[9] Masalah

2.3K 208 22
                                    

Instagram

devsyailona Late post empat minggu lalu❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

devsyailona Late post empat minggu lalu❤

❤ 890
💬 15 comments

MajendraSv Ganteng banget😍 Suaminya yaa? 😏

devsyailona Bukan, itu supir pribadi @MajendraSv

MajendraSv Duh diriku dijadikan hak milik pribadi😚

view all comments

Instagram

[ini ceritanya foto Devina]

MajendraSv Jangan macem-macem sama gue. Pawang gue galak! 🙏💏

❤ 234.500
💬 145.050 comments

BaraMahaputra Wah, ada yang cari ribut nih @devsyailona

ReMadanta Saya buka jasa tag orang @devsyailona

MajendraSv Sialan lo berdua!
devsyailona HEH

devsyailona CARI MATI?!

MajendraSv Ampun, Yang😨

ReMadanta Hayoloh

BaraMahaputra (2)

view all comments

Devina menarik napas panjang, kemudian menata bantal miliknya agar lebih nyaman. Sekarang hari sabtu, dan ujian kenaikan kelas pun sudah berakhir. Kini waktunya gadis tujuh belas tahun itu menikmati liburannya.

Hampir saja Devina menutup matanya, suara sang Mama lebih dulu menginterupsi. “Devina, ada Eja diluar."

Gadis itu kembali menarik napas panjang. Kali ini rasa kesal juga melingkupi dirinya. “Ganggu orang aja sih tuh cowok!"

--

“Mau ngapain kesini?" Devina bertanya kelewat ketus. Majendra hanya menanggapi dengan dengusan sebal.

“Pacar lagi nyamperin kok malah gitu tanggepannya, " cibir Jendra.

“Ayo!" ajak Majendra kemudian. Devina hanya menaikkan sebelah alisnya heran.

“Maw kemanah sih, Bwank?" gadis itu bertanya. Nada alay memang terselip dalam pertanyaannya. Namun raut wajah Devina masih tetap datar.

“Aduh, Dek. Lemah Abang kalau kamu gituin, " Jendra mencolek pipi kanan pacarnya. Membuat Devina mendenguskan napas kasar.

“Bodo, Jen. Nggak guna!"

Gadis itu melenggang masuk ke dalam rumah. Lalu mengambil jaket levis warna cokelat milo miliknya. Setelah itu ia menggandeng lengan Majendra agar segera meninggalkan tempat yang biasa ia sebut rumah tersebut.

“Devina mau kemana?" tanya Jendra ceria. Keduanya sudah berada didalam mobil lelaki itu.

“Dih, nggak tahu lah! Yang ngajak ‘kan lo!" sahut gadis itu. Mood Devina hari ini benar-benar hancur.

“Kenapa sih?!"

Devina menatap ke arah lelaki disampingnya dengan tak percaya. Ia tidak salah dengar, bukan? Majendra baru saja membentaknya.

“Hebat... Keras banget omongan lo barusan." tepuk tangan yang ia berikan malah membuat emosi Jendra makin tersulut.

“Gue capek! Lo sedikit aja ngertiin gue, Dev! Jangan gue terus yang lo paksa untuk ngerti!" sentak lelaki itu lagi. Sedangkan Devina hanya diam. Memilih untuk menatap jalanan yang terlihat sepi.

“Gue kurang apa? Harus ya lo bertingkah kayak preman terus-menerus?"

Devina masih bungkam. Ia ingin mendengar semua pernyataan Majendra tentang dirinya. Walaupun sebenarnya amarah sudah sampai ke ubun-ubun.

“Gue cowok lo. Bukan sekedar kawan baik yang pasrah sama setiap kelakuan lo. Gue punya harga diri, Dev. Gue nggak masalah lo maki, lo marahin, lo hajar sekalipun juga, gue nggak peduli." lelaki itu menghentikan laju mobilnya. Kemudian melanjutkan. “Tapi tolong, gue ingin mencintai lo sepenuh hati. Jangan buat gue merasa jatuh cinta sendirian. Gue mau lo perhatiin gue. Gue mau lo cemburu sama gue. Gue mau—"

Ucapan Majendra refleks terhenti saat Devina keluar dari mobil tanpa mengucapkan apapun.

“Mau pergi kemana?" tanya Majendra garang. Tangannya sudah menahan pergelangan Devina untuk tidak pergi lebih jauh.

“Kita udah pernah bahas masalah ini. Dan gue pikir gue nggak harus mengulang kembali apa yang gue omongin waktu itu."

“Sedikit aja, Devina! Sedikit! Gue butuh lo paham dan ngerti perasaan gue!"

Tangan kanan Devina yang bebas terayun dengan pasti ke arah Majendra. Laki-laki itu memandang pacarnya yang kini berurai air mata.

“Lo nampar gue, Dev?"

Bukannya menjawab, gadis itu malah melemparkan pertanyaan lain. “Lo mau kita selesai?"

“NGGAK!" Jendra membalas cukup keras.

Devina menurunkan tubuhnya. Memeluk erat lututnya sambil terisak kencang. Membuat Majendra panik setengah mati.

“D-Dev—"

“Huaaa... Jendra jahat! Hiks... Kalau mau minta putus ya bilang! Enggak usah bertele-tele, Jen!"

Grep

Majendra menarik Devina dalam pelukannya. Membiarkan gadis itu menumpahkan semua air matanya. “Jangan nangis, Sayang. Aku hancur lihat kamu kayak gini..."

“Lo jahat! Gue nggak suka!" Devina terus memberi pukulan-pukulan tangan sehingga mengenai lengan pacarnya.

Lelaki itu mendekap sang pacar lebih erat lagi. Mengusap lembut rambut Devina sambil terus membisikkan kata maaf.

“Aku—"

“Aku bercanda, Dev..."

Tubuh gadis itu terdiam ketika mendengar penuturan Majendra. Kemudian mendongakkan kepala sebagai tanda bahwa ia kebingungan.

“Selamat ulang tahun, Calon Istriku."

Selanjutnya, Jendra mendaratkan sebuah kecupan manis di kening pacarnya.

--

MBB [2] : I'm Your Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang