Chapter 6 - Let's start!

218 56 71
                                    

Vote vote vote💃

Selamat membaca

"Tatap mataku. Raihlah tanganku. Percayalah. Berlari bersamaku adalah sesuatu yang menakjubkan"
-Feeling You-


Apakah Jihan sedang berada dalam sebuah film dimana biasanya terdapat adegan slowmotion? Rasanya tidak. Meskipun sekarang ini ia sedang berlari dan di belakangnya sekelompok gank aneh mengejar percayalah Jihan merasa waktu berjalan sangat lamban. Bahkan kata berjalanpun tidak tepat untuk mendefinisikan yang dilakukannya saat ini.

Otaknya yang sempat blank tadi kini memiliki satu fokus. Ya hanya satu. Yaitu kepada laki- laki tampan yang sedang menggenggam tangannya sekarang.

Jihan tidak tahu akan dibawa kemana ia hanya mengikuti cowok itu berlari memasuki pemukiman kumuh dipinggiran kota. Lelah? Mungkin iya tapi rasa itu seperti tenggelam tergantikan dengan rasa penasaran. Penasaran akan dia yang menggenggam tangan Jihan.

Selama pelarian Jihan hanya diam walaupun ia tahu cowok itu adalah orang asing tapi entahlah tidak seperti biasanya Jihan sama sekali tidak takut. Ia hanya berpikir untuk terus berusaha mensejajarkan langkah kecilnya dengannya.

Ahh! Bukan yang benar adalah cowok itu yang menyeimbangkan langkahnya dengan Jihan. Mustahil laki- laki bertubuh jangkung sepertinya berlari sangat lambat kalau bukan untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Jihan. Jika dia mau mungkin sudah sejak tadi ia menelantarkan Jihan. Bahkan karena saking fokusnya meneliti wajah cowok itu Jihan tersandung beberapa kali. Tapi dengan sigapnya dia menahan tubuh Jihan tanpa merasa repot ataupun kesal. Raut wajahnya lebih kepada. Khawatir.

Tembok seng besar dengan tulisan "dilarang masuk" menghentikan keduanya. Tadinya Jihan pikir pemukiman ini tidak ada ujungnya saking lamanya mereka berlari.

Jihan merasa kehilangan ketika cowok itu melepaskan genggamannya. Raut mukanya tampak gelisah sekaligus bingung. Sesekali ia meloncat agar dapat melihat apa yang ada dibalik tembok itu sedangkan Jihan hanya diam memperhatikan.

Suara- suara kelompok gank tadi lagi-lagi terdengar kini semakin keras, jelas bahwa mereka pasti sudah semakin mendekat. Cowok itu mengusap wajahnya kasar terlihat sangat kalut namun tiba- tiba saja ia menatap lurus ke arah Jihan. Jihan yang dipandangi seperti itu langsung kikuk entah kenapa sekarang ia merasa takut. Kakinya refleks bergerak mundur ketika cowok itu melangkah mendekati Jihan.

Jihan bersiap berteriak ketika jarak mereka semakin menipis namun urung karena laki-laki itu telah terlebih dahulu mendorong Jihan hingga keduanya jatuh ke dalam gerobak rongsokan. Lalu dengan cepat dia menutupi tubuh keduanya dengan terpal.

Jika bisa dijelaskan seberapa besar syoknya dengan senang hati Jihan akan menjabarkan. Didalam gerobak kecil tertutupi terpal itu tidak lagi tersisa jarak di antara keduanya.
Posisi cowok itu menindih Jihan namun masih ia tahan dengan tangannya agar wajah mereka tidak bertemu. Bagi Jihan itu sama sekali tidak membantu karena posisi wajahnya tepat berada di depan Jihan. Bahkan hidung mereka hanya berjarak satu biji salak cukup untuk Jihan menciumi aroma tubuh cowok itu. Aroma maskulin bercampur bau keringat.

Suara kelompok gank itu terdengar sangat jelas di luar. Dia memejamkan matanya sebentar mengisyaratkan kepada Jihan untuk diam. Jihan diam tapi bukan untuk mematuhi perintahnya melainkan karena ia sedang bergulat dengan suara degupan jantungnya yang berdetak sangat cepat. Jihan yakin rona pipinya kini sudah menyerupai warna tomat sialnya karena situasi sekarang Jihan tidak bisa menyembunyikannya. Baik itu rona wajahnya ataupun suara degupan jantungnya.

Samar- samar suara milik gank itu perlahan menghilang.

Lama tertahan pada posisi yang sangat canggung akhirnya laki- laki itu bangkit lebih dulu. Bisa Jihan lihat saat ia sudah berdiri seluruh seragamnya basah terkena air yang menggenang di terpal tadi. Bahkan rambutnya juga ikut basah.

Feeling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang