MANIK mata Jihoon berkilat penuh napsu saat diterpa oleh cahaya redup dari lampu tidur di dalam kamar Daniel, keduanya sudah sibuk saling mencumbu sejak tadi dan membiarkan tangan Daniel menjelajahi perutnya dari balik pakaian yang dikenakannya.
"Haah...," desahan lolos dari bibir Jihoon saat Daniel menghisap keras leher Jihoon.
Wajah Jihoon memerah, tangan Jihoon lalu berada di wajah Daniel membuat keduanya kembali bertatapan. Daniel langsung menyerang bibir Jihoon dan terus memanjakan Jihoon yang terlihat begitu frustrasi akibat setiap sentuhan lembut dari Daniel, Daniel yang menyadari hal itu lalu memperkasar permainannya dan cumbuannya pada Jihoon.
Kepala keduanya kosong, mereka hanya ingin mengisi kekosongan yang ada di dalam diri mereka saat ini. Pelukan, ciuman dan sentuhan yang memberikan kehangatan yang selama ini keduanya cari kembali terisi. Jihoon ingin berteriak agar lelaki yang tidak dikenalinya itu menjauh, namun Jihoon tidak bisa menolak―pesona milik Daniel yang membuatnya tersiksa. Dan di malam itu, Jihoon menyerahkan dirinya dan membiarkan Daniel memiliki hak istimewa yang selama ini Jihoon jaga.
🍂🍂🍂
Saat matahari masuk menerobos dari sela-sela tirai kamar, Jihoon masih terjaga. Dirinya mencengkeram erat ujung selimutnya. Rasa takut terus menghantuinya, dirinya tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Sejak tadi dirinya hanya menyalahkan keadaan yang membuatnya jadi seperti ini, ditambah lagi dengan kenyataan kalau dirinya mengalami masa heat saat melakukannya. Lelaki yang tidur dengan lelap di sampingnya, Jihoon meneliti wajah di hadapannya dalam diam.
Sepuluh menit kemudian, Daniel membuka matanya dan memandang Jihoon dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Daniel dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
Pandangan mata Jihoon menjadi kosong, dirinya benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan kecerobohan yang dirinya buat semalam. Daniel bangun dan meraih celananya yang tergeletak di atas lantai tidak berdaya. Jihoon menahan napas saat melihat punggung lebar Daniel―Jihoon membiarkan Daniel yang berjalan keluar kamar dan menghilang di balik pintu selama beberapa saat. Saat kembali, Daniel membawa roti dan satu botol air mineral. Daniel meletakkannya di atas meja nakas yang berada di sisi kiri Jihoon, Daniel juga mengambil satu handuk baru dan membasahinya.
"Bersihkan dulu wajahmu, kita perlu berbicara."
Usai mengatakan itu, Jihoon lalu bangkit dengan susah payah. Daniel bisa menangkap berapa banyak lebam dan warna kemerahan di kulit putih Jihoon. Menghela napas panjang dirinya juga semalam tidak bisa mengendalikan dirinya, sekarang Daniel harus melakukan sesuatu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Wajah pucat dan tubuh yang terlihat bergetar membuat Daniel tidak bisa bersikap mengintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Because We're Not In Love [NielWink][√]
Fanfiction[Omegaverse content] Jihoon tidak suka dengan tetangga barunya, bukan hanya berisik, tetangganya itu juga selalu mabuk-mabukan di tengah malam. Jihoon yang merupakan mahasiswa semester akhir tentu saja butuh ketenangan untuk mengerjakan tugas-tuga...