Chapter 20

4.7K 456 7
                                    

Dari kejauhan, diam-diam Gilbran memotret Shirlen. Ia tak berani merebut Shirlen dari Sena mengingat Sena adalah seorang brandalan yang jago berkelahi. Oleh karena itu, setidaknya dia bisa memandangi wajah Shirlen dari foto-foto yang ia ambil secara diam-diam.

Gilbran tersenyum melihat hasil jepretannya. Shirlen terlihat sangat cantik. Dia benar-benar merasa aneh. Padahal beberapa bulan yang lalu, ia merasa sangat jijik bila Sherly asli mencoba berinteraksi dengannya. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa ia selalu ingin melihat gadis itu?

Gilbran yang asik melihat-lihat hasil jepretannya tak sengaja menabrak seorang cowok berkacamata. Kepala Gilbran terangkat, beralih dari kamera yang dipegangnya. Orang yang ditabrak Gilbran adalah Devan.

"Siapa cewek yang ada di kamera elo itu?" tanya Devan dengan dahi berkernyit. Tadi ia tak sengaja melihat sebentar foto yang dipandangi Gilbran sampai-sampai Gilbran tak sengaja menabraknya karena terlalu asyik melihat foto Shirlen sambil berjalan.

"Bukan urusan elo!" sahut Gilbran sinis.

"Itu urusan gue."

"Kenapa Sherly jadi urusan elo? Elo kenal Sherly?"

"Iya. Gue kenal sama dia. Sekarang jawab pertanyaan gue. Kenapa elo menyimpan foto-foto Shir-" Devan tercekat. Rupanya ia lupa bahwa Shirlen dan Sherly sedang bertukar tempat. "Maksud gue, kenapa elo menyimpan foto-foto Sherly?"

"Emangnya kenapa kalau gue mau menyimpan foto-foto Sherly? Apa masalah buat elo?"

"Elo belum menjawab pertanyaan dari gue. Apa hubungan elo sama Sherly?"

"Sherly itu adalah orang yang gue suka. Kenapa emangnya?"

Devan tercenung sejenak. Ia mengingat semua perkataan Sherly saat di restoran seafood bahwa Shirlen ingin berpacaran dengan Gilbran, pacar Sherly. Melihat wajah tampan orang yang ada di hadapannya, Devan bisa menebak kalau orang yang memandangi foto Shirlen adalah Gilbran.

"Elo ... Gilbran?" tanya Devan memastikan.

"Iya. Gue Gilbran. Tapi kenapa elo bisa tau nama gue?" dahi Gilbran mengernyit heran. Orang yang tadi tak sengaja ia tabrak ternyata tau namanya. Padahal, ia sama sekali tak mengenali orang itu.

"Apa elo pacarnya Sherly?"

"Iya. Kenapa kalau gue pacarnya?" Gilbran mengaku-ngaku karena emosi.

Kriiiiiing....

Terdengar bel sekolah berbunyi. Gilbran buru-buru berlari memasuki gerbang sekolah sebelum ditutup. Devan tercenung. Ia tak menyangka bahwa apa yang dikatakan Sherly adalah suatu kebenaran. Tapi ia masih tak mempercayai semua pengakuan Gilbran barusan. Ia harus mencari tahu semuanya.

Devan berjalan lesu menuju mini market. Ia membeli beberapa camilan dan memakannya di sana sambil menunggui Shirlen pulang sekolah. Setelah bosan menunggu, ia memutuskan pergi ke warnet dan bermain beberapa game online. Kemudian saat jam pulang sekolah, ia bergegas menunggu Shirlen di depan gerbang sekolah.

Mata Shirlen terbelalak lebar ketika ia melihat Devan yang berada di depan gerbang sekolahnya. Devan bersedekap sambil berjalan ke arah Shirlen. Begitu banyak pertanyaan yang ia ingin ungkapkan.

"Devan?" kata Shirlen dengan mulut menganga.

"Shirlen, gue mau ngomong," ucap Devan tegas.

"Nggak ada yang perlu diomongin." Sena tiba-tiba datang dan merangkul pundak Shirlen.

Melihat hal itu, hati Devan terasa perih. Jadi selama ini, apa benar Shirlen dan Sena menjalin hubungan gelap di belakangnya? Devan masih mematung. Ia masih berharap bahwa Shirlen adalah gadis baik-baik seperti yang ia nilai selama ini. Shirlen tak mungkin menghianatinya.

"Shirlen, apa benar kamu pacaran sama Sena?" tanya Devan dengan suara yang terdengar sedikit goyah.

"Van, kita jangan ngomong di sini. Nggak enak. Sebaiknya kita bertiga cari tempat. Aku akan jelasin semuanya ke kamu." Shirlen menoleh ke kanan dan ke kiri lalu ke belakang. Banyak siswa yang keluar gerbang karena saat ini adalah jam pulang sekolah. Rasanya tak enak jika percakapan mereka di dengar orang lain.

Shirlen menarik tangan Devan dan membawanya ke danau sepi dekat sekolah. Tentu saja Sena mengikuti mereka. Sena takut kalau Shirlen akan berpaling darinya dan kembali pada Devan. Tidak bisa dipungkiri kalau waktu yang Shirlen habiskan dengan Devan jauh lebih banyak daripada waktu yang Shirlen habiskan dengannya.

"Van, aku akan jelasin semuanya ke kamu," kata Shirlen cepat. Wajahnya terlihat panik.

"Oke. Aku akan dengerin semua penjelasan kamu," sahut Devan melipat tangan.

"Aku nggak berniat bohongin kamu, Van. Aku-"

"Pertama, aku mau tanya. Kenapa kamu nggak pernah cerita ke aku kalau kamu punya kembaran?"

"Aku nggak cerita ke kamu kalau aku punya kembaran karena aku benci sama kembaranku. Dia mengalami gangguan kejiwaan. Dia yang maksa aku buat tukeran tempat kayak gini."

"Oke. Anggap saja aku percaya. Kedua,  apa kamu pacaran sama cowok yang bernama Gilbran?"

"Gilbran? Enggaklah." Shirlen menyangkl cepat.

"Ketiga." Devan melihat sebentar ke arah Sena. "Apa kamu selingkuh sama Sena di belakangku?"

"Kalau itu aku bisa jelasin, Van. Kamu jangan marah dulu."

"Berarti, kamu beneran selingkuh?"

"Iya iya. Aku akui kalau aku selingkuh. Tapi itu semua demi-"

"Demi keegoisan kamu?" potong Devan.

"Van, aku melakukan itu-"

"Keempat. Apa kamu cinta sama Sena?" Lagi-lagi Devan memotong penjelasan Shirlen.

"Iya!" jawab Shirlen tegas. Ia sudah jengah menjelaskan semuanya pada Devan.

Mata Devan membulat sempurna, berharap ia salah dengar. "Kenapa kamu selingkuh? Aku kurang apa?"

"Percuma aku jelasin ke kamu. Karena kamu nggak bakal dengerin semua penjelasan aku."

Shirlen berlari meninggalkan Devan yang mematung terluka. Sena mengejarnya dan menghentikan langkah kakinya. Mata Shirlen berkaca-kaca, lalu butiran air mata terjatuh lancang dari kedua bola matanya.

My Secret Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang