You're The Best

223 40 11
                                    


Dada Yoongi tampak naik turun saat ia mencoba menggenjot energinya mati-matian menuju Hwarang Elementary School. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan negatif, sudah tidak memikirkan apakah dia akan kena hukuman lagi dari gurunya karena membolos di tengah pelajaran, ataukah polisi lalu lintas akan mengejarnya karena menyeberang saat lampu masih hijau.

Langkahnya semakin cepat saat bangunan Hwarang ES sudah di depan mata.

Sedikit lagi.

Ia pun berhenti tepat di depan pintu gerbang yang menutup rapat. Ia mencengkram dua batang besinya, melongokkan kepala mencari seseorang.

"Sedang mencari apa, Haksaeng?" tanya seorang satpam yang tiba-tiba muncul sambil mengunyah sandwich di tangannya.

"Anu ... aku harus bertemu dengan Yoo seonsaengnim sekarang, bisakah?"

"Kenapa ingin bertemu dengannya?"

"Guru itu bilang adikku baru saja membuat masalah. Dia memintaku kemari."

"Sebentar."

Satpam setinggi 180 cm itu berbalik, menghilang entah kemana, lalu datang kembali. Tanpa mengatakan apa pun dia langsung membukakan pintu gerbang untuk Yoongi.

"Yoo seonsaengnim ada di ruang guru," ujar satpam itu sebelum Yoongi berterima kasih dan berlarian memasuki gedung sekolah.

Koridor sekolah dasar itu cukup ramai karena jam istirahat. Sebagian besar dari para muridnya tampak kebingungan melihat anak SMA berlarian seperti orang kesetanan melewati mereka. Namun sekali lagi Yoongi tampak tak peduli. Dia berhenti di depan pintu ruang guru, membetulkan penampilannya sejenak, kemudian melenggang masuk dengan tenang, mungkin lebih tepatnya berusaha tenang. Pikiran negatif kembali menyerangnya saat melihat adiknya sedang disidang oleh seorang guru wanita bersama seorang wanita paruh baya.

"Pagi, Seonsaengnim."

"Hyung...."

Matanya langsung melirik sosok yang memanggilnya itu. Hanya sekilas, dia kembali menatap guru Yoo.

"Oh, sudah datang? Duduklah."

Yoongi duduk di kursi kosong sebelah adiknya. Ia langsung melingkarkan lengannya di bahu sang adik, saat adiknya mendadak memeluknya sambil terisak.

Guru Yoo menatap prihatin muridnya. "Hari ini Taehyung membuat kekacauan."

Yoongi menelan ludahnya paksa.

"Dia memukul temannya sampai temannya masuk rumah sakit. Aku menyuruhnya minta maaf tapi dia terus menolak dan mengatakan kalau itu bukan salahnya."

"A-aku tidak bersalah," sahut Taehyung terbata-bata.

Wanita di sebelah Taehyung, langsung melotot mendengarnya. "Apa katamu?! Hidungnya sampai patah dan kau bilang kau tidak bersalah?! HAH! Hei, apa kau tidak pernah mendidik adikmu?!"

Taehyung memeluk Yoongi makin erat. Takut. Sementara guru Yoo tampak berusaha menenangkan wali muridnya itu.

"Taehyung tidak pernah sekalipun memulai perkelahian," ujar Yoongi tiba-tiba. "Anakmulah yang memulainya."

"MWO?! Beraninya anak-anak yatim piatu seperti kalian melawanku. Seonsaengnim, aku tidak mau tahu. Keluarkan anak ini dari sekolah atau aku akan meminta suamiku menghentikan donasinya untuk sekolah ini. Aku tidak sudi membiarkan anakku berurusan dengan gelandangan seperti mereka lagi."

"Eommeonim! Eommeonim!"

Yoongi menghela napas berat. Detik berikutnya ia menoleh, mendapati adiknya yang menarik-narik bajunya.

"Hyung, ayo pulang."

Yoongi tersenyum, mengusap rambut adiknya gemas. "Hm, ayo."

Taehyung pun naik ke punggung Yoongi.

"Hyung, aku nakal ya?"

"Taehyung memukulnya pasti karena ada alasannya 'kan?"

Anak kelas 3 SD itu mengangguk. "Jungkook mengejekku karena tidak punya orangtua."

Sudah kuduga.

"Jalhaesseo. Taehyung sudah melakukan yang terbaik."

"Hyung tidak marah?"

"People said you're a damn trouble, I said, you're a miracle."

"Hyung tidak marah, Taehyung sudah melakukan yang benar," jelasnya.

FIN    

tag: taeffeine

White Lie [BTS Flash Stories]Where stories live. Discover now