EXTRA PART 6

29K 1K 7
                                    

Autor Pov

Sampai dirumah sakit, Edward yang dalam keadaan kacau bercampur senang segera saja masuk keruang rawat Ariana. Disana ia melihat semua keluarga nya berkumpul, Ravenno di gendong oleh Alex sedangkan Ravenna di gendong Kakek nya. Dengan langkah pelan yang berderap ia menghampiri ranjang Ariana, wanitanya itu masih belum membuka mata tapi mulutnya selalu menyuarakan nama Edward, terdengar pilu dan bergetar. Edward menggenggam tangan Ariana lalu mengecup keningnya selembut bulu.

"Aku disini sayang, buka mata mu." Bisik Edward.

Seakan itu adalah sebuah mantra untuk Ariana maka terbukalah dengan pelan mata Ariana, kedua bola matanya bergerak menyesuaikan cahaya hingga akhirnya mata itu fokus pada satu objek yaitu Edward.

"Ed...dward." Panggilnya lirih.

"Yeah ini aku sayang."

Mata Ariana mengerjap hingga air mata jatuh perlahan membasahi pipinya.

"Bayi kita?." Tanya Ariana serak, ia sungguh takut. Edward menatap Ariana dalam kemudian ia tersenyum, ia mengarahkan tangan Ariana kepada perut besar wanita itu.

"Dia masih disini, dia sangat kuat!." Ucap Edward, air mata Ariana semakin tak terbendungi, ia bersyukur kandunganya baik-baik saja. Ia menangis senang.

Tuhan masih memberikan perlindungan yang luar biasa pada Ariana dan calon bayi nya, Ariana sampai-sampai tidak bisa berkata apa-apa saat ini, yang hanya ada rasa syukur terlintas terus menerus dalam benak yang ia salurkan menjadi tangisan penuh haru.

"Jangan menangis, kata Dokter tidak baik untuk kandunganmu." Ucap Edward lembut mengusap air mata Ariana. Ariana tersenyum, ia masih sulit untuk bicara, tanganya kini menangkup perut besarnya yang masih utuh seakan-akan memberi perlidungan.

"Papa." Kedua anak mereka menarik-narik celana Edward, Edward menunduk menatap kedua anaknya tampak meminta sesuatu.

"Kami merindukan Mama, bisa angkat kami keranjang Mama?." Tanya Ravenno polos. Edward tersenyum, ia mengiyakan keinginan anak-anaknya.

"Mama!." Ravenno dan Ravenna memeluk pelan Ariana, untung ranjangnya besar.

Masih dalam tangisan haru Ariana membelai rambut anak-anaknya.

"Mama tidak apakan?." Tanya Ravenna.

Ariana tersenyum.

"Mama mau buah?." Tanya Ravenno.

Ariana mengangguk. Air liurnya memang terasa pahit.

"Papa bisa ambilkan buah jeruk." Pinta Ravenno, Edward menurutinya dan juga mengupas kulitnya.

"Tunggu." Kata Ravenno, ia menyicipi jeruk.

"Emmm manis, ini Ma." Ravenno menyuapi beberapi potong buah jeruk pada Ariana, Ariana menelanya dengan pelan lalu ketika ia merasa sudah bisa mengeluarkan suara, ia berbicara pelan pada Ravenno.

"Thanks."

"Mama bilang apa? ck, kalau Mama masih belum bisa bicara jangan dipaksakan ya! Mama harus sembuh baru boleh bicara." Cetus Ravenno. Ariana tersenyum sambil mengangguk.

"Mama tidak sakit lagi kan? tenang saja Ma, tante itu sudah ditangkap polisi tidak akan ada yang bisa menyakiti Mama lagi." Kata Ravenna.

Ariana menatap Ravenna dengan tatapan sendu. Dalam pikiranya, anak seusia Ravenno dan Ravenna seharusnya tidak melihat kejadian yang baru saja menimpanya tapi apa boleh buat? mereka sedang bersama saat kejadian yang tak diduga-duga itu terjadi.

"Mama dan adik sekarang aman." Tambah Ravenna sambil merebahkan kepalanya diperut buncit Ariana, Ariana mengelus rambut putrinya lembut.

"Anak-anak, kalian harus pulang besok sekolah Papa tidak ingin kalian terlambat bangun." Tegur Edward. Ravenno dan Ravenna mengeluh.

POSSESSIVE CEO UNIVERSITY (PLAY STORE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang