Chapter 14 - Aku Suka Kamu

119 18 10
                                    

Selamat Membaca

"Kita berada pada tahap untuk saling menyadari perasaan suka itu"
-Feeling You-

Orang bilang setiap kejadian selalu punya sisi baik dan buruk, Jihan percaya itu. Seperti yang dialaminya sekarang, sisi baiknya Zio ikut KKN adalah ia tidak perlu lagi merasakan suasana canggung akibat perang dinginnya. Dan sisi buruknya adalah Jihan harus menghadapi ketakutannya untuk naik angkutan umum lagi. 

Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakuti hanya saja Jihan selalu merasa was- was jika harus bersama dengan orang asing. Tidak mungkin juga Jihan menyuruh mamanya untuk ikut mengantar pasti akan timbul pertanyaan lainnya yang akan menyinggung traumanya.  Jihan tidak mau itu. Ia belum siap untuk membuka luka lama apalagi untuk membaginya.

Jihan langsung berdiri saat melihat bus yang perlahan memperlambat laju mesinnya untuk berhenti di halte. Jihan mengeratkan jaketnya juga keberaniannya. Terlihat jelas kalau saat ini ia gugup setengah mati. Perlahan bus berhenti, pintu bus terbuka otomatis menunggu Jihan masuk. 

Jihan memejamkan matanya memantapkan hati sekaligus batinnya. "Pasti bisa Han! Kamu bisa, kamu berani,  kamu... "

"Woy!!!"

Jihan mendongak begitu mendengar suara seruan itu, juga langsung terkejut melihat siapa yang memanggilnya.

"Rian?  Kamu... "

Ryan mengeluarkan kepalanya dari jendela bus. "Buruan deh doanya udah ditungguin abang sopir noh. Kalo mau ngajakin telat di hari pertama ulangan, saya enggak ikut deh"

Jihan masih diam. Mungkin saja ia salah makan tadi, mana mungkin Ryan ada disini! Naik bus pula.

"Buruan!!!" Ryan langsung menyentil jidat Jihan tidak mau aksi bengong gadis itu berlangsung lebih lama.

Jihat terkesiap buru- buru masuk ke dalam bus. Setelah menggosok tiket bus Jihan langsung mencari tempat di dekat Ryan. Tapi sayangnya tidak ada tempat duduk yang tersisa jadilah Jihan berdiri.

"Sini kamu duduk di tempat saya aja," titah Ryan langsung mendudukkan Jihan di kursinya tadi. 

"Gak usah Ri, aku aja yang berdiri,"

"Jangan bawel deh! Saya lagi ngapalin rumus nih," Ryan mengatakannya dengan nada yang sedikit ketus. Bermaksud agar Jihan tidak banyak bicara lagi.

Jihan menunduk diam,  ini pertama kalinya Ryan berbicara dengan nada seperti itu, tidak berani melawan apalagi berbicara. Padahal dalam hatinya Jihan ingin setidaknya mengucapkan selamat pagi padanya.

Ryan mengulum senyumnya, menikmati melihat wajah Jihan yang menunduk tertutupi sedikit rambutnya yang terurai ke bawah. Tanpa sadar tangannya bergerak menyelipkan rambut Jihan yang langsung membuat gadis itu kaget. 

Ryan berdehem baru menyadari juga tindakannya barusan. "Pagi- pagi udah berantakan emangnya gak punya sisir. Nanti pinjem sama Eza sana, tuh anak kemana- mana bawa sisir,"

Jihan langsung merapikan rambutnya, bodoh sekali seharusnya tadi ia memakai minyak rambut saja."Iya nanti aku pinjem sama dia,"

Tangan Ryan terulur mengacak rambut Jihan. "Biar sekalian nanti rapiinnya,"

"Ihh Rian!!! Jadi makin berantakan tau," ucapnya kesal namun tak bisa menyembunyikan senyumnya juga.

"Kamu pake dua jaket?" tanya Ryan tiba-tiba.

Pertanyaan itu entah kenapa membuat tubuh Jihan seketika tegang. Ia mendongak gugup melihat Ryan yang melihatnya penasaran.  "Di... Dingin," jawabnya gugup.

Feeling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang