa dokumen yang akan di kirim ke Dubai. Ketika menutup pintu ia masih bisa mendengar tawa mengejek sekaligus menggoda dari Edward. Shit!.

............................................

Setelah menyelesaikan pengiriman dokumen ke Dubai, Ariana segera kembali ruanganya. Ia menatap pintu ruangan CEO seolah-olah tempat itu adalah neraka yang di huni iblis paling berbahaya dalam satu tarikan nafas ia membuka pintu itu pelan berharap orang yang menyebalkan itu sudah pergi pasalnya ini sudah jam makan siang dan mungkin saja CEO gila itu sudah meninggalkan ruangan. Ariana masuk mengendap-ngendap melirik meja Edward yang nampak kosong tak berpenghuni membuatnya bernafas lega, ia berbalik menutup pintu dengan pelan dan ketika berbalik akan melangkah menuju mejanya ia dikejutkan dengan berdirinya sosok tampan dan gagah yang sedang menghadang jalanya.

Edward menyeringai puas telah mengejutkan Ariana.

"Makan siang." Kata Edward tidak memperdulikan kekesalan Ariana.

Ariana memutar bola matanya.

"Aku tidak lapar." Cetus Ariana.

"Tentu saja kau lapar."

Tanpa peringatan Edward menarik Ariana keluar ruangan. Ariana yang ditarik hanya bisa mengumpat dan pasrah, ia tahu Edward takkan bisa dibantah.








...........................................

POSSESSIVE CEO UNIVERSITY (PLAY STORE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang