Demon

344 27 0
                                    

Bila aku lari dari mu. Ku mohon jemput lah aku. Aku hanya bersandiwara dihadapan mu agar aku tahu betapa besar kesetiaan mu padaku.

**
Untuk sekian minggu Rheina memutuskan untuk pergi meninggalkan Ayah kandung ku. Walau terasa berat tapi, Rheina ingin bebas seperti dulu. Rheina ingin kembali lagi dengan Momy.

"Pak, tolong ke perumahan berlian," ucap Rheina pada seorang sopir taksi.

Selang beberapa detik mobil taksi itu mulai meninggalkan area pekarangan rumah Ayah kandung Rheina.

'Ayah. Bukan bermaksud jahat karena ingin pergi dari mu. Tapi, Rheina ingin bebas seperti dulu. Ayah terlalu overprotective pada Rheina. Rheina terasa terkekang. Jadi, Rheina pergi dari Ayah. Maaf. Love you dad ♡,' isi batin Rheina.

Bruk!!

Tubuh Rheina terasa terhuyung ke depan. Entah mengapa sopir taksi menghentikan mobil secara tiba-tiba.

"Kenapa, Pak?"

Sopir taksi menoleh ke arah Rheina dengan pandangan khawatir. "Itu didepan ada orang aneh."

Rheina seketika menatap ke arah depan. Disana berdiri seseorang dengan sebuah sayap dibelakang punggungnya. Wajahnya tampak tertutup topeng berwajahkan tengkorak.

MAKHLUK APA ITU !!!

Tiba-tiba kaca mobil taksi yang ditumpangi Rheina pecah dengan sendirinya. Banyak serpihan kaca yang mengenai permukaan wajah Rheina.

Blam

Makhluk aneh tadi membanting pintu taksi dengan kasar sampai pintu taksi terlepas. Rheina dengan segera menyudut dibelakang taksi. Namun, makhluk aneh tadi  dengan cepat mencekal tangan Rheina. Badan Rheina seketika  gemetar takut.

"A - apa yang k-kau inginkan d - dari ku?!" tanya Rheina dengan takut-takut.

Makhluk tadi membelai rahang halus Rheina dengan kuku tajam yang ia punya, "Aku akan membuat mu bahagia."

Setelah itu pandangan mata Rheina terasa berat. Entah apa yang dilakukan makhluk tadi padanya .

*

Rheina membuka matanya. Ia merasa sudah tidur lama. Badannya terasa pegal dan kesemutan. Tapi, ada janggal dilamar ini. Barang-barang kuno nan mewah menghiasi setiap sudut kamar ini. Mungkin kah ini kamar pra- sejarah?

Kriet

Pintu besar kamar terbuka lebar. Makhluk aneh tadi muncul lagi dihadapannya. Rasa takut pun mulai menyeruak lagi dihati Rheina. Ia tak mau menjadi santapan makhluk aneh itu. Apa daging miliknya enak?

Makhluk aneh tadi semakin mendekati Rheina, "Tolong jangan takut. "

Rheina semakin takut dengan makhluk aneh dihadapannya. Apa makhluk aneh ini bisa bicara?

Terselip rasa ingin tahu yang besar kepada makhluk ini. Akhirnya Rheina mengerakkan mulutnya, "siapa kau?Dan kenapa kau memakai topeng?"

"Perkenalkan Lady, nama ku Zero. Aku adalah seorang Demon. Topeng ini adalah lambang dari para bangsawan. Hanya keturunan ningrat yang dapat memakainya. Dan bagaimana dengan kau?"

"A - aku Rheina. Kenapa kau menculik ku?"

"Aku tidak menculik mu, sayang. Aku hanya ingin bersama dengan mate-ku. "

Rheina menggeleng cepat," Aku bukan mate-mu."

"Kau tak bisa mengelak. Aku tak mungkin salah dengan mate-ku sendiri."

"Tolong kembalikan Aku. Ku mohon," ucap Rheina dengan nada lemah.

Tangan Zero membelai lagi rahang halus Rheina,"Aku tak bisa mengembalikan mu lagi. Aku tak mau sendiri tanpa seorang Mate. Aku ingin kau dan aku menata hidup yang baru."

Rheina melepas tangan Zero kasar,"Aku ingin kembali."

Zero menatap Rheina sendu. "Aku ingin hidup bahagia bersama kau," Zero mencium pucuk dahi Rheina dengan penuh perasaan.

"Maaf. Aku tak bisa."

**

Sudah beberapa hari Rheina tinggal bersama Zero. Sedikit ia mengerti kepribadian Zero yang tegas dan arrogant tapi baik hati.

"Rheina jangan sekali-kali kau memaksa ku untuk melepas topeng ini."

"Zero. Aku hanya ingin menatap wajah mu. Apa wajah mu jelek sekali sampai kau tak mau memperlihatkan pada ku?"

Zero mencubit hidung Rheina,"Aku tak ingin kau terkesima dengan pesona wajah ku."

Rheina mengembungkan kedua pipinya,"Aku tak mau lagi menatap topeng mu yang menyeramkan itu. "

"Tapi, ini tak bisa dilepas. Sebelum aku menjadi Raja Demon."

Rheina lalu berlari pergi menuju kamarnya. Ia kecewa karena Zero tak dapat membuka topengnya untuk dirinya. Sesampai di kamar Rheina mengunci rapat kamarnya dan  selimut yang ada menjadi tali.

Tok tok tok

"Rheina, Ayolah kita keluar. Kau tak mau kan aku mendobrak pintu kamar mu."

Rheina memutar bola matanya, "Terserah aku tak peduli."

Rheina mengikat ujung tali pada kaki ranjang dan menjulurkan sebagian tali ke jendela.

Rheina menatap ke bawah. Ia tak yakin dengan selimut yang ia gunakan sebagai tali. Tapi,  di film yang pernah ia tonton. Cara ini berhasil membuat tokoh utamanya selamat.

'Tuhan bantu aku'

Rheina mulai turun dengan tali tersebut. Sebesit perasaan was-was menghinggapi perasaan Rheina. Namun, perasaan was-was ditempis jauh-jauh.

Sampai dipertengahan tali. Ia melihat ke atas. Zero tersenyum geli melihat Rheina. Sedangkan,  Rheina langsung menunduk takut. Ia takut apabila Zero marah padanya.

Secepat mungkin ia turun ke bawah. Telapak tangannya sudah merah akibat terlalu erat mencengkeram tali selimut. Ia merasa cengkeraman tangannya mulai mengendur.

Zero yang melihat telapak tangan Rheina yang mulai lepas langsung terbang mengendong Rheina.Sayapnya mengepak indah diudara. Rheina hanya bisa tertunduk takut dalam gendongan Zero. Sesampai di kamar Rheina.

Zero mencubit kedua pipi Rheina dengan gemas,"Jangan berbuat yang tidak-tidak. Aku akan menghukum mu. Kau harus memasak enak buat ku untuk seterusnya. "

Rheina mengangguk paham.

"Sekarang kau harus tidur."

Strangers My Alpha [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang