Chapter 9 - Tell Me

138 22 22
                                    

Selamat Membaca
Vote ya Beb❤

“Rasa cinta itu datang
tanpa pemberitahuan- tanpa permisi
tanpa alasan- tanpa sebab
tanpa meminta- tanpa diminta”
-Feeling You-

"Pacaran... Enggak... Pacaran... Enggak... Pacaran?" Jihan bergumam sendirian sambil menekan- nekan ujung penanya yang menimbulkan suara kecil.

Sejak dari kantin ia tidak bisa berhenti memikirkan pertanyaan yang timbul atas apa yang dilihatnya tadi. Apa sebenarnya hubungan Ryan dan Fresha? Benarkah mereka berpacaran? Lalu siapa laki- laki yang bersama Fresha di UKS?
Pertanyaan yang muncul karena rasa penasaran dan khawatir, membuat kepala Jihan terasa pening.

Masih dengan kebingungannya tiba- tiba saja Jihan merasa ada yang menarik rambutnya. Membuat duduknya yang tadinya condong ke depan menjadi menyender pada kursi. Dia Ryan, si pelaku yang menarik rambutnya kemudian berbisik halus di telinga Jihan.

"Jangan pacaran," Jihan hanya mengernyitkan alisnya tidak mengerti.

Lagi Ryan berbisik sangat pelan "Masih kecil. Belum waktunya," mendengarnya otomatis Jihan menoleh, kesal.

Ryan hanya tersenyum manis dengan tangan menopang dagunya. Matanya disipitkan ia tersenyum sampai lesung pipinya terlihat. Ekspresi wajah yang selalu ditunjukkannya ketika Jihan merasa kesal padanya. Beruntung saat ini pelajaran sedang berlangsung di dalam kelas kalau tidak mungkin Jihan sudah berteriak dan menjambaki rambut Ryan.

Enak saja! Ryan melarang Jihan pacaran apalagi dengan alasan karena masih kecil. Tidak masuk akal.

"Kamu anggap aku apa?" tanya Jihan pelan namun tegas. Tak ingin didengar oleh guru yang mengajar.

"Anak TK," ucapnya santai. Sikapnya  seakan tidak merasa bersalah.

"Lalu bagaimana dengan kamu?  Punya pacar tapi diselingkuhi!" gerutu Jihan dalam hati.

Namun seketika itu juga Jihan sadar. Ia berbalik ke posisi duduknya semula, berusaha memalingkan wajahnya dari Ryan. Hampir saja Jihan keceplosan. Perubahan ekspresi Jihan membuat Ryan tiba- tiba merasa bersalah. Pikirnya candaannya sudah  kelewatan dan membuat Jihan sedih.

Sampai jam pelajaran terakhir keduanya sama- sama diam karena merasa bersalah.
***

Seperti biasa pulang sekolah Jihan akan duduk di halte yang terletak di seberang sekolah. Menunggu ayah atau kakaknya menjemputnya. Tahu sendirikan karena traumanya Jihan tidak bisa naik angkutan umum lagi. Selagi menunggu, Jihan membuka aplikasi baca komik di ponselnya. Dari kecil ia memang suka hal- hal yang berbau gambar. Baik dalam bentuk lukisan, gambar, ataupun foto.
Jihan tidak tahu berapa lama ia berkutat hanya pada ponselnya. Sampai- sampai tidak mengetahui sejak tadi ia diperhatikan.

"Udah jangan senyum lagi! Silau mata gue," ujar seseorang.

Jihan mendongak, terkejut melihat Ryan tiba- tiba sudah ada di hadapannya. Cowok itu bersidekep menghadap Jihan setengah menyender pada motornya. Ia melambaikan tangan seolah sedang menyapa Jihan.

"Kamu? Sejak kapan disini?"

Ryan memalingkan wajahnya ke atas tampak seperti berpikir. "Sejak tiga jam yang lalu?"

"Hah.. Tiga jam?" Jihan terkaget. Ia langsung mengecek jam di tangannya. Masak sih karena keasikan membaca Jihan bisa lupa waktu sampai tiga jam lamanya. Dan benar saja setelah mengecek jam tangannya, dapat disimpulkan Ryan sedang mengerjainya.

Jihan mendelik kesal sedangkan Ryan, cowok itu tertawa dengan penuh kepuasan. Jihan memutar bola matanya malas ia membaca kembali aplikasi komiknya berusaha mengabaikan Ryan. 

Feeling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang