vote dulu.
komen jangan lupa.
kalau ada typo silahkan komen.--
Malamnya, Majendra dan Devina pergi ke sebuah restoran mahal daerah sekitar Hotel Indonesia. Dua anak manusia itu sejak tadi tidak melepaskan tautan tangan mereka. Ditambah dengan senyum lebar Jendra yang seakan tidak pernah luntur.
"Jangan marah mulu ke gue, " ucapnya.
Devina menatap sinis, kemudian menjulurkan lidahnya. "Ya lo-nya jangan bikin kesel gue."
"Jendra 'kan udah nggak pernah buat ulah sama Devina." balas lelaki itu. Ia sedikit merubah raut wajahnya agar terlihat menyedihkan.
Namun tetap saja, Devina adalah Devina. Gadis itu tidak akan goyah dengan apapun usaha Majendra.
"Lo itu selalu jadi alasan darah tinggi gue kumat, Jen."
Mendengar sahutan Devina, Majendra makin melengkungkan bibirnya ke bawah. Ia sebenarnya tidak terima dengan pernyataan sepihak dari gadis didepannya itu. Tapi apa boleh buat? Daripada mereka bertengkar lagi, lebih baik Majendra diam.
"Iya, iya. Gue salah." komennya kemudian.
Tak lama, suasana riang kembali terbentuk diantara keduanya. Makanan yang mereka pesan pun menjadi alasan utama.
"Cobain deh, " Devina memberikan suapan spaghetti-nya pada Majendra.
"Hm, enak."
Gadis yang mengenakan celana kain cokelat susu serta sweater big size warna merah muda itu tersenyum sebagai balasan dari tanggapan Majendra. Ia lalu melanjutkan makan dengan damai. Tanpa menghiraukan pacarnya yang sejak tadi terus menatap dirinya.
"Sejak kapan lo kayak gini sih?" tanya Majendra heran. Hal itu membuat Devina menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Apanya?"
"Lo kok bisa cantik? Di kasih makan apa?" celetuk Majendra.
Devina mendengus, kemudian meraih pipi kanan Jendra dengan tangannya. "Ojo takon sing ora penting ta lah." (Jangan tanya yang nggak penting dong.)
"Ya udah, gue nggak tanya-tanya lagi deh." Majendra menjawab lesu. Menundukkan kepalanya tanpa berniat menyentuh steak pesanannya.
Mereka kembali melanjutkan acara makan malam dengan sunyi. Devina juga sekali-kali menyuapi pacarnya, begitupun sebaliknya.
"Eja ya?"
Majendra menoleh saat mendapatkan tepukan pada bahu kirinya. Disana terlihat seorang gadis dengan dress pendek model sabrina berwarna peach. "Kamu Eja, 'kan?"
Lelaki itu menelan ludahnya gugup, kemudian melirik ke arah Devina yang mulai bingung dengan situasi. "Bukan, Mbak."
Jawaban singkat Majendra membuat gadis itu mengernyitkan alis. Ia kemudian mengulang pertanyaannya. "Kamu Majendra, 'kan?"
Mampus, ujar Jendra dalam hati. Devina yang kini sedang melipat tangannya pun semakin membuat dirinya kalut.
"Iya, dia Majendra." sahut Devina pada akhirnya.
Gadis tak dikenal itu tersenyum miring. Lalu mengecup pipi Majendra tanpa ragu. "Jahat kamu. Masa mantan terindah-nya dilupain."
Merasa terkejut diperlakukan seperti itu, Majendra bangkit dari posisinya dan tidak segan memukul meja. Ia menatap gadis tersebut dengan penuh perhitungan.
"Namaku Clara Dennisa, kalau kamu memang lupa."
"Gue nggak lupa siapa lo. Dan di kamus gue nggak ada yang namanya 'mantan terindah'." balas Majendra sambil menekankan semua kata dalam kalimatnya.
"Well, yeah. Kamu pernah bilang kalau kamu cuma mencintai satu orang aja. But, look at you, Ja. Mungkin orang yang kamu cinta lagi bareng sama cowok lain sekarang. Poor you." ledek Clara pada lelaki itu. Ia bahkan mengabaikan Devina yang diam-diam menikmati drama tersebut.
"Buktinya, cewek yang dia cinta lagi duduk manis disini sekarang. Tanpa cowok lain, " Devina menyahut. Membuat Clara melihat ke arahnya tak percaya.
"Dan tolong ya, jangan berani cium pacar orang lain lagi seperti yang lo lakuin barusan. Mungkin lo nggak kenal gue, tapi kalau sekali lagi lo bertindak kayak gitu. Habis lo, "
Devina berdiri, meraih lengan Majendra lalu keluar dari tempat tersebut. Meninggalkan mantan pacar lelaki itu tanpa penjelasan apapun lagi.
--
"Lo beneran nggak marah nih, Dev?" tanya Majendra heran. Saat ini, mereka sedang berada didalam mobil sambil menikmati sebuah film yang sedang terputar di lapangan parkir bersama beberapa mobil lainnya.
"Nggak. Santai aja kali." balas gadis itu tenang.
"Tumben. Biasanya lo 'kan ganas-ganas gitu, " celetuk Jendra yang masih tidak percaya dengan jawaban pacarnya.
"Iya, Majendra. So better you shut up."
Mendengar perintah tersebut, Majendra langsung menutup rapat bibirnya. Tidak mengijinkan sepatah kata pun keluar lagi.
"Btw, kapan lo pacaran sama cewek tadi?" kini Devina ganti bertanya. Melihat ke arah Majendra sambil menautkan alisnya.
"Mhm, maybe a year ago." balasnya. Tak lupa menaikkan bahu dengan acuh.
"Kalau cari pelampiasan karena nggak bisa dapetin gue, cari yang bener dikit dong. Masa lo pacaran sama titisan nenek lampir kayak gitu." komentar Devina. Tangan gadis itu lalu tergerak untuk menggenggam erat tangan Majendra. Kepalanya juga ia letakkan diatas bahu pacarnya.
"Khusus malam ini aja, aku pengen manja sama kamu." imbuhnya.
Senyum Majendra merekah. Lelaki itu kemudian meletakkan kepalanya diatas kepala Devina dengan lembut. "Emang kenapa kamu mau manja-manja sama aku? Ini bukan kamu banget, "
"Aku 'kan enggak pernah pacaran sebelumnya, Jen. Jadi aku pengen ngerasain rasanya pacaran itu kayak apa." Devina membalas.
"Kalau aja kamu nggak maksa aku cari cewek lain, aku pasti juga nggak pernah ngerasain yang namanya pacaran." sahut Jendra. Membuat Devina terkekeh karena intonasi suara lelaki itu yang sedikit meninggi dari sebelumnya.
"Maaf. Maaf karena kamu sudah terlalu lama menunggu aku. Maaf karena kamu harus berpura-pura mencintai perempuan lain karena aku. Aku minta maaf."
Majendra tidak menjawab. Lelaki itu memilih mendekatkan dirinya dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Devina. "Maaf karena aku tidak cukup baik untuk kamu, Devina. But still, my heart is belong to you forever."
--
[ini ceritanya foto Devina]
MajendraSv Kamu jangan berlebihan dong cantiknya. Nanti aku bisa lemah jantung🙏 @devsyailona
❤ 220.442
💬 Non-active--
baca Stubborn Bad Boy ya!
itu cerita abangnya Majendra😍
And i'm in love with Marvelino so much😍
KAMU SEDANG MEMBACA
MBB [2] : I'm Your Bad Boy
Teen FictionSERI KEDUA MY BAD BOY 🗻🗻 Majendra Bagaskara Sven - Usia tujuh belas tahun. - Anak dari seorang pengusaha yang terkenal di Jakarta dan Amerika. - Bad boy. - Sungguh tidak pintar. - Keunggulannya hanya dua -wajah dan kekuasaan. - Followers Instagram...