Selamat Membaca
Vote say"Lie if i say fine in my solitude"
-Feeling You-Pagi yang cerah secerah deretan gigi Ryan yang baru saja disikat. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah, setelah pindah ke rumah baru. Dikarenakan harus ikut ayahnya yang dipindahtugaskan ke Jakarta.
Ryan menyisir rambutnya di depan cermin sekalian mengecek wajahnya apakah ada jerawat yang tiba- tiba nongol? Mengecek dagunya apakah ada jenggot yang tumbuh? Atau giginya, mungkinkah ada sisa cabai martabak semalam yang masih menempel? Tidak ada. Perfect! Ryan sudah tergolong ke dalam manusia bersih yang layak keluar rumah sekarang.
Seragam baru dengan logo sekolah baru tentunya akan membawa lembaran baru untuknya. Pasalnya Ryan yakin akan menemukan suasana sekolah yang berbeda.
Ryan besyukur kali ini ayahnya dipindah tugaskan ke kota Jakarta. Sebagai manager perusahaan tekstil ayahnya selalu berpindah- pindah kantor cabang. Entah itu di perkotaan besar ataupun ke pedalaman.Semua bermula sewaktu Ryan masih SD kelas enam. Ia dipaksa ayahnya pindah meninggalkan rumah Mama beserta kenangannya. Lalu kelas satu SMP ia pindah lagi, ayahnya naik jabatan dan ditugaskan di kota Jakarta.
Kelas tiga SMP mereka pindah lagi ke Bogor Ryan paling benci yang ini. Ia harus berpisah dengan ganknya dan sahabat karibnya, Eza. Serta pujaan hatinya yang sekarang ini sudah berstatus menjadi pacarnya.
Ryan sudah memutuskan kali ini adalah yang terakhir. Sudah cukup. Lagipula Ryan sudah dewasa ia bisa hidup mandiri. Untuk apa juga mengikuti ayahnya jika pada akhirnya waktunya tidak pernah diluangkan untuk Ryan. Yang ayahnya lakukan hanya berkutat pada laptop dan dokumennya di kantor. Selama 7 tahun Ryan sudah hidup kesepian. Jadi ia rasa tidak akan apa- apa jika selanjutnya tetap seperti ini.
Ryan menarik kursi untuk duduk. Sepiring nasi goreng dengan omelet di atasnya sudah menunggu untuk disantap. Tangan Ryan dengan cepat menyendokkan nasi merah itu ke dalam mulutnya. Tidak perlu lagi ia harus menjelaskan bagaimana rasanya. Buatan pembantunya itu memang tidak ada duanya.
"Bapak subuh- subuh sudah berangkat den," Ryan menoleh. Wanita yang sudah seperti ibunya itu berjalan mendekatinya.
"Siapa juga yang nanyain ayah," balas Ryan acuh.
Melihat majikannya berusaha acuh Bi Mina kembali menggoda. "Alah isi ngeles lagi. Gengsi banget tinggal bilang kangen,"
Ryan tidak tahan jika sudah berbicara mengenai topik ayahnya. Ia cenderung menghindar karena meskipun Ryan bilang tidak wanita itu terlalu mengenal tabiatnya. Cepat- cepat ia menghabiskan sarapannya lalu mengambil tas di bawah kursi. Tidak lupa Ryan mencium punggung tangan Bi Mina, pamit sebelum berangkat.
Lupakan saja topik hari ini yang membuat moodnya seketika turun. Bagi seorang Ryan Samuel memikirkan ayahnya yang sekalipun mungkin tidak pernah memikirkannya balik adalah hal yang tidak bermanfaat. Buang- buang waktu.
***
Jika ditanya siapa orang teraneh di dunia? Dengan senang hati Jihan akan menjawab adalah dirinya sendiri. Lihatlah penampilannya, siapapun yang melihatnya mungkin akan bertanya berapa jaket yang dipakai Jihan? 2? 3? Belum lagi saat Jihan merasa curiga terhadap mereka yang terlalu memperhatikannya. Ia akan memeluk tasnya erat lalu menggeser duduknya hingga berdempetan dengan jendela bus.
Pemberhentian bus ini terletak di seberang sekolah dekat tiang lampu lalu lintas. Inilah yang membuat Jihan memutuskan naik bus ketika kakaknya Zio tidak mau mengantarnta. Ia hanya tinggal menyebrang jalan saja untuk sampai sekolah.
Tepat ketika bus berhenti lampu lalu lintas berubah merah tanda pejalan kaki boleh menyebrang. Cepat- cepat Jihan turun lalu berlari menyebrangi jalan raya. Namun sepertinya ia kalah cepat hingga saat ia hampir sampai. Sebuah sepeda menabraknya dari kiri jalan. Membuatnya terhuyung jatuh berlawanan arah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling You
Teen FictionSetiap orang punya hak untuk mencintai dan dicintai - Feeling You - Update setiap Kamis dan Minggu