Untuk Engkau, Ibu...

302 7 0
                                    


UNTUK ENGKAU, IBU...

yang mengandung diriku tanpa cela. Terlalu amanlah rahimmu itu hingga nampaknya sembilan bulan teramat cepat. Aku tak tahu persis seperti apa tatkala balita dulu; tetapi bahwa aku pasti menyusu padamu, menangis di dekapanmu, diganti popok olehmu bahkan aku selalu mengganggu tidur malammu. Lelahkah engkau denganku, Ibu?? Terpaksakah engkau merawat dan mencintaiku, Ibu?? Jawabannya ada dalam untaian doa di tiap senja menghadir; di sana ada darasan doa yang engkau khususkan untuk masa depanku

bagaimanapun, aku merindu engkau, Ibu. Aku rindu suaramu menanyakan kabar ketika aku pulang sekolah; sekarang tak seorangpun berbuat begitu setiap aku masuk kamar sehabis kuliah. Aku rindu kopi hitam buatanmu yang tak terlalu manis karna kopimu mengajariku untuk memahami bahwa kisah-kisah pahit tak harus dilewatkan cepat-cepat, sebab selalu ada nuansa manis di dalamnya. Aku rindu pada nasihatmu yang kadang terlampau membosankan; tetapi sekarang tak pernah ada orang yang menasihatiku dengan kejengkelan yang dibungkus rapi oleh kasih-sayang.

aku tahu bahwa engkau juga manusia, yang akan karam oleh waktu. Mungkin, engkau bahagia bila tiap tahun umurmu bertambah. Namun, aku justru sedih karna cahayamu harus digerus usia. Tua identik dengan masa akhir hidup. Aku tidak suka dengan sebuah akhir hidup. Maafkanlah aku. Aku terlalu egois mencintaimu, tetapi bukankah pada hakekatnya cinta itu harus selalu egois?? Aku hanya ingin mengatakan tentang mimpi-mimpi yang masih belum aku tuai sepenuhnya; dan, kuharap engkau dapat menyaksikan betapa aku mampu menggapai mimpi-mimpi itu kelak.

engkau sudah mulai hati-hati dengan pilihan makanan, tentu itu menyiksamu, tetapi ingatlah tentang banyaknya makanan yang telah engkau masak untukku hingga aku bisa sehat seperti ini. Engkau sudah mudah lelah bila bepergian jauh atau bekerja berat, tetapi ingatlah bahwa dulu engkau amat kuat menggendongku sejak dari kandungan hingga aku bisa berlarian di tanah. Tenagamu sudah mudah merapuh, tetapi ingatlah bahwa tenagamu dulu mengajariku untuk belajar berjalan. Engkau sudah tak secantik dulu dengan garis-gemaris keriput di titik kulitmu, tetapi bahwa kecantikanmu telah memberiku ajaran tentang hidup yang tak boleh digantungkan pada urusan fisik semata, ada perangai dan sifat yang lebih luhur untuk ditonjolkan sebagai identitas diri. Ya, usia telah membuatmu tua dan terbatas.

maka, tak ada benda yang patut membayar lunas segala jerihmu padaku. Justru dengan hidup baik, meraih mimpi dan melihatku sudah besar seperti sekarang adalah bayaran yang amat berharga buatmu. Teruslah berdoa dan mendukungku, Ibu. Engkau tak akan pernah tergantikan dalam menemani perjalanan hidupku. Kendati memang ada begitu banyak perempuan yang telah berbuat baik padaku, tetapi engkau melebihi mereka semua-mua (Amsal 31:29)

... selamat Hari Ibu ...

Tentang Perempuan (-perempuan)Where stories live. Discover now