Hari minggu yang ditunggu-tunggu oleh muda-mudi pun telah datang. Hari ini adalah hari terakhir kelompok Shirlen mempunyai waktu untuk mengerjakan tugas tetrarium dari Bu Rahmah. Mereka pikir, Shirlen akan ketakutan tidak mendapat nilai pada mata pelajaran Biologi dan akhirnya menyerah kemudian terpaksa mengerjakan sendirian. Namun mereka salah besar.
"Gila lo! Gue pikir, kemarin elo cuma menggeretak sambal doang. Ternyata elo sudah berani nggak bikinin kita tugas kelompok," kata Bagaskara mengomel.
Shirlen mengedikkan bahu tanpa berkata apa pun supaya terlihat santai. Ia tidak peduli kalau nilainya nol. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada teman-temannya yang malas.
"Oke kalau itu mau lo. Kita akan ngerjain tugas tetrarium sesuai keinginan elo," lanjut Bagaskara.
"Tapi... di mana kita ngerjain tugasnya?" tanya Adit sambil membenarkan posisi kacamatanya.
"Di rumah Sherly aja. Rumahnya gede dan ada banyak makanan di sana," celetuk Nova seenaknya.
"Ya udah. Fix. Kita ke rumah si nerd. Soalnya dia yang bikin kita-kita terpaksa ngerjain tugas kelompok," ucap Gilbran.
"Oke kalau kalian ngotot ke rumah gue. Nggak masalah," tantang Shirlen.
Mereka berlima pun bergegas mengendarai kendaraan masing-masing menuju komplek Jaya classic, berharap tugas tetrarium dari Bu Rahmah dapat terselesaikan dengan cepat hari ini juga.
Sementara itu, Sena dengan santainya menunggui Shirlen di depan rumah. Secepat kilat, ia sudah berada di Bandung untuk menemui cewek yang bahkan tidak sudi bertemu dengannya. Sambil menyesap sepuntung rokok, ia duduk di atas motor.
"Sena?" sapa Shirlen kaget setelah memarkirkan mobilnya. "Ngapain lo ada di sini?"
"Buat nemuin kamu," jawab Sena santai. Ia membuang puntung rokoknya yang masih menyala lalu menginjaknya sampai padam.
"Siapa suruh lo nemuin gue?"
"Kan aku kangen."
"Ngapain juga lo kangen sama gue?"
"Kan aku pacarmu."
Gilbran, Nova, Adit, dan Bagaskara hanya melongo tak percaya. Bagaimana mungkin Sherly memiliki pacar sekeren itu, pikir mereka.
"Sherly, siapa dia?" tanya Nova enggan.
"Kenalin, gue Sena. Pacarnya Shir... eh maksud gue... gue pacarnya Sherly," potong Sena mengulurkan tangannya pada Nova sebelum Shirlen angkat bicara.
"Gue Nova, temen sekelasnya Sherly." Nova menjabat tangan Sena dengan gugup.
"Lo anak mana?" tanya Gilbran tak terima mendapati gadis yang selama ini memandanginya dari kejauhan, kini sudah memiliki pacar yang tak kalah tampan darinya.
"Gue anak Jakarta," jawab Sena.
"Udah udah. Perkenalannya udahan," potong Shirlen. "Ngobrolnya nanti aja. Sekarang waktunya ngerjain tugas."
Shirlen pun berjalan cepat menuju pintu, membukanya asal, lalu mempersilahkan teman-temannya untuk masuk. Mbak Tri langsung sigap menyiapkan beberapa gelas jus alpukat dan beberapa camilan di atas meja.
"Rumah lo gede juga ya," kata Gilbran dengan pandangan mata yang berpendar. "Bokap lo kerja apa?"
"Pertuyulan!" jawab Shirlen asal, membuat Sena dan yang lainnya terkekeh.
"Makin lucu aja kamu," ucap Sena sembari mengelus-elus rambut Shirlen, membuat Nova merasa iri bukan main.
"Sena, lo beneran pacarnya Sherly?" tanya Nova kembali memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Bad Boy
JugendliteraturCover by : prlstuvwxyz "Gue mau jadi selingkuhan elo," ucap Sena dengan tatapan datarnya. Mata Shirlen terbelalak, mulutnya menganga, sedangkan otaknya masih berputar-putar, bertanya-tanya mengapakah bad boy yang tidak pernah sedikit pun berbicara d...