Chapter 17 - Tarik Ulur

113 17 9
                                    

Selamat Membaca
Play mulmed☝

"Kita dua kutub berbeda yang saling berhubungan. Bergerak saling tarik menarik untuk sama- sama saling memiliki"
-Feeling You-


"Jihan Barami,"

"Jadilah rumahku, ayo kita kencan!"

Jihan membisu namun tetap berusaha untuk tidak berkedip memastikan bahwa ia tidak sedang berkhayal.

Lama mereka berpandangan, menatap satu sama lain seolah sedang membaca pikiran masing-masing.

Kalau boleh Jihan ingin lari, Membebaskan nafasnya yang lama ia tahan juga jantungnya yang berdebar-debar ingin keluar. Tapi sayangnya situasinya tidak memungkinkan Jihan bisa lari, ia duduk di kursi panjang dengan kedua tangan Ryan berada di sisi sampingnya. Mencoba ke belakangpun rasanya tidak mungkin.

"Pu...Pu...Pulang," ucap Jihan akhirnya.

Awalnya Ryan mengernyit bingung, tapi ia cukup mengerti sedang berada di situasi apa. Perlahan Ryan menunduk beralih membuang nafas pelan. Mencoba menerima kenyataan bahwa baru saja ia ditolak.

Tidak lagi Jihan rasakan jantungnya berdebar tapi sekarang sesuatu menghimpit ruang nafasnya hingga membuatnya sesak. Ya Jihan menyesal, karena sesaat kemudian Ryan mendongak menatap Jihan sejenak. Sebelum akhirnya menyunggingkan senyum namun dengan sorot mata kecewa.

"Baik,"

"Ayo kita pulang!"
***

Jihan mungkin sudah mengalami puluhan gejala demam selama hidupnya. Tapi ini kali pertama fungsi jantungnya ikut terganggu karena demam.

Semenjak dari warung bubur ayam tepatnya, ia sudah merasakan sesuatu yang aneh. Jihan merasa jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa waktu, lalu tiba-tiba berdebar cepat sampai rasanya sesak nafas. Nafasnya memburu, ia gelisah, kemudian gemetar tidak karuan. Jihan mungkin akan menyesal karena telah menggigiti kukunya hingga catnya rusak.

"Pasti!!!" serunya tiba-tiba.

Ia berguling mengubah posisi berbaringnya menjadi telungkup memeluk guling. "Pasti akunya yang kegeer-an, kalaupun iya Ryan gak mungkin diam aja tadi,"

Tapi sebesar apapun usahanya, tetap saja Jihan tidak bisa menyangkal perasaan di benaknya saat ini. Perasaan aneh yang muncul entah darimana hanya karena kalimat laki-laki itu.

Kembali Jihan berbaring menutup setengah wajahnya dengan guling. "Tapi kalau benar, apakah dia menyukaiku?" tanyanya malu pada diri sendiri.

"Tidak. Tidak. Jangan berkhayal, mana mungkin Ryan menyukaiku" Jihan berusaha mengelak perasaannya lagi. "Ya dia ngajak kencan. Bukankah kencan artinya makan?

Tentu saja! Dia pasti melakukannya karena harus melunasi hutangnya,"

Jihan mengeratkan pelukannya dengan guling. Rasanya ia sudah lupa kapan terakhir kali mendapatkan perasaan seperti ini. Ditatapnya langit-langit kamar mengingat kembali saat-saat dimana ia menghabiskan waktu bersama Ryan.

"Tapi bagaimana ini?" tanya Jihan.

"Kurasa aku yang menyukainya"

***

"Ahhhhhhhh!!!"

Dia Ryan. Setelah menutup rapat pintu kamarnya ia berteriak histeris sambil menjambak rambutnya. "Bodoh. Kenapa gue bilang gitu sih?"

Ryan terduduk bersender pada pintu kamarnya. "Kenapa gue gak bisa nahan diri untuk memiliki dia?"

Ia menatap kosong kamarnya, mengingat lagi waktu yang ia habiskan bersama gadis itu. Padahal Ryan sudah berusaha keras menepis perasaannya dengan menjauhi Jihan selama seminggu penuh. Tapi pertahanannya runtuh begitu saja hanya karena Jihan membawanya ke pelukannya.

Feeling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang