Selamat Membaca
Like dulu❤"Aku mungkin sakit melihatmu berlari ke arahnya tapi aku lebih hancur melihat kebahagianmu hilang karenanya"
-Feeling You-Khawatir? entah definisi apa yang cukup menggambarkan perasaan laki- laki itu sekarang. Pergerakannya gelisah ia berlari tanpa henti meski tidak tahu arah tempat tujuannya. Ryan bahkan mendorong keras beberapa gerombolan adik kelas yang menutupi jalan, matanya terus saja mencari- cari sosok yang membuat hatinya berdebar dengan hebatnya.
Fresha.
Ryan tidak peduli suara Eza yang memanggilnya seraya mengumpat di belakang. Ryan juga tidak peduli puluhan pasang mata menatapnya heran. Apalagi mendengar bel tanda masuk, Ryan tidak peduli. Otaknya seolah sudah terblokir sempurna hanya pada gadis itu.
"Ke kanan Ry arah parkiran belakang!!" seru Eza dibelakangnya yang masih bisa Ryan dengar.
Ryan mempercepat larinya, dapat ia lihat masih banyak siswa yang mengerumuni tempat itu meski bel masuk sudah berbunyi. Pantas saja kelas sangat sepi jadi ini yang membuat mereka bertahan untuk tidak masuk kelas. Ryan menerobos masuk ke dalam kerumunan siswa itu berharap gadisnya tidak terluka, karena dari laporan Eza pacarnya itu sedang bertengkar.
Namun bukan Fresha yang pertama kali dilihat Ryan melainkan dua laki- laki yang sedang berkelahi. Wajah mereka babak belur, darah sudah menguncur dari pelipis dan hidung tapi tidak satupun dari keduanya yang berkeinginan untuk mengalah. Melihatnya Ryan semakin gelisah hatinya bertanya- tanya keberadaan gadisnya.
Satu- satunya suara yang berteriak meminta tolong berhasil mengalihkan perhatiannya. Ryan menoleh dan menemukan Fresha menangis histeris di sisi kerumunan itu. Tampaknya ia ingin melerai namun urung karena terlalu takut. Keadaan Fresha benar- benar kacau rambutnya berantakan juga seragamnya yang lusuh dengan satu kancingnya terbuka.
Segera Ryan menghampirinya lalu menarik tangan Fresha bermaksud mengeluarkan gadis itu dari kerumunan. Namun bukannya disambut, tangan Ryan malah ditepis kasar olehnya. Ryan diam menatap kosong tangannya sendiri, Fresha malah semakin histeris meneriaki nama salah satu laki- laki yang tumbang dalam perkelahian itu.
Ryan bisa melihat ketakutan dan kepanikan yang teramat besar dari gadisnya. Fresha terus berusaha mendekati laki- laki yang dipukul bebas oleh lawannya meski dirinya sangat takut. Ryan mengepalkan tangannya melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kekasihnya sendiri begitu mengkhawatirkan laki- laki lain.
"Max bangun! Aku mohon bangun!!!" jeritnya seolah dari suaranya bisa membangkitkan cowok bernama Max itu.
Menepis berbagai pertanyaan yang bermunculan di otaknya sekali lagi Ryan meraih tangan Fresha dan lagi tangannya di tepis oleh perempuan itu. Bedanya kali ini Fresha menyadari kehadirannya dan langsung menghampiri Ryan, meminta pertolongan.
"Ri tolong Max! Dia bisa mati disini. Ri please!!! Aku mohon dia berkelahi karena aku," ucapnya memohon seraya mengguncang- guncangkan tubuh Ryan karena laki- laki itu sama sekali tidak bergeming.
Beberapa detik Ryan habiskan hanya untuk mendiamkan Fresha yang terus memohon pertolongan padanya. Ia menatap lurus laki- laki yang membuat gadisnya sehisteris itu. Banyak yang ingin Ryan tanyakan tapi ia sadar bahwa sekarang bukan waktunya.
"Apa dia sangat berharga buat kamu?" tanya Ryan tanpa melihat Fresha matanya masih meneliti wajah Max.
Fresha tertegun tidak menyangka Ryan akan bertanya seperti itu. Sesaat ia ragu, pernyataannya mungkin saja menyakiti hati kekasihnya sendiri. Tapi keadaan Max memaksanya untuk mengungkapkan kebenaran yang selama ini ia tutupi. Saat Ryan menatapnya Fresha mengangguk mantap memperjelas bagaimana hatinya sudah terikat pada laki- laki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling You
Teen FictionSetiap orang punya hak untuk mencintai dan dicintai - Feeling You - Update setiap Kamis dan Minggu